BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)
Terdapat beberapa
pengertian pembelajaran berbasis masalah (problem
based learning) dari para ahli, sebagai berikut:
1.
Pembelajaran
berbasis masalah adalah proses pembelajaran yang menggunakan pendekatan
sistemik untuk memecahkan masalah atau menghadapi tantangan yang akan
diperlukan dalam kehidupan nyata (Wena, 2011:52).
2.
Pembelajaran
berbasis masalah adalah model pembelajaran yang berangkat dari pemahaman siswa
tentang suatu masalah, menemukan alternatif solusi atas masalah, memilih solusi
yang tepat untuk digunakan dalam memecahkan masalah tersebut (Sutirman,
2013:39).
Berdasarkan
uraian diatas, maka penulis menyimpulkan bahwa pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) adalah metode
pembelajaran yang menyajikan masalah kontekstual untuk mengarahkan siswa
menyelesaikan masalah secara sistematis.
B.
Karakteristik Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)
Pembelajaran
berbasis masalah (problem based learning)
dikembangkan tidak sekedar membantu mempermudah penguasaan siswa terhadap
materi yang dipelajari, akan tetapi mengarahkan siswa untuk memahami suatu
persoalan nyata, mengetahui solusi yang tepat, serta dapat menerapkan solusi
tersebut untuk memecahkan masalah. Pembelajaran berbasis masalah dapat
digunakan apabila pembelajaran berorientasi pada pemahaman siswa secara
komprehensif, mengembangkan keterampilan berfikir siswa secara rasional, dan
memecahkan masalah secara sistematis.
Sutirman (2013:40)
menyebutkan terdapat beberapa karakteristik pembelajaran berbasis masalah (problem based learning), yaitu:
1.
Merupakan proses
edukasi yang berpusat pada siswa
4.
Memanfaatkan
berbagai sumber belajar
5.
Bersifat kooperatif
dan kolaboratif
6.
Guru sebagai
fasilitator
Berdasarkan uraian
tersebut, maka penulis menyimpulkan bahwa menempatkan masalah pada problem based learning menjadi kata
kunci dari karakteristik rangkaian aktivitas problem based learning. Dengan demikian dapat meningkatkan
pemahaman siswa untuk dapat menerapkannya dalam kondisi nyata. Hal ini juga
diperkuat oleh Hamdayama (2014:209)
yang menyatakan bahwa pembelajaran berbasis masalah dapat menciptakan
siswa untuk berpikir kritis sehingga siswa selalu menjadi aktif berpikir,
berkomunikasi, mencari dan mengelola data, dan akhirnya menyimpulkan.
C.
Tahapan-Tahapan Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)
Menurut Barret
(2005) dalam Sutirman (2013:41) mengemukakan bahwa terdapat lima tahapan dalam
pembelajaran berbasis masalah, yaitu:
1.
Siswa diberi
permasalahan oleh guru berdasarkan pengalaman siswa.
2.
Siswa melakukan
diskusi dalam kelompok kecil untuk:
a. Mengklarifikasi kasus atau masalah yang diberikan.
b. Mendefinisikan masalah.
c. Saling bertukar pendapat berdasarkan pengalaman yang
dimiliki.
d. Menetapkan hal-hal yang diperlukan untuk menyelesaikan
masalah.
e. Menetapkan hal-hal yang harus dilakukan untuk
menyelesaikan masalah.
3.
Siswa melakukan
kajian secara independen berkaitan dengan masalah yang harus diselesaikan.
4.
Siswa kembali
kepada kelompok PBL (Problem
Based Learning) awal untuk melakukan tukar informasi, pembelajaran
teman sejawat, dan bekerjasama dalam menyelesaikan masalah.
5.
Siswa dibantu oleh
guru melakukan evaluasi berkaitan dengan seluruh kegiatan pembelajaran.
Sedangkan menurut
Hamdayama (2014:212)
menjelaskan bahwa terdapat sintaks pembelajaran berbasis masalah (problem based learning), yaitu:
Fase-Fase
|
Peran Guru
|
Fase 1
Orientasi siswa kepada masalah
|
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan
segala hal yang akan dibutuhkan, memotivasi siswa terlibat dalam aktivitas
pemecahan masalah yang dipilihnya
|
Fase 2
Mengorganisasi siswa untuk belajar
|
Guru membantu siswa mendefinisikan dan
mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah
|
Fase 3
Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok
|
Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang
sesuai, melaksanakan eksperimen atau pengamatan untuk mendapatkan penjelasan
dan pemecahan masalah
|
Fase 4
Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
|
Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan
karya yang sesuai, melaksanakan eksperimen atau pengamatan untuk mendapatkan
penjelasan dan pemecahan masalah
|
Fase 5
Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
|
Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau
evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan
|
D.
Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)
Penerapan
pembelajaran berbasis masalah dilakukan dengan memanfaatkan lingkungan siswa
untuk memperoleh pengalaman belajar. Guru memberikan penugasan yang dapat
dilakukan di berbagai konteks lingkungan siswa, antara lain di sekolah,
keluarga, dan masyarakat.
Penugasan yang
diberikan oleh guru memberikan kesempatan bagi siswa untuk belajar diluar
kelas. Siswa diharapkan dapat memperoleh pengalaman langsung tentang apa yang
sedang dipelajari. Pengalaman belajar merupakan aktivitas belajar yang harus
dilakukan siswa dalam rangka mencapai penguasaan standar kompetensi, kemampuan
dasar, dan materi pembelajaran.
Sebelum memulai
proses belajar mengajar di kelas, siswa terlebih dahulu diminta untuk
mengobservasi suatu fenomena terlebih dahulu. Kemudian siswa diminta mencatat
masalah-masalah yang muncul. Setelah itu tugas guru adalah merangsang siswa
untuk berpikir kritis dalam memecahkan masalah yang ada. Tugas guru adalah
mengarahkan siswa untuk bertanya, membuktikan asumsi, dan mendengarkan pendapat
yang berbeda dari masing-masing siswa.
Berdasarkan uraian
tersebut, penulis memaparkan contoh penerapan pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) pada mata
pelajaran PKn di SMA, dengan standar kompetensi yaitu menampilkan peran serta
dalam upaya pemajuan, penghormatan, dan perlindungan HAM. Sebelum memulai
proses belajar mengajar, guru menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan
dicapai. Disamping itu, guru juga menjelaskan metode pembelajaran yang akan
digunakan yaitu studi kasus. Kemudian guru membentuk siswa menjadi beberapa
kelompok untuk mendiskusikan dan merumuskan hasil diskusinya dalam lembar
kerjanya untuk dilaporkan kepada guru. Sedangkan tugas guru ialah membimbing
siswa melalui kerja kelompoknya. Selanjutnya guru memberikan evaluasi dan
penguatan berupa klarifikasi terhadap laporan dan jawaban siswa.
E.
Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Berbasis Masalah
(Problem Based Learning)
Berikut kelebihan
pembelajaran berbasis masalah (problem
based learning), antara lain:
1.
Pemecahan masalah
merupakan teknik yang cukup bagus untuk lebih memahami isi pelajaran.
2.
Pemecahan masalah
dapat menantang kemampuan siswa serta memberikan kepuasan untuk menemukan
pengetahuan baru bagi siswa.
3.
Pemecahan masalah
dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa.
4.
Pemecahan masalah dapat
mengembangkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis.
5.
Pemecahan masalah
dapat memberikan kesempatan pada siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan yang
mereka miliki dalam dunia nyata.
Sedangkan
kekurangan pembelajaran berbasis masalah (problem
based learning), antara lain:
1.
Manakala siswa
tidak memiliki minat atau tidak memiliki kepercayaan bahwa masalah yang
dipelajari dapat dipecahkan, maka mereka akan merasa enggan untuk mencoba.
2.
Keberhasilan
strategi pembelajaran melalui problem
solving membutuhkan cukup waktu untuk persiapan.
3.
Tanpa pemahaman
mengapa mereka berusaha untuk memecahkan masalah yang sedang dipelajari, maka
mereka tidak akan belajar apa yang mereka ingin pelajari.
Berdasarkan uraian
diatas, penulis menyimpulkan bahwa kelebihan pada pembelajaran berbasis masalah
menjadikan letak pentingnya penerapan metode pembelajaran berbasis masalah. Hal
ini didasarkan atas tujuan penciptaan daya kritis siswa dalam pemecahan suatu
masalah yang akan diterapkan pada kehidupan sehari-hari siswa. Sedangkan kekurangan
pada pembelajaran berbasis masalah mengidentifikasi perlunya persiapan guru
yang matang sebelum menerapkannya. Persiapan ini meliputi pemahiran
keterampilan mengajar guru dengan mengikuti pelatihan, workshop, dan supervisi;
mengkondisikan kelas sedemikian rupa sehingga siswa antusias dan berminat untuk
memecahkan masalah yang dipelajari; dan penggunaan pendekatan gaya belajar yang
tepat.
F.
Pengertian PAKEM
PAKEM merupakan
pembelajaran aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan (Hamdayama, 2014:41). PAKEM
berorientasi pada cara pengorganisasian materi pembelajaran, menyampaikan atau
menggunakan metode pembelajaran, dan mengelola pembelajaran untuk mencapai
tujuan pembelajaran. Menurut Hamdayama (2014:41) konsep dasar PAKEM dapat
digambarkan sebagai berikut:
1.
Siswa yang terlibat
dalam berbagai kegiatan yang mengembangkan pemahaman dan kemampuan mereka
dengan penekanan pada belajar melalui berbuatan.
2.
Guru menggunakan
berbagai alat bantu dan berbagai cara dalam membangkitkan semangat, termasuk
menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar untuk menjadikan pembelajaran
menarik, menyenangkan, dan cocok bagi siswa.
3.
Guru mengatur kelas
dengan memajang buku-buku dan bahasan belajar yang lebih menarik dan
menyediakan sudut “pokok baca”.
4.
Guru menerapkan
cara mengajar yang lebih kooperatif dan interaktif, termasuk cara belajar
kelompok.
5.
Guru mendorong
siswa untuk menemukan caranya sendiri dalam pemecahan suatu masalah, untuk
mengungkapkan gagasannya, dan melibatkan siswa dalam menciptakan lingkungan
sekolahnya.
Berdasarkan uraian
diatas, penulis menyimpulkan bahwa pengertian PAKEM adalah prinsip-prinsip
mengajar yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan untuk menciptakan
keaktifan dan kreativitas siswa sehingga pembelajaran bisa berlangsung secara
efektif, menyenangkan, dan optimal. Penulis menganalisis bahwa PAKEM merupakan
sebuah prinsip mengajar yang digunakan untuk berbagai metode-metode
pembelajaran. Sehingga PAKEM menjadi ujung tombak dalam keberhasilan penerapan
berbagai metode pembelajaran.
G.
Prinsip-Prinsip PAKEM
Teori belajar
konstruktivistik merupakan titik berangkat pembelajaran PAKEM. PAKEM
memposisikan guru sebagai orang yang menciptakan suasana belajar yang kondusif
atau sebagai fasilitator dalam belajar, sedangkan siswa sebagai peserta belajar
yang harus aktif dan kreatif, sementara lingkungan dimanfaatkan sebagai sumber
belajar yang efektif dan menyenangkan. Hal tersebut dipertegas oleh Hamdayama
(2014:42) menyatakan bahwa atas dasar teori belajar kontruktivistik, maka PAKEM
dirancang agar mengaktifkan siswa dalam interaksi pembelajaran.
Hamdayama (2014:42) menguraikan prinsip-prinsip
PAKEM sebagai berikut:
1.
Pembelajaran aktif
Aktif dimaksudkan
bahwa dalam proses pembelajaran guru harus menciptakan suasana pembelajaran
kondusif sehingga siswa bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan.
Pembelajaran aktif artinya pembelajaran yang mampu mendorong anak didik aktif
secara fisik, sosial dan mental untuk memahami dan mengembangkan kecakapan
hidup menuju belajar yang mandiri, atau pembelajaran yang menekankan keaktifan
anak didik untuk mengalami sendiri, berlatih, beraktivitas dengan menggunakan
daya pikir, emosional dan keterampilannya.
2.
Pembelajaran
kreatif
Pembelajaran
kreatif adalah pembelajaran yang mengajak anak didik untuk mampu mengeluarkan daya
pikir dan daya karsanya. Pembelajaran kreatif dimaksudkan agar guru menciptakan
pembelajaran yang beragam sehingga memenuhi berbagai tingkatan kemampuan siswa.
Dengan demikian pembelajaran yang kreatif menghendaki guru harus kreatif
didalam mendesain pembelajaran, dan siswa dapat mengembangkan kreativitasnya.
3.
Pembelajaran
efektif
Pembelajaran
efektif adalah prinsip pembelajaran yang diterapkan guru dengan maksud untuk
mencapai kompetensi yang telah dirumuskan. Dalam menerapkan strategi ini tujuan
yang akan disusun dalam kompetensi dasar, indikator, dan tujuan pembelajaran
perlu mempertimbangkan karakteristik siswa.
Sehingga pembelajaran dikatakan efektif jika metode dan
media pembelajaran yang digunakan sesuai dengan karakteristik siswa, dan
evaluasi pembelajaran juga didasarkan pada kemampuan siswa. Evaluasi
pembelajaran ini dapat dilihat pada skor yang dicapai siswa telah memenuhi
batas minimal kompetensi yang telah dirumuskan.
4.
Pembelajaran
menyenangkan
Pembelajaran
menyenangkan artinya pembelajaran yang interaktif dan atraktif. Suasana
pembelajaran yang menyenangkan menjadikan siswa memusatkan perhatiannya secara
penuh pada proses belajar. Pembelajaran yang menyenangkan berorientasi pada
penerapan model pembelajaran joyful
learning dan meaningful learning,
yaitu dengan menciptakan kondisi pembelajaran sedemikian rupa sehingga anak
didik menjadi betah di kelas karena pembelajaran yang menyenangkan dan
bermakna.
Berdasarkan uraian
diatas, penulis menganalisis bahwa penerapan prinsip-prinsip PAKEM tidak
terlepas dari adanya keterampilan guru dalam memodifikasi model pembelajaran
yang akan diterapkan pada metode pembelajaran. Analisis demikian berdasar pada
upaya penciptaan guru dalam penerapan pembelajaran PAKEM. Hal ini dipertegas
oleh Uno dan Mohamad (2011:78) menyatakan bahwa untuk membantu strategi
pembelajaran PAKEM guru dapat menerapkan berbagai model pembelajaran serta
metode pembelajaran yang relevan.
Analisis penulis
terhadap prinsip-prinsip PAKEM, yaitu (1) Pada prinsip pembelajaran aktif, guru
dapat menerapkan model pembelajaran seperti numbered
head together, make a match, debat,
role playing, dan talking stik. Model pembelajaran
demikian dimaksudkan agar siswa dapat aktif terlibat dalam kegiatan
pembelajaran untuk berpikir, berinteraksi, dan berbuat untuk mencoba. (2) Pada
prinsip pembelajaran kreatif, guru diharapkan bahkan dituntuk untuk kreatif di
dalam mendesain pembelajaran. Dalam hal ini, guru harus sekreatif mungkin dalam
menggunakan media pembelajaran, model pembelajaran, metode pembelajaran, bahkan
menumbuhkan minat belajar para siswa. Dengan guru yang kreatif, maka dapat
meminimalkan kejenuhan siswa dalam KBM. (3) Pada prinsip pembelajaran efektif,
guru harus memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi keefektifan belajar
siswa, yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal meliputi aspek
fisiologis yang berkaitan dengan semangat dan konsentrasi belajar siswa; aspek
psikologis yang berkaitan dengan tingkat kecerdasan siswa dan bakat siswa.
Sedangkan faktor eksternal seperti penggunaan gaya belajar siswa. (4) Pada
prinsip pembelajaran menyenangkan, guru harus dapat menciptakan suasana kelas
menjadi menarik dengan mengakomodasi berbagai gaya belajar siswa (audio,
visual, dan kinestetik), sehingga siswa merasa betah untuk mengikuti KBM.
Selain itu, pada prinsip menyenangkan ini juga dapat diciptakan dengan suasana
humor oleh guru, sehingga siswa tidak akan merasa tertekan bahkan takut kepada
guru.
H.
Penerapan PAKEM dalam Pembelajaran
Menurut Hamdayama
(2014:47) penerapan PAKEM
dalam pembelajaran adalah sebagai berikut:
Komponen pembelajaran
|
Hal baru yang berbeda dengan kebiasaan pembelajaran
selama ini
|
Guru merancang dan mengelola KBM yang mendorong siswa
berperan aktif dalam pembelajaran
|
Guru melaksanakan KBM dalam kegiatan yang beragam,
misalnya :
a. Percobaan
b. Diskusi kelompok
c. Memecahkan masalah
d. Mencari informasi
e. Menulis laporan/cerita/puisi
f. Berkunjung keluar kelas
|
Guru menggunakan alat bantu dan sumber belajar yang
beragam
|
Sesuai mata pelajaran yang dibinanya, guru menggunakan:
a. Alat yang tersedia di sekolah atau dibuat sendiri oleh
guru
b. Gambar
c. Studi kasus
d. Narasumber
e. Lingkungan
|
Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mengembangkan keterampilan
|
Siswa dapat melakukan:
a. Percobaan, pengamatan, atau wawancara
b. Mengumpulkan data/jawaban dan mengolah sendiri
c. Menarik kesimpulan
d. Memecahkan, mencari rumus sendiri
e. Menulis laporan/hasil karya orang lain dengan kata-kata
sendiri
|
Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mengungkapkan gagasannya sendiri secara lisan atau tulisan
|
Penerapannya melalui:
a. Diskusi
b. Lebih banyak pertanyaan terbuka
c. Hasil karya yang merupakan pemikiran anak sendiri
|
Guru menyesuaikan bahan dan kegiatan belajar dengan
kemampuan siswa
|
a. Siswa dikelompokkan sesuai dengan kemampuan
b. Bahan pelajaran disesuaikan dengan kemampuan kelompok
tersebut
c. Tugas perbaikan atau pengayaan diberikan kepada siswa
|
Guru mengaitkan pembelajaran dengan pengalaman siswa
sehari-hari
|
a. Siswa menceritakan atau memanfaatkan pengalaman sendiri
b. Siswa menerapkan hal yang dipelajari dalam kegiatan
sehari-hari
|
Guru menilai pembelajaran dan kemajuan siswa secara terus-menerus
|
a. Guru memantau kerja siswa
b. Guru memberikan umpan balik
|
Berdasarkan uraian
tersebut, penulis menyimpulkan bahwa penerapan PAKEM dalam pembelajaran
memiliki perbedaan dengan kebiasaan pembelajaran selama ini. Guru dituntut
untuk memiliki keterampilan mengajar yang baik sehingga dapat mendesain KBM
dengan menarik, sebagaimana penerapan prinsip-prinsip PAKEM tersebut.
Hamdayama,
Jumanta. 2014. Model
danMetodePembelajaranKreatifdanBerkarakter. Bogor: Ghalia Indonesia.
Sutirman.
2013. Media dan Model-Model
PembelajaranInovatif. Yogyakarta: GrahaIlmu.
Uno,
H.B &Mohamad, N. 2011.BelajardenganPendekatan
PAILKEM. Jakarta: BumiAksara.
Wena,
Made. 2011. StrategiPembelajaranInovatifKontemporer:
SuatuTinjauanKonseptualOperasional. Jakarta: BumiAksara.
Casino Bonus Codes & Promotions 2021 - MJH - WebHUB
BalasHapusLooking for Casino 논산 출장안마 Bonus Codes and Promotions 2021? Get the best deals 김제 출장샵 on Casino Bonus 계룡 출장샵 Codes & Promotions 2021, plus how-to 속초 출장마사지 steps to 문경 출장샵 claim the no deposit