Senin, 02 Mei 2016

PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PROBLEM BASED LEARNING) DAN PAKEM



BAB II
PEMBAHASAN

A.           Pengertian Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)
Terdapat beberapa pengertian pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) dari para ahli, sebagai berikut:
1.             Pembelajaran berbasis masalah adalah proses pembelajaran yang menggunakan pendekatan sistemik untuk memecahkan masalah atau menghadapi tantangan yang akan diperlukan dalam kehidupan nyata (Wena, 2011:52).
2.             Pembelajaran berbasis masalah adalah model pembelajaran yang berangkat dari pemahaman siswa tentang suatu masalah, menemukan alternatif solusi atas masalah, memilih solusi yang tepat untuk digunakan dalam memecahkan masalah tersebut (Sutirman, 2013:39).
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis menyimpulkan bahwa pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) adalah metode pembelajaran yang menyajikan masalah kontekstual untuk mengarahkan siswa menyelesaikan masalah secara sistematis.

B.            Karakteristik Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)
Pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) dikembangkan tidak sekedar membantu mempermudah penguasaan siswa terhadap materi yang dipelajari, akan tetapi mengarahkan siswa untuk memahami suatu persoalan nyata, mengetahui solusi yang tepat, serta dapat menerapkan solusi tersebut untuk memecahkan masalah. Pembelajaran berbasis masalah dapat digunakan apabila pembelajaran berorientasi pada pemahaman siswa secara komprehensif, mengembangkan keterampilan berfikir siswa secara rasional, dan memecahkan masalah secara sistematis.
Sutirman (2013:40) menyebutkan terdapat beberapa karakteristik pembelajaran berbasis masalah (problem based learning), yaitu:
1.             Merupakan proses edukasi yang berpusat pada siswa

4.             Memanfaatkan berbagai sumber belajar
5.             Bersifat kooperatif dan kolaboratif
6.             Guru sebagai fasilitator
Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis menyimpulkan bahwa menempatkan masalah pada problem based learning menjadi kata kunci dari karakteristik rangkaian aktivitas problem based learning. Dengan demikian dapat meningkatkan pemahaman siswa untuk dapat menerapkannya dalam kondisi nyata. Hal ini juga diperkuat oleh Hamdayama (2014:209) yang menyatakan bahwa pembelajaran berbasis masalah dapat menciptakan siswa untuk berpikir kritis sehingga siswa selalu menjadi aktif berpikir, berkomunikasi, mencari dan mengelola data, dan akhirnya menyimpulkan.

C.           Tahapan-Tahapan Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)
Menurut Barret (2005) dalam Sutirman (2013:41) mengemukakan bahwa terdapat lima tahapan dalam pembelajaran berbasis masalah, yaitu:
1.             Siswa diberi permasalahan oleh guru berdasarkan pengalaman siswa.
2.             Siswa melakukan diskusi dalam kelompok kecil untuk:
a.    Mengklarifikasi kasus atau masalah yang diberikan.
b.    Mendefinisikan masalah.
c.    Saling bertukar pendapat berdasarkan pengalaman yang dimiliki.
d.   Menetapkan hal-hal yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah.
e.    Menetapkan hal-hal yang harus dilakukan untuk menyelesaikan masalah.
3.             Siswa melakukan kajian secara independen berkaitan dengan masalah yang harus diselesaikan.

4.             Siswa kembali kepada kelompok PBL (Problem Based Learning) awal untuk melakukan tukar informasi, pembelajaran teman sejawat, dan bekerjasama dalam menyelesaikan masalah.
5.             Siswa dibantu oleh guru melakukan evaluasi berkaitan dengan seluruh kegiatan pembelajaran.
Sedangkan menurut Hamdayama (2014:212) menjelaskan bahwa terdapat sintaks pembelajaran berbasis masalah (problem based learning), yaitu:
Fase-Fase
Peran Guru
Fase 1
Orientasi siswa kepada masalah
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan segala hal yang akan dibutuhkan, memotivasi siswa terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilihnya
Fase 2
Mengorganisasi siswa untuk belajar
Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah
Fase 3
Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok
Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen atau pengamatan untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah
Fase 4
Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai, melaksanakan eksperimen atau pengamatan untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah
Fase 5
Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan

D.           Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)
Penerapan pembelajaran berbasis masalah dilakukan dengan memanfaatkan lingkungan siswa untuk memperoleh pengalaman belajar. Guru memberikan penugasan yang dapat dilakukan di berbagai konteks lingkungan siswa, antara lain di sekolah, keluarga, dan masyarakat.
Penugasan yang diberikan oleh guru memberikan kesempatan bagi siswa untuk belajar diluar kelas. Siswa diharapkan dapat memperoleh pengalaman langsung tentang apa yang sedang dipelajari. Pengalaman belajar merupakan aktivitas belajar yang harus dilakukan siswa dalam rangka mencapai penguasaan standar kompetensi, kemampuan dasar, dan materi pembelajaran.
Sebelum memulai proses belajar mengajar di kelas, siswa terlebih dahulu diminta untuk mengobservasi suatu fenomena terlebih dahulu. Kemudian siswa diminta mencatat masalah-masalah yang muncul. Setelah itu tugas guru adalah merangsang siswa untuk berpikir kritis dalam memecahkan masalah yang ada. Tugas guru adalah mengarahkan siswa untuk bertanya, membuktikan asumsi, dan mendengarkan pendapat yang berbeda dari masing-masing siswa.
Berdasarkan uraian tersebut, penulis memaparkan contoh penerapan pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) pada mata pelajaran PKn di SMA, dengan standar kompetensi yaitu menampilkan peran serta dalam upaya pemajuan, penghormatan, dan perlindungan HAM. Sebelum memulai proses belajar mengajar, guru menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Disamping itu, guru juga menjelaskan metode pembelajaran yang akan digunakan yaitu studi kasus. Kemudian guru membentuk siswa menjadi beberapa kelompok untuk mendiskusikan dan merumuskan hasil diskusinya dalam lembar kerjanya untuk dilaporkan kepada guru. Sedangkan tugas guru ialah membimbing siswa melalui kerja kelompoknya. Selanjutnya guru memberikan evaluasi dan penguatan berupa klarifikasi terhadap laporan dan jawaban siswa.

E.            Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)
Berikut kelebihan pembelajaran berbasis masalah (problem based learning), antara lain:
1.             Pemecahan masalah merupakan teknik yang cukup bagus untuk lebih memahami isi pelajaran.
2.             Pemecahan masalah dapat menantang kemampuan siswa serta memberikan kepuasan untuk menemukan pengetahuan baru bagi siswa.
3.             Pemecahan masalah dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa.
4.             Pemecahan masalah dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis.
5.             Pemecahan masalah dapat memberikan kesempatan pada siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata.
Sedangkan kekurangan pembelajaran berbasis masalah (problem based learning), antara lain:
1.             Manakala siswa tidak memiliki minat atau tidak memiliki kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari dapat dipecahkan, maka mereka akan merasa enggan untuk mencoba.
2.             Keberhasilan strategi pembelajaran melalui problem solving membutuhkan cukup waktu untuk persiapan.
3.             Tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha untuk memecahkan masalah yang sedang dipelajari, maka mereka tidak akan belajar apa yang mereka ingin pelajari.
Berdasarkan uraian diatas, penulis menyimpulkan bahwa kelebihan pada pembelajaran berbasis masalah menjadikan letak pentingnya penerapan metode pembelajaran berbasis masalah. Hal ini didasarkan atas tujuan penciptaan daya kritis siswa dalam pemecahan suatu masalah yang akan diterapkan pada kehidupan sehari-hari siswa. Sedangkan kekurangan pada pembelajaran berbasis masalah mengidentifikasi perlunya persiapan guru yang matang sebelum menerapkannya. Persiapan ini meliputi pemahiran keterampilan mengajar guru dengan mengikuti pelatihan, workshop, dan supervisi; mengkondisikan kelas sedemikian rupa sehingga siswa antusias dan berminat untuk memecahkan masalah yang dipelajari; dan penggunaan pendekatan gaya belajar yang tepat.

F.            Pengertian PAKEM
PAKEM merupakan pembelajaran aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan (Hamdayama, 2014:41). PAKEM berorientasi pada cara pengorganisasian materi pembelajaran, menyampaikan atau menggunakan metode pembelajaran, dan mengelola pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran. Menurut Hamdayama (2014:41) konsep dasar PAKEM dapat digambarkan sebagai berikut:
1.             Siswa yang terlibat dalam berbagai kegiatan yang mengembangkan pemahaman dan kemampuan mereka dengan penekanan pada belajar melalui berbuatan.
2.             Guru menggunakan berbagai alat bantu dan berbagai cara dalam membangkitkan semangat, termasuk menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar untuk menjadikan pembelajaran menarik, menyenangkan, dan cocok bagi siswa.
3.             Guru mengatur kelas dengan memajang buku-buku dan bahasan belajar yang lebih menarik dan menyediakan sudut “pokok baca”.
4.             Guru menerapkan cara mengajar yang lebih kooperatif dan interaktif, termasuk cara belajar kelompok.
5.             Guru mendorong siswa untuk menemukan caranya sendiri dalam pemecahan suatu masalah, untuk mengungkapkan gagasannya, dan melibatkan siswa dalam menciptakan lingkungan sekolahnya.
Berdasarkan uraian diatas, penulis menyimpulkan bahwa pengertian PAKEM adalah prinsip-prinsip mengajar yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan untuk menciptakan keaktifan dan kreativitas siswa sehingga pembelajaran bisa berlangsung secara efektif, menyenangkan, dan optimal. Penulis menganalisis bahwa PAKEM merupakan sebuah prinsip mengajar yang digunakan untuk berbagai metode-metode pembelajaran. Sehingga PAKEM menjadi ujung tombak dalam keberhasilan penerapan berbagai metode pembelajaran.

G.           Prinsip-Prinsip PAKEM
Teori belajar konstruktivistik merupakan titik berangkat pembelajaran PAKEM. PAKEM memposisikan guru sebagai orang yang menciptakan suasana belajar yang kondusif atau sebagai fasilitator dalam belajar, sedangkan siswa sebagai peserta belajar yang harus aktif dan kreatif, sementara lingkungan dimanfaatkan sebagai sumber belajar yang efektif dan menyenangkan. Hal tersebut dipertegas oleh Hamdayama (2014:42) menyatakan bahwa atas dasar teori belajar kontruktivistik, maka PAKEM dirancang agar mengaktifkan siswa dalam interaksi pembelajaran.



Hamdayama (2014:42) menguraikan prinsip-prinsip PAKEM sebagai berikut:
1.             Pembelajaran aktif
Aktif dimaksudkan bahwa dalam proses pembelajaran guru harus menciptakan suasana pembelajaran kondusif sehingga siswa bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan. Pembelajaran aktif artinya pembelajaran yang mampu mendorong anak didik aktif secara fisik, sosial dan mental untuk memahami dan mengembangkan kecakapan hidup menuju belajar yang mandiri, atau pembelajaran yang menekankan keaktifan anak didik untuk mengalami sendiri, berlatih, beraktivitas dengan menggunakan daya pikir, emosional dan keterampilannya.
2.             Pembelajaran kreatif
Pembelajaran kreatif adalah pembelajaran yang mengajak anak didik untuk mampu mengeluarkan daya pikir dan daya karsanya. Pembelajaran kreatif dimaksudkan agar guru menciptakan pembelajaran yang beragam sehingga memenuhi berbagai tingkatan kemampuan siswa. Dengan demikian pembelajaran yang kreatif menghendaki guru harus kreatif didalam mendesain pembelajaran, dan siswa dapat mengembangkan kreativitasnya.
3.             Pembelajaran efektif
Pembelajaran efektif adalah prinsip pembelajaran yang diterapkan guru dengan maksud untuk mencapai kompetensi yang telah dirumuskan. Dalam menerapkan strategi ini tujuan yang akan disusun dalam kompetensi dasar, indikator, dan tujuan pembelajaran perlu mempertimbangkan karakteristik siswa.
Sehingga pembelajaran dikatakan efektif jika metode dan media pembelajaran yang digunakan sesuai dengan karakteristik siswa, dan evaluasi pembelajaran juga didasarkan pada kemampuan siswa. Evaluasi pembelajaran ini dapat dilihat pada skor yang dicapai siswa telah memenuhi batas minimal kompetensi yang telah dirumuskan.
4.             Pembelajaran menyenangkan
Pembelajaran menyenangkan artinya pembelajaran yang interaktif dan atraktif. Suasana pembelajaran yang menyenangkan menjadikan siswa memusatkan perhatiannya secara penuh pada proses belajar. Pembelajaran yang menyenangkan berorientasi pada penerapan model pembelajaran joyful learning dan meaningful learning, yaitu dengan menciptakan kondisi pembelajaran sedemikian rupa sehingga anak didik menjadi betah di kelas karena pembelajaran yang menyenangkan dan bermakna.
Berdasarkan uraian diatas, penulis menganalisis bahwa penerapan prinsip-prinsip PAKEM tidak terlepas dari adanya keterampilan guru dalam memodifikasi model pembelajaran yang akan diterapkan pada metode pembelajaran. Analisis demikian berdasar pada upaya penciptaan guru dalam penerapan pembelajaran PAKEM. Hal ini dipertegas oleh Uno dan Mohamad (2011:78) menyatakan bahwa untuk membantu strategi pembelajaran PAKEM guru dapat menerapkan berbagai model pembelajaran serta metode pembelajaran yang relevan.
Analisis penulis terhadap prinsip-prinsip PAKEM, yaitu (1) Pada prinsip pembelajaran aktif, guru dapat menerapkan model pembelajaran seperti numbered head together, make a match, debat, role playing, dan talking stik. Model pembelajaran demikian dimaksudkan agar siswa dapat aktif terlibat dalam kegiatan pembelajaran untuk berpikir, berinteraksi, dan berbuat untuk mencoba. (2) Pada prinsip pembelajaran kreatif, guru diharapkan bahkan dituntuk untuk kreatif di dalam mendesain pembelajaran. Dalam hal ini, guru harus sekreatif mungkin dalam menggunakan media pembelajaran, model pembelajaran, metode pembelajaran, bahkan menumbuhkan minat belajar para siswa. Dengan guru yang kreatif, maka dapat meminimalkan kejenuhan siswa dalam KBM. (3) Pada prinsip pembelajaran efektif, guru harus memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi keefektifan belajar siswa, yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal meliputi aspek fisiologis yang berkaitan dengan semangat dan konsentrasi belajar siswa; aspek psikologis yang berkaitan dengan tingkat kecerdasan siswa dan bakat siswa. Sedangkan faktor eksternal seperti penggunaan gaya belajar siswa. (4) Pada prinsip pembelajaran menyenangkan, guru harus dapat menciptakan suasana kelas menjadi menarik dengan mengakomodasi berbagai gaya belajar siswa (audio, visual, dan kinestetik), sehingga siswa merasa betah untuk mengikuti KBM. Selain itu, pada prinsip menyenangkan ini juga dapat diciptakan dengan suasana humor oleh guru, sehingga siswa tidak akan merasa tertekan bahkan takut kepada guru.
H.           Penerapan PAKEM dalam Pembelajaran
Menurut Hamdayama (2014:47) penerapan PAKEM dalam pembelajaran adalah sebagai berikut:
Komponen pembelajaran
Hal baru yang berbeda dengan kebiasaan pembelajaran selama ini
Guru merancang dan mengelola KBM yang mendorong siswa berperan aktif dalam pembelajaran
Guru melaksanakan KBM dalam kegiatan yang beragam, misalnya :
a.      Percobaan
b.     Diskusi kelompok
c.      Memecahkan masalah
d.     Mencari informasi
e.      Menulis laporan/cerita/puisi
f.      Berkunjung keluar kelas
Guru menggunakan alat bantu dan sumber belajar yang beragam
Sesuai mata pelajaran yang dibinanya, guru menggunakan:
a.    Alat yang tersedia di sekolah atau dibuat sendiri oleh guru
b.    Gambar
c.    Studi kasus
d.   Narasumber
e.    Lingkungan
Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan keterampilan
Siswa dapat melakukan:
a.      Percobaan, pengamatan, atau wawancara
b.     Mengumpulkan data/jawaban dan mengolah sendiri
c.      Menarik kesimpulan
d.     Memecahkan, mencari rumus sendiri
e.      Menulis laporan/hasil karya orang lain dengan kata-kata sendiri
Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan gagasannya sendiri secara lisan atau tulisan
Penerapannya melalui:
a.      Diskusi
b.     Lebih banyak pertanyaan terbuka
c.      Hasil karya yang merupakan pemikiran anak sendiri
Guru menyesuaikan bahan dan kegiatan belajar dengan kemampuan siswa
a.      Siswa dikelompokkan sesuai dengan kemampuan
b.     Bahan pelajaran disesuaikan dengan kemampuan kelompok tersebut
c.      Tugas perbaikan atau pengayaan diberikan kepada siswa
Guru mengaitkan pembelajaran dengan pengalaman siswa sehari-hari
a.    Siswa menceritakan atau memanfaatkan pengalaman sendiri
b.    Siswa menerapkan hal yang dipelajari dalam kegiatan sehari-hari
Guru menilai pembelajaran dan kemajuan siswa secara terus-menerus
a.      Guru memantau kerja siswa
b.     Guru memberikan umpan balik
Berdasarkan uraian tersebut, penulis menyimpulkan bahwa penerapan PAKEM dalam pembelajaran memiliki perbedaan dengan kebiasaan pembelajaran selama ini. Guru dituntut untuk memiliki keterampilan mengajar yang baik sehingga dapat mendesain KBM dengan menarik, sebagaimana penerapan prinsip-prinsip PAKEM tersebut.



DAFTAR RUJUKAN


Hamdayama, Jumanta. 2014. Model danMetodePembelajaranKreatifdanBerkarakter. Bogor: Ghalia Indonesia.

Sutirman. 2013. Media dan Model-Model PembelajaranInovatif. Yogyakarta: GrahaIlmu.

Uno, H.B &Mohamad, N. 2011.BelajardenganPendekatan PAILKEM. Jakarta: BumiAksara.

Wena, Made. 2011. StrategiPembelajaranInovatifKontemporer: SuatuTinjauanKonseptualOperasional. Jakarta: BumiAksara.

1 komentar:

  1. Casino Bonus Codes & Promotions 2021 - MJH - WebHUB
    Looking for Casino 논산 출장안마 Bonus Codes and Promotions 2021? Get the best deals 김제 출장샵 on Casino Bonus 계룡 출장샵 Codes & Promotions 2021, plus how-to 속초 출장마사지 steps to 문경 출장샵 claim the no deposit

    BalasHapus