BAB II
PEMBAHASAN
A.
Urgensi Pencitraan Publik
Pencitraan
publik terhadap suatu sekolah melahirkan adanya korelasi antara opini atau
persepsi publik dengan partisipasi publik. Korelasi ini mengindikasikan
bahwa semakin baik persepsi atau opini
publik terhadap citra sekolah maka semakin tinggi pula partisipasi publik
terhadap sekolah tersebut. Begitu juga sebaliknya.
Berdasarkan
uraian tersebut, penulis menyimpulkan bahwa urgensi pencitraan sekolah, antara lain:
1.
Untuk menarik minat masyarakat dalam mengikuti program pendidikan di suatu
sekolah.
2.
Mempengaruhi opini publik dalam memberikan kesan image suatu sekolah.
3.
Meningkatkan peran serta masyarakat terhadap program-program pendidikan di
suatu sekolah.
4.
Sebagai indikator dalam mengukur keberhasilan membangun citra suatu sekolah
di mata masyarakat (publik).
Penulis
juga menyimpulkan bahwa terdapat indikator untuk mengukur keberhasilan
membangun citra suatu sekolah, yaitu:
1.
Tingkat animo peserta didik yang mendaftar dan diterima di suatu sekolah.
2.
Tingkat peran serta masyarakat terhadap suatu sekolah.
3.
Tingkat prestasi siswa di suatu sekolah.
B.
Pengertian Pencitraan Publik
Citra adalah gambaran yang dimiliki oleh seseorang atau sekelompok orang
(masyarakat) mengenai pribadi, atau organisasi (diadaptasi dari Kamus Besar
Bahasa Indonesia). Dengan demikian, citra sekolah adalah gambaran yang
memberikan kesan yang kuat pada seseorang atau sekelompok orang (masyarakat)
tentang suatu sekolah. Dalam hal ini, citra sekolah dapat bersifat positif, dan
dapat bersifat negatif. Namun yang dimaksudkan dalam kajian ini, adalah citra
sekolah yang bersifat positif yakni yang mengambarkan citra sekolah unggul
dengan berbagai perangkatnya.
C.
Prinsip-Prinsip Pencitraan
Publik
Merancang atau membangun citra sekolah harus berdasarkan prinsip-prinsip
sebagai berikut:
1.
Berdasarkan visi dan misi sekolah.
2.
Kebersamaan dan komitmen.
3.
Memberdayakan seluruh potensi yang ada.
4.
Kesungguhan dan keikhlasan.
5.
Keterbukaan dan kejujuran.
6.
Adanya keinginan untuk berubah.
D.
Strategi Pencitraan Publik
Berikut strategi yang dapat dilakukan untuk melakukan
pencitraan publik, yaitu:
1.
Peningkatan kerja kepala sekolah,
pendidik, dan tenaga kependidikan.
2.
Keikutsertaan sekolah dalam
kegiatan-kegiatan lomba sekolah dan siswa.
3.
Membangun jaringan kerja (network)
dengan orang tua murid dan masyarakat.
4.
Peningkatan layanan akademik dan
non-akademik yang prima.
5.
Kepemilikan peringkat akreditasi
sekolah yang baik.
E.
Bentuk-Bentuk Pencitraan Publik
1.
Pencitraan yang terkait dengan
lingkungan fisik sekolah
Lingkungan fisik sekolah yang menarik akan
memberikan citra positif di mata publik. Pekarangan dan lingkungan fisik
sekolah hendaknya ditata semenarik mungkin sehingga memberikan citra positif.
2.
Pencitraan yang terkait dengan
pelayanan yang diberikan
Dalam memberikan layanan, tenaga pendidik dan
kependidikan menunjukkan frendly (ramah dan bersahabat), memperlakukan
orang yang dilayani sebagai pelanggan. Jangan sampai pihak yang dilayani kecewa
terhadap jenis pelayanan apapun yang diberikan, sehingga pihak yang dilayani
menjadi respek.
3.
Pencitraan yang terkait dengan
pembelajaran
Pembelajaran yang menyenangkan dan ramah anak akan
memberikan citra positif, karena apapun yang diterima oleh anak di sekolah
senantiasa diceritakan kepada orang tua. Proses pembelajaran yang benar dan
bervariasi sesuai dengan kompetensi yang akan dibentuk, akan mengantarkan
peserta didik pada pencapaian prestasi optimal.
4.
Pencitraan yang terkait dengan sikap
dan perilaku warga sekolah
Selama berkomunikasi secara internal, antar warga
sekolah hendaknya dikondisikan agar selalu tampak baik. Kebiasan baik yang
terbentuk di lingkungan internal ini akan ditransfer ketika berkomunikasi
dengan pihak eksternal.
5.
Pencitraan yang terkait dengan
transparansi program dan anggaran sekolah
Kepercayaan publik (public trust) dapat
ditumbuhkan oleh sekolah dengan menunjukkan citra jujur. Citra jujur tersebut
hendaknya ditunjukkan oleh sekolah pada pelaksanaan seluruh program sekolah,
dan lebih-lebih dalam soal pengelolaan anggaran.
6.
Pencitraan yang terkait dengan
prestasi akademik dan non akademik sekolah
Hampir semua sekolah yang prestasi akademik dan non
akademiknya tinggi, selalu menjadi sekolah favorit. Oleh karena itu, usaha
keras untuk mencapai prestasi akademik dan non akademik haruslah dilakukan oleh
warga sekolah.
7.
Pencitraan yang terkait dengan
keberadaan alumni
Keberadaan alumni baik yang berada pada jenjang SD,
SMP, SMA dan perguruan tinggi, dapat dikomunikasikan kepada mayarakat. Terutama
alumni yang berada pada sekolah-sekolah dan perguruan tinggi yang baik
(unggul). Bahkan alumni sekolah dasar yang sudah bekerjapun, terutama pada
pekerjaan-pekerjaan atau jabatan-jabatan yang strategis, juga perlu diketahui
oleh masyarakat.
F.
Pihak-Pihak Pencitraan Publik
Pihak-pihak
pencitraan publik terdiri dari dua jenis, yaitu pihak internal dan eksternal.
Berikut uraiannya:
1.
Pihak internal
Pihak internal yaitu semua warga sekolah yang
dilibatkan dalam pencitraan publik. Pihak internal ini meliputi kepala sekolah,
guru, tenaga kependidikan, siswa, dan komite sekolah.
2.
Pihak eksternal
Pihak eksternal yaitu kelompok-kelompok strategis
dan para tokoh masyarakat yang berpengaruh dalam pencitraan publik. Tokoh masyarakat yang berpengaruh dalam pencitraan publik, yaituintelektual/akademikus,
rohaniawan, usahawan, dan industriawan yang selama ini sudah bekerja sama
dengan sekolah.
G.
Efek Pencitraan Publik
Pencitraan publik bukan dimaksudkan untuk mengemas ketidakbaikan sekolah
menjadi terkesan baik, melainkan untuk mengemas dengan baik apa yang sudah
dikerjakan oleh sekolah untuk dikomunikasikan kepada publik. Harapannya,
hal-hal positif yang sudah diperbuat tersebut, diketahui oleh publik dengan
keadaan yang senyatanya.
Dengan demikian, menurutImron (2014) efek postif pencitraan publik sekolah dasar
yang dikehendakiyaitu:
1.
Publik mengetahui program, implementasi program, dan apa
saja yang telah dilakukan oleh sekolah dasar.
2.
Publik mempersepsi positif terhadap program, implementasi
program, dan apa saja yang telah dilakukan oleh sekolah dasar.
3.
Publik percaya (trust) terhadap amanat untuk
mendidik anak yang dilakukan oleh sekolah dasar.
4.
Publik bersedia memberikan dukungan (support) dan
bantuan.
H.
Perilaku Pengembang Sekolah dalam Pencitraan Publik
Agar pelayanan publik di sekolah bisa memuaskan customer,
dan sekaligus meningkatkan citra positif sekolah, sejumlah perilaku pelayanan
haruslah dapat diinternalisasikan dan bahkan ditunjukkan oleh Tenaga pendidik
dan kependidikan dalam memberikan layanan kepada customer-nya. Sejumlah
perilaku pelayanan tersebut, menyangkut waktu,relevansi layanan, kecermatan,hepful
dan friendly, responsif, proaktif, profesionalitas, kapabel, dan
cakap (Imron, 2007).
1.
Terkait
dengan waktu:
a.
Tim Pengembang Sekolah memahami
ketepatan waktu sangat penting diperhatikan dalam memberikan layanan kepada customer.
b.
Pengembang Sekolah mengetahui target
waktu yang diperlukan untuk memberikan layanan kepada customer.
c.
Tim Pengembang Sekolah selalu
mengusahakan memberikan layanan kepada customer lebih cepat dari batasan
waktu yang ditetapkan.
2.
Terkait
dengan relevansi layanan:
a.
Tim Pengembang Sekolah dapat
memposisikan diri sesuai dengan TUPOKSI dalam memberikan layanan kepada customer.
b.
Tim Pengembang Sekolah menyadari
keterkaitan TUPOKSI dengan keseluruhan layanan yang diberikan.
c.
Tim Pengembang Sekolah memahami dan
mampu mempraktikkan TUPOKSI-nya dalam rangka pemberian layanan kepada customer
3.
Terkait
dengan kecermatan pelayanan:
a.
Tim Pengembang Sekolah memahami
langkah-langkah kerja yang harus dilalui sebelum memberikan layanan.
b.
Tim Pengembang Sekolah menggunakan
peralatan bantu untuk kecepatan dan ketepatan proses dalam memberikan layanan
kepada customer.
c.
Tim Pengembang Sekolah memiliki
inisiatif untuk melakukan upaya pencegahan terhadap
kesalahan/kelemahan/hambatan dari layanan kepada customer.
4.
Terkait
dengan hepful dan friendly:
a.
Tim Pengembang Sekolah menyadari,
bahwa keberadaan dirinya sangat banyak ditentukan oleh keberadaan customer-nya.
b.
Tim Pengembang Sekolah menyadari,
bahwa tanpa ada customer, sesungguhnya dirinya tidak akan punya fungsi
dan peran apapun dalam lingkup pekerjaannya.
c.
Tim Pengembang Sekolah merasa bangga
dan senang, jika persoalan yang dimiliki oleh customer sedikit banyak
telah terpecahkan melalui bantuan dan pekerjaan yang ia lakukan.
5.
Terkait
dengan Responsiveness dan pro-aktif:
a.
Tim Pengembang Sekolah senantiasa
berpikir dan berangan-angan, kapan ia harus melayani customer-nya. Bukan
sebaliknya, kapan ia berhenti tidak memberikan pelayanan kepada customer.
b.
Tim Pengembang Sekolah menyadari,
bahwa pekerjaan melayani customer adalah tanggungjawab dirinya
sepenuhnya. Karena itu, ketika memberikan pelayanan tidak menunggu perintah
dari atasannya.
c.
Tenaga pendidik dan kependidikan
berusaha agar customer yang dilayani tidakperlu menunggu lama untuk mendapatkan pelayanan dari dirinya
6.
Terkait
dengan Profesionalitasdankapabilitas:
a.
Tim Pengembang Sekolah menyusun schedule
secara pribadi untuk penyelesaian pekerjaannya, sehingga seluruh pekerjaan
yang menjadi tanggungjawabnya, benar-benar terencana (by design).
b.
Tim Pengembang Sekolah memahami
prosedur dan alur kerja beserta dengan jiwa yang dikandung oleh prosedur dan alur
kerja tersebut.
c.
Dalam setiap memberikan pelayanan
kepada customer, Tim PengembangSekolah senantiasa berpedoman kepada alur
kerja yang telah ditetapkan oleh atasannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar