Selasa, 19 April 2016

makalah komunikasi efektif dalam hubungan sekolah dan masyarakat



BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Komunikasi Secara Umum
Komunikasi dalam bahasa Ingris adalah communication, berasal dari kata commonicatio atau dari kata  comunis yang berarti “sama” atau “sama maknanya” dengan kata lain komunikasi memberi pengertian bersama dengan maksud mengubah pikiran, sikap, perilaku, penerima dan melakukan yang diinginkan oleh komunikator. Menurut Roben dalam Fefdianti (2011) komunikasi merupakan kegiatan perilaku atau kegiatan penyampaian pesan atau informasi tentang pikiran atau perasaan. John R. Schemerhorn dalam bukunya berjudul Managing Organizational Behavior (dalam Fefdianti, 2011) menyatakan bahwa komunikasi dapat diartikan sebagai proses antara pribadi dalam mengirim dan menerima simbol-simbol yang berarti dalam kepentingan mereka. J.L. Aranguren dalam bukunya Human Communication (dalam Fefdianti, 2011) menyatakan bahwa komunikasi adalah pengalihan komunikasi untuk memperoleh tanggapan.

B.       Pengertian Komunikasi Efektif dalam Hubungan Sekolah dan Masyarakat
Komunikasi menurut handoko dalam Benty dan Gunawan (2015:128) adalah pemindahan pengertian dalam bentuk gagasan atau informasi dari seseorang ke orang lain. Perpindahan tersebut melibatkan lebih dari sekedar kata-kata,tetapi juga ekspresi wajah, intonasi, titik putus, vocal, dan sebagainya. Dalam istilah yang sederhana Moore (2004:66) menyatakan bahwa komunikasi adalah proses penyampaian pengertian antar individu. Semua masyarakat manusia dilandasi kapasitas manusia untuk menyampaikan maksud, hasrat, perasaan, pengetahuan, dan pengalaman dari orang yang satu dengan orang yang lainnya. Komunikasi adalah pusat minat dari situasi perilaku dimana suatu sumber menyampaikan suatu pesan kepada seseorang penerima dengan tujuan mempengaruhi tujuan suatu penerima.
Hal senada dikemukakan oleh Stoner dalam Wijaya (dalam Benty dan Gunawan, 2015:128) yang mengemukakan bahwa komunikasi adalah proses dimana seseorang berusaha memberikan pengertian dengan pemindahan pesan. Komunikasi dikatakan efektif apabila pesan yang disampaikan tepat sasaran,serta antara pengirim pesan dan penerima pesan sama-sama memberikan respons yang sesuai dengan harapan dan tujuan masing masing. Bedasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah penyampaian pesan dari orang satu ke orang lain yang bertujuan untuk memberikan informasi tertentu. Komunikasi akan dapat berhasil jika kedua belah pihak dapat saling memahami maksud dari informasi yang dikomunikasikan. Sementara itu Zulkarnain dan Sumarsono dalam Benty dan Gunawan (2015:129) menyatakan bahwa komunikasi  efektif terjadi apabila pesan dapat dipahami serta mendorong penerima untuk bertindak sesuai dengan isi atau harapan pengirim pesan tersebut.
Menurut Moore (2004:66) menyatakan bahwa komunikasi humas merupakan suatu proses yang mencakup suatu pertukaran fakta, pandangan dan gagasan diantara suatu bisnis atau organisasi tanpa laba dengan public-publiknya untuk saling pengertian. Ada tiga butir penting yang perlu dipertimbangkan: pertama, komunikasi harus melibatkan dua orang atau lebih; kedua, komunikasi merupakan pertukaran informasi yang bersifat dua arah; dan ketiga, mengandung pemahaman. Komunikasi dikatakan efektif apabila suatu gagasan dapat berpindah dari benak seseorang ke benak orang lainnya.
Sedangkan menurut Benty dan Gunawan (2015:129) komunikasi antara sekolah dan masyarakat adalah penyampaian pesan atau informasi barik dari sekolah kepada masyarakat maupun masyarakat ke sekolah untuk menjalin hubungan harmonis dan mencapai tujuan bersama. Komunikasi antara sekolah dan masyarakat sama-sama memiliki persepsi, respons, dan tujuan yang sama. Komunikasi tersebut dapat mempererat kerjasama antara kedua belah pihak, dan dapat menjalin hubungan harmonis dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan. Tentunya dalam proses komunikasi terdapat komponen-komponen atau unsur –unsur yang harus ada agar komunikasi dapat berjalan dengan lancar. Proses komunikasi memiliki lima macam unsur atau komponen dasar yaitu: Pengirim pesan, pesan, saluran atau media, penerima pesan, dan balikan (Zulkarnain dan Sumarsono dalam Benty dan Gunawan (2015:129).
Sedangkan menurut Kotler dalam Benty dan Gunawan (2015:129) komunikasi terdiri dari komponen-komponen yaitu:
1.        Pengirim (sender), yakni pihak yang mengirim pesan
2.        Pesan (massage), merupakan gagasan atau ide yang disampaikan pengirim pesan kepada penerima pesan untuk tujuan tertentu
3.        Penerima (receiver), yakni pihak penerima pesan
4.        Media (media), yakni sara bagi komunikator untuk menyampaikan pesan kepadasasaran yang dituju
5.        Pengkodean (encoding), yakni proses untuk menjabarkan pesan ke dalam symbol,yang dapat berupa kata lisan maupun tulisan,isyarat dan lainya kedalam media
6.        Penerjemah (decoding), yakni proses yang dilakukan oleh penerima pesan untuk menerjemahkan arti symbol yang dikirim sender
7.        Tanggapan (response), yakni bagian dari reaksi penerima setelah menerima pesan
8.        Umpan Balik (feedback), yakni reaksi yang dikomunikasikan kembali pada pengirim pesan
9.        Gangguan (noise), yakni gangguan yang tak terduga selam proses komunikasi yang dapat mengakibatkan penerima pesan memperoleh pesan yang berbeda dari yang dikirimkan

C.      Pentingnya Komunikasi Efektif dalam Hubungan Sekolah dan Masyarakat
Komunikasi merupakan hal yang dapat terjadi dimana saja, oleh siapa saja, dan kapan saja. Naim dalam Benty dan Gunawan (2015:129) berpendapat bahwa komunikasi menjadi penanda eksistensi individu dalam membangun relasi sesamanya, baik sebagai warga masyarakat maupun untuk kepentingan lainnya. Lewat komunikasi, manusia saling berinteraksi demi tujuan tujuan tertentu. Hal tersebut juga berlaku di dalam dunia pendidikan, bahwa sekolah dan msyarakat penting untuk saling berinteraksi guna meningkatkan mutu pendidikan. Lebih lanjut Naim dalam Benty dan Gunawan (2015:130) mengemukakan bahwa dalam dunia pendidikan, komunikasi antara pihak sekolah dan masyarakat sangat penting artinya. Tentunya komunikasi yang dilakukan haruslah efektif agar tujuan komunikasi dapat tercapai secara optimal.
Sekolah berusaha untuk membangun dan meningkatkan komunikasi efektif dengan pihak masyarakat. Relasi kedua belah pihak, baik sekolah maupun masyarakat seyogyanya dibangun dengan inisiatif dari pihak sekolah. Hal ini menurut Naim dalam Benty dan Gunawan (2015:130) membuka kemungkinan bagi lahirnya proses komunikasi yang lebih efektif, terstruktur dan membawa hasil yang lebih optimal.Komunikasi dikatakan efektif apabila terdapat aliran informasi dua arah antara komunikator dan komunikan serta informasi tersebut sama-sama direspons sesuai dengan hrapan kedua pelaku komunikasi tersebut.
Apabila repons masyarakat sesuai dengan harapan sekolah, dan begitu pula sebaliknya respons sekolah sesuai dengan apa yang dikehendaki masyarakat, hal tersebut berarti bahwa komunikasi yang dilakukan oleh kedua belah pihak adalah efektif. Komunikasi yang efektif antara sekolah dan masyarakat adalah apabila keduanya satu persepsi,satu harapan dan satu tujuan serta meberikan bailikan yang sesuai. Komunikasi yang efektif antara sekolah dan masyarakat mampu mewujudkan mutu pendidikan yang diinginkan. Komunikasi yang efektif juga dapat mempererat hubungan antara sekolah dengan masyarakat.

D.      Peran Humas dalam Melaksanakan Komunikasi Efektif antara Sekolah dan Masyarakat
Kemampuan komunikasi yang efektif merupakan salah satu aspek yang mendasar dari kualiatas seorang humas sekolah. Humas sekolah bukan hanya berperan sebagai bagian perencanaan kegiatan sekolah serta pencitraan saja tetapi semestinya juga dapat memberikan arah positif bagai tercapainya misi sekolah sekaligus bisa mengaspirasi aparatur sekolah untuk melaksanakan secara optimal. Oleh sebab itu kehumasan di sekolah memiliki peran yang penting dalam menjalin komunikasi yang efektif dengan masyarakat.
Naim dalam Benty dan Gunawan (2015:130-131) mengemukakan bahwa salah satu fungsi humas adalah menjalin komunikasi dan relasi dengan public-publik organisasi. Dampak dari terwujudnya fungsi ini adalah pencapaian tujuan organisasi. Sehingga peran seorang public relations disekolah menjadi sangat penting. Public relations berperan aktif dalam komunikasi, yaitu:
1.        Public relations berperan sebagai teknisi komunikasi untuk organisasi. di mana seorang humas diharuskan memahami keahlian komunikasi dan jurnalistik karena ia akan ditugaskan untuk menulis news release,mengembangkan isi web, menangani kontak media, dan juga berhubungan dengan banyak public di sebuah instansi.
2.        Public relations berperan sebagai fasilitator komunikasi. Public relations sebagai pendengar yang peka dan sebagai perantara komunikasi. Fasilitator bekerja sebagai penghubung antara organisi dengan publik. Komunikasi akan selalu dijaga supaya berjalan dua arah dan memfasilitasi komunikasi tersebut dengan menyingkirkan segala rintangan sambil terusmembuka jalur komunikasi. Tujuannya adalah member informasi yang dibutuhkan baik oleh instansi, dalam hal ini manajemen, maupun publik untuk membuat suatu keputusan atau pandangan demi kepentingan bersama.

E.     Tujuan dan Manfaat Komunikasi Efektif dalam Hubungan Sekolah dan Masyarakat
Komunikasi dalam sudut pandang human relations merupakan salah satu unsur penting yang membangun sebuah tim, yang dapat membawa tim tersebut ke dalam tingkat keberhasilan. Kemampuan berkomunikasi secara jelas berguna untuk mendominasi dalam bidang yang digeluti. Komunikasi adalah kunci yang dapat mebangun tim yang kuat dan mendorong kinerja yang lebih baik. Said dalam Benty dan Gunawan (2015:131) tujuan hubungan timbal balik antara sekolah dan masyarakat adalah:
1.       Mempertinggi pemahaman masyarakat terhadap program-program pendidikan pendidikan, maupun yang telah berjalan ataupun yang tengah atau yang akan berlangsung.
2.      Menjelaskan kepada masyarakat tujuan program-program yang diselenggarakan
3.      Meningkatkan kerjasama yang telah ada dengan masyarakat.
Selan dalam Benty dan Gunawan (2015:131) berpendapat bahwa komunikasi efektif dalam kaitannya dengan hubungan sekolah dan masyarakat memiliki manfaat yaitu:
1.        Membantu membangun tim. Membutuhkan seorang pemimpin yang mampu dengan baik untuk berkomunikasi kepada setiap individu. Sehingga dengan menghilangkan rasa takut dan menanamkan kepercayaan dalam kemampuan mereka melalui komunikasi langsung seorang pemimpin dapat menciptakan sebuah tim yang dapat unggul. Hal ini dalam hubungan sekolah dengan masyarakat dapat membantu agar hubungan sekolah dan pihak luar dapat tetap terjalin dengan baik.
2.        Menhindari kesalahpahaman. Sehingga dengan komunikasi yang diatur, banyak kesalah pahaman dan miskomunikasi yang dapat diseleseikan secara damai. Apabila ada permasalahan yang ada sekolah agar bisa tetap dikomunikasikan dengan baik, sehingga dapat meminimalisasi efek negative sekolah di mata masyarakat.
3.        Membangun hubungan kerjasama antara sekolah dan pihak masyarakat, sehingga dengan adanya komunikasi yang berjalan baik satu sama lain, sekolah dan masyarakat dapat saling bekerja sama.

F.     Strategi Meningkatkan Komunikasi Efektif dalam Hubungan Sekolah dan Masyarakat
Menurut Benty dan Gunawan (2015:132) agar komunikasi antara sekolah dan masyarakat dapat berjalan secara efektif, harus dipenuhi beberapa syarat yaitu:
1.        Menciptakan suasana komunikasi yang menguntungkan
2.        Menggunakan bahasa yang mudah ditangkap dan dimengerti
3.        Pesan yang disampaikan dapat mengunggah perhatian atau minat bagi pihak komunikan
4.        Pesan dapat mengunggah kepentingan komunikan yang dapat menguntungkan
5.        Pesan dapat menumbuhkan suatu penghargaan bagi pihak komunikan.
Naim dalam Benty dan Gunawan (2015:132) menyatakan bahwa hal mendasar yang seyogyanya diperhatikan adalah pentingnya membangun posisi yang setara antara kedua belah pihak. Keduanya memiliki posisi yang setara dan sejajar sehingga yang terjadi adalah komunikasi horizontal. Aliran komunikasinya bukan dari atas kebawah (downward communication)atau dari atas ke bawah (upward communication). Komunikasi yang terjadi adalah komunikasi horizontal, antara komunikasi dan komunikasi mempunyai kedudukan yang sama. Tema komunikasi bisa bermacam-macam, tetapi biasanya berkaitan dengan perkembangan sekolah, perkembangan siswa dan masalah-masalah lain yang berkenaan dengan pendidikan. Lebih lanjut Naim dalam Benty dan Gunawan (2015:132) mengemukakan bahwa memahami metode komunikasi yang digunakan secara tepat akan menjadikan pihak sekolah dapat memastikan bagaimana masyarakat mengakses informasi tentang sekolah. Hal tersebut dapat disimpulkan bahwa sekolah yang dapat memahami metode komunikasi yang tepat dan mengaplikasikannya akan dapat pula menjalin komunikasi yang tepat denganmasyarakat.
Nasution dalam Benty dan Gunawan (2015:132) berpendapat bahwa penyampaian informasi dalam menjalin hubungan sekolah dengan masyarakat diperlukan proses komunikasi yang terdiri dari:
1.        Harus ada sumber, yaitu seorang komunikator yang mempunyai sejumlah kebutuhan, ide, atau informasi untuk diberitahukan.
2.        Harus ada suatu maksud yang hendak dicapai, umumnya bisa dinyatakan dalam kata-kata dan perbuatan yang oleh komunikan diharapkanakan tercapai.
3.        Suatu berita dalam suatu bentuk diperlukan untuk menyatakan fakta, perasaan, atau ide yang dimaksudkan untuk membangkitkan respons di pihak orang-orang kepada siapa berita itu ditujukan
4.        Harus ada suatu saluran yang menghubungkan sumber berita dengan penerima berita
5.        Harus ada penerimaberita
6.        Harus ada penerima umpan balik atau respons dipihak penerima berita.
Terdapat lima aspek yang perlu dipahami dalam membangun komunikasi yang efektif yaitu:
1.        Kejelasan, bahwa dalam komunikasi harus menggunakan bahasa dan mengemas informasi secara jelas, sehingga mudah diterima dan dipahami oleh komunikan.
2.        Ketetapan, atau akurasi inimenyangkut penggunaan bahasa yang benar dan kebenaran informasi yang disampaikan
3.        Konteks, adalah bahwa bahasa dan informasi yang disampaikan harus sesuai dengan keadaan dan lingkungan dimana komunikasi itu terjadi
4.        Alur, bahasa dan informasi yang akan disajikan harus disusun dengan alur dan sistematika yang jelas, sehingga pihak yang menerima informasi cepat tanggap
5.        Budaya, dalam berkomunikasi harus menyesuaiakan dengan budaya orang yang diajak berkomunikasi, baik dengan menggunakan bahasa verbal maupun nonverbal, agar tidak menimbulkan kesalahpahaman persepsi.
Handoko dalam Benty dan Gunawan (2015:133) mengemukakan bahwa cara untuk meningkatkan keefektifan komunikasi adalah:
1.        Kesadaran akan kebutuhan komunikasi efektif
2.        Penggunaan umpan balik
3.        Menjadi komunikator yang lebih efektif
4.        Pedoman komunikasi yang baik
Naim dalam Benty dan Gunawan (2015:133) berpendapat bahwa komunikasi memiliki peranan penting untuk merekatkan kembali hubungan yang retak. Selain itu, langkah penting yangharus dilakukan adalah melacak berbagai faktor yangmenjadi penyebabnya. Setelah ditemukan, faktor tersebut harus diseleseikan agar tidak membuka kemungkinan munculnya konflik pada waktu-waktu selanjutnya.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa agar komunikasi dapat berjalan dengan efektif yaitu dengan memahami metode komunikasi yang tepat, menyampaikan informasi dengan lengkap dan jelas sesuai dengan fakta, serta memiliki semua komponen komunikasi, selain itu komunikasi yang dilakukan juga beretika dan disesuaikan dengan kebutuhan dan budaya masyarakat. Mengatasi konflik yangterjadi antara sekolah dengan masyarakat juga merupakan strategi untuk menjalin komunikasi yang efektif dalam hubungan sekolah dengan masyarakat. Jika perlu, maka sekolah atau masyarakat dapat mengulangi kembali informasi yang disampaikan manakala informasi awal yang disampaikan justrumembuat resah atau terjadi kesalahpahaman di antara kedua belah pihak. Hal ini menjadi sangat penting untuk mengurangi rasa saling curiga diantara kedua belah pihak atas informasi yang disampaikan.

G.      Proses Komunikasi Efektif dalam Hubungan Sekolah dan Masyarakat
Komunikasi antara orang dengan orang tidak selalu tergantung pada teknologi, akan tetapi tergantung dari kekuatan dalam diri orang itu sendiri. Proses yang berjalandari komunikator yang menyampaikan pesan (message) melalui jalur tertentu (medium), kemudian ditangkapoleh penerima (receiver) dan bila memungkinkan menjadi umpanm balik (feedback) kepada komunikator.
Guru membangun kerjasama antara sekolah dan masyarakat juga melalui tahap-tahap komunikasi agar komunikasi dapat berjalan dengan efektif dan berkesinambungan.
Sudrat dalam Benty dan Gunawan (2015:134) mengemukakan bahwa proses komunikasi terdapat beberapa tahap yaitu:
1.        Tahap ideasi (ideation), yaitu tahap proses penciptaan gagasan, pesan atau informasi. Pada umumnya ideasi muncul karena ada rangsangan dari luar atau ada kebutuhan untuk berkomunikasi pada diri peserta
2.        Tahap penyandian (encoding), yaitu proses penyusunan gagasan atau pesan menjadi suatu bentuk informasi (simbol, lambang, sandi) yang akan dikirimkan termasuk pemilihan dan penentuan cara maupun alat (media) untuk menyampaikannya
3.        Tahap pengiriman (transmitting), merupakan kegiatan penyampaian pesan atau informasi yang terjadi di antara peserta komunikasi. Pengiriman pesan ini dapat dilakukan dengan cara berbicara (verbal/lisan) atau nonverbal dengan tulisan, gambar, warna, atau gerakan disampaikan swecara langsung atau melalui media tertentu
4.        Tahap penerimaan (receiving), yakni proses penerimaan atau pengumpulan pesan yang terjadi pada para peserta komunikasi. Penangkapan atau pengumpulan pesanbini dapat terjadi dengan cara mendengarkan, membaca, mengamati, atau memperhatikan, tergantung pada cara dan alat yang digunakan dalam berkomunikasi trersebut.
5.        Tahap penafsiran (decoding), yakni usaha pemberian arti terhadap informasi /pesan diantara pesan komunikasi. Peserta komunikasi yang berkepentingan, melalui proses berfikir, berusaha menginterpretasi atau menafsirkan informasi yangtelah terkumpul dalam pikirannya. Pengertian berpikir di sini diartikan secara luas, baik menggunakan pikiran manusia (komunikasi manusiawi) maupun naluri binatang (komunikasi dengan hewan) dan system memori mekanis yangterdapat dalam mesin atau peralatan otomatis.
6.        Tahap respons (pemberian tanggapan), merupakan tindak lanjut dari penafsiran yangtelah dilakukan, yakni pemberian reaksi terhadap pesan yangtelah disampaikan. Jadi para peserta komunikasi menggunakan arti atau makna suatu pesan sebagai dasar untukmemberikan reaksi. Apabila respon/reaksi diberikan sesuai dengan maksud pengirimpesan berarti terjadi komunikasi yangefektif, dan sebaliknya apabila tidaksesuai berarti terjadi miscommunication. Diberikan sesuai dengan maksud pengirim pesan berarti terjadi komunikasi yang efektif, dan sebaliknya apabila tidak sesuai berarti terjadi misscomunication.
7.        Tahap balikan (feedback), berlangsung seiring dengan tahap-tahap komunikasi lainnya, yang berupa gejala atau fenomena yang dapat dijadikan petunjuk keberhasilan atau kegagalan suatu proses komunikasi. Jadi, pengertian feedback ini harus dibedakan dengan hasil (respon).

H.    Hambatan Komunikasi Efektif dalam Hubungan Sekolah dan Masyarakat
Menurut Benty dan Gunawan (2015: 135) hambatan komunikasi di sekolah bisa terjadi seperti hambatan jarak, yaitu hambatan yang terjadi karena antara komunikator dengan komunikan temapatnya berjauhan. Misalnya hubungan antara sekolah dan masyarakat, bangunan tersebut jauh dengan perumahan penduduk, sehingga menyebabkan komunikasi anatara pihak sekolah selaku komunikator dengan masyarakat selaku komunikan tidak dapat berjalan secara efektif. Jika pihak sekolah akan mengadakan suatu kegiatan yang melibatkan masyarakatmaka pihak sekolah akan kesulitan untuk berkoordinasi dengan masyarakat. Terdapat istilah-istilah hambatan dalam komunikasi efektif yaitu:
1.        Status sosial (status effect). Adanya perbedaan pengaruh status sosial yang dimiliki setiap manusia. Misalnya karyawan dengan status sosial yang lebih rendah harus tunduk dan patuh pada semua perintah yang diberikan atasan. Maka karyawan tersebut tidak dapat atau takut mengemukakan inspirasi atau pendapatnya.
2.        Masalah semantik (semantic problem). Faktor semantik menyangkut bahasa yang dipergunakan komunikator sebagai alat untuk menyalurkan pikiran dan perasaannya kepada komunikan. Demi kelancaran komunikasi, seorang komunikator harus benar-benar memperhatikan gangguan ini, sebab kesalahan pengucapan atau kesalahan dalam penulisan dapat menimbulkan salah pengertian (misunderstanding) atau penafsiran (misinterpretation) yang pada gilirannya bisa menimbulkan salah komunikasi (misscomunication). Misalnya kesalahan pengucapan bahasa dan salah penafsiran seperti contoh pengucapan demonstrasi menjadi demokrasi, kedelai menjadi keledai, dan lain-lain.
3.        Distorsi persepsi (perceptual distortion). Perceptual distortion dapat disebabkan karena perbedaan cara pandang yang sempit pada diri sendiri dan perbedaan cara berpikir serta cara mengerti yang sempit terhadap orang lain. Sehingga, dalam komunikasi terjadi perbedaan persepsi dan wawasan atau cara pandang antara yang satu dengan yang lainnnya.
4.        Perbedaan budaya (cultuure differences). Hamabatan yang terjadi karena disebabkan adanya perbedaan kebudayaan, agama, dan lingkungan sosial. Dalam suatu organisasi terdapat beberapa suku, ras, dan bahasa yang berbeda-beda. Sehingga, ada beberapa kata-kata yang memiliki arti berbeda di tiap suku. Seperti contoh kata “jangan” dalam bahasa Indonesia artinytidak boleh, tetapi orang suku Jawa mengartikan kata tersebut sebagai suatu jenis makanan berupa sup.
5.        Gangguan fisik (physical distraction). Hambatan ini disebabkan oleh gangguan lingkungan fisik terhadap proses berlangsungnya komunikasi. Contohnya suara riuh orang-orang atau kebisingan, suara hujan atau petir, dan cahaya yang kurang jelas.
6.        Gangguan saluran komunikasi (poor choice of communication channels). Adalah gangguan yang disebabkan pada media yang dipergunakan dalam melancarkan komunikasi. Contoh dalam kehidupan sehari-hari, misalnya sambungan telepon yang terputus-putus, suara radio yang hilang dan muncul, gambar yang kabur pada pesawat televisi, atau huruf ketikan yang buram pada surat, sehingga informasi tidak dapat ditangkap dan dimengerti dengan jelas.
7.        Tidak ada umpun balik atau respon (nothing feedback). Hambatan tersebut adalah ketika seorang sender mengirimkan pesan kesan kepada receiver tetapi tidak ada respons dan tanggapan dari receiver. Maka memberikan tanggapan atau respons, dengan kata lain tidak peduli dengan gagasan yang disampaikan seorang manajer.
Kenyataan dilapangan membuktikan bahwa hubungan sekolah dengan masyarakat mengalami kendala yang cukup berarti seperti:
1.        Tujuan komunikasi yang kurang jelas
2.        Saluran komunikasi yang kurang transparan dan kurang professional
3.        Keterampilan komunikasi yang kuarang mendukung
4.        Tindak lanjut yang kurang mendukung dan pengawasan kurang terstruktur dan berkesinambungan.
Naim dalam Benty dan Gunawan (2015:136) mengemukakan bahawa adakalanya muncul hambatan komunikasi, misalnya kadang-kadang penuh saling percaya, di saat lain penuh kecurigaan. Relasi yang mengalami penuh pasang surut ini sesungguhnya hal wajar karena memang komunikasi dan relasi antara organisasi dan publiknya tidak bersifat tetap, tetapi bersifat dinamis berubah sesuai dengan keadaan lingkungan strategis organisasi itu.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa beberapa hambatan pasti terjadi pada saat proses komunikasi anatar sekolah dengan masyarakat. Masalah yang sering terjadi adalah perbedaan pendapat dan kurangnya pemahaman masyarakat terhadapinformasi yang disampaikan oleh pihak sekolah. Tentunya sekolah juga harus jeli dalam menggunakan media komunikasi yang tepat agar pesan yang disampaikan dapat dipahami oleh masyarakat. Adanya konflik yang terjadi juga merupakan salah satu hambatan dari proses komunikasi antara sekolah dengan masyarakat. Naim dalam Benty dan Gunawan (2015: 137) menegaskan bahwa dalam hubungan dengan masyarakat, tidak tertutup kemungkinan terjadi perbedaan pendapat. Jika tidak dikomunikasikan dan dicari titik temunya, perbedaan pendapat dapat berlarut-larut hingga melahirkan konflik.
Konflik sendiri dapat terjadi karena disebabkan oleh beberapa faktor. Lebih lanjut Naim dalam Benty dan Gunawan (2015: 137) mengemukakan faktor-faktor yang menyebabkan munculnya konflik dalam masyarakat antara sekolah dan masyarakat adalah:
1.        Apa yang disampaikan oleh pihak sekolah kurang jelas sehingga masyarakat menerimanya dengan persepsi dan penafsiran yang beragam;
2.        Masyarakat yang plural, anatar satu dengan lainnya memiliki kepentingan yang berbeda
3.        Adanya ketidakpercayaan, prasangka, dan praduga masyarakat terhadap sekolah
4.        Masyarakat tidak menerima apa saja produk sekolah karena berbagai faktor.
Berdasarkan hal tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa konflik termasuk hambatan komunikasi sekolah dengan masyarakat yang sering muncul dan dapat berimbas cukup besar terhadap sekolah. Konflik yang lebih dominan terjadi akibat perbedaan pendapat, persepsi, dan penafsiran antara kedua belah pihak yang saling berkomunikasi, yaitu sekolah dan masyarakat. Konflik sendiri dapat dihindari apabila pihak sekolah mampu menggunakan strategi komunikasi yang efektif dengan masyarakat. Sehingga seorang kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan di sekolahnya harus dapat mengelola konflik, agar konflik dapat dapat berakibat konstruktif. Hal ini karena pandangan modern menyatakan konflik dapat dijadikan sebagai unsur dalam meningkatkan daya kreativitas dan daya saing anggota organisasi, sebab karena adanya konflik sebuah organisasi sekolah akan terus berjalan secara dinamis atau tidak stagnan.

I.         Model dan Jenis-Jenis Komunikasi Efektif dalam Hubungan Sekolah dan Masyarakat
Menurut Benty dan Gunawan (2015:137) penyampaian sebuah informasi dalam komunikasi, dalam hal ini tentu saja adalah komunikasi pendidikan atau yang biasa disebut dengan humas pendidikan terkadang seiring dijumpai kesalahpahaman dalam memahami maksud dan isi sebuah pesan ataupun informasi. Hal ini dikarenakan berbagai faktor diantaranya latar belakang budaya dan tingkat pendidikan seseorang. Interpretasi suatu pesan akan terbentuk dari pola pikir seseorang melalui kebiasaannya, sehingga semakin sama latar belakang budaya dan tingkat pendidikan seseorang antara komunikator dan komunikan maka komunikasi semakin efektif. Oleh karena itu, untuk mengefektifkan proses komunikasi maka diperlukan berbagai macam model dan media komunikasi yang beragam guna menghadapi berbagai macam karakteristik orang yang berbeda di dalam sebuah proses komunikasi dalam dunia pendidikan.
Terry dalam Nasution (dalam Benty dan Gunawan, 2015: 138) bahwa terdapat lima jenis komunikasi dalam hubungan sekolah dengan masyarakat, yaitu:
1.        Komunikasi formal adalah komunikasi yang dilakukan dalam jalur organisasi yang formal yang memiliki wewenang dan tanggung jawab
2.        Komunikasi nonformal adalah komunikasi yang dilakukan di luar jalur formal secara fungsional
3.        Komunikasi informal adalah komunikasi yang dilakukan karena terjadinya kontak hubungan anatarmanusia lebih dominan yang terkait dengan aspek-aspek kejiwaan, lebih sensitif, dan sentimental
4.        Komunikasi teknis adalah komunikasi yang bersifat teknis yang dapat dipahami oleh tenaga kerja tertentu
5.        Komunikasi prosedural, komunikasi ini lebih dekat dengan komunikasi formal.

            Selain itu, ada tiga jenis model komunikasi yang utama yakni:
1.        Model komunikasi linier
2.        Model interaksional
3.        Model komunikasi transaksional.
Model komunikasi linier dikemukakan oleh Claude Shannon dan Warren Weaver pada tahun 1949. Model linier berasumsi bahwa seseorang hanyalah pengirim atau penerima. Tentu saja hal ini merupakan pandangan yang sangat sempit terhadap partisipan-partisipan dalam proses komunikasi. Suatu konsep penting dalam model ini adalah gangguan (noise), yakni setiap rangsangan tambahan dan tidak dikehendaki yang dapat mengganggu kecermatan pesan yang disampaikan. Model interaksional dikembangkan oleh Wilbur Schramm pada tahun 1954 yang menekankan pada proses komunikasi dua arah di antara para komunikator. Dengan kata lain, komunikasi berlangsung dua arah yakni dari pengirim dan kepada penerima dan dari penerima kepada pengirim. Proses melingkar ini menunjukkan bahwa komunikasi selalu berlangsung.
Para peserta komunikasi menurut model interaksional adalah orang-orang yang mengembangkan potensi manusiawinya melalui interaksi sosial, tepatnya lelalui pengambilan peran orang lain. Model komunikasi transaksional dikembangkan oleh Barnlund pada tahun 1970. Model ini menggarisbawahi pengiriman dan penerimaan pesan yang berlangsung secara terus-menerus dalam sebuah episode komunikasi. Komunikasi bersifat transaksional adalah proses kooperatif pengirim dan penerima sama-sama bertanggung jawab terhadap dampak keefektifan komunikasi yang terjadi. Model transaksional berasumsi bahwa saat seseorang secara terus-menerus mengirimkan dan menerima pesan, orang tersebut akan berurusan baik dengan elemen verbal dan nonverbal. Dengan kata lain, peserta komunikasi (komunikator) melakukan proses negosiasi makna.
Maisyaroh dalam Benty dan Gunawan (2015: 138) mengemukakan bahawa ada beberapa cara yang dapat digunakan oleh sekolah untuk melakukan komunikasi yang efektif dengan masyarakat yaitu:
1.        Memberdayakan orang-orang kunci, yang termasuk tokoh kunci hubungan sekolah dan masyarakat adalah kyai, sesepuh desa, pengusaha, perangkat desa, dan pejabat lainnya, serta rang-orang ini dapat diajak untuk berdiskusi tentang permasalahan yang dihadapi oleh sekolah
2.        Warga sekolah bersifat terbuka terhadap semua saran dan kritik masyarakat
3.        Komunikasi dengan masyarakat perlu terus menerus dilakukan agar harapan dan kebutuhan masyarakat dan sekolah sejalan. Pihak sekolah pada saat yang tepat, melibatkan masyarakat sekitar ntuk berpartisipasi dalam kegiatan sekolah.
Berdasarkan paparan di atas, disimpulkan bahwa komunikasi dapat dikelompokkan atas:
1.        Berdasarkan cara penyampaiannya
Komunikasi berdasarkan cara penyampaiannya dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu komunikasi lisan dan komunikais tertulis. Sekolah dapat menggunakan kedua cara penyampaia tersebut kepada masyarakat manakala akan memberikan sebuah informasi. Komunikasi lisan adalah komunikasi yang terjadi secara langsung dan tidak dibatasi oleh jarak, dimana dua belah pihak dapat bertatap muka, misalnya dialog dua orang, wawancara maupun rapat dan sebagainya. Komunikasi yang terjadi secara tidak langsung karena dibatasi oleh jarak, misalnya komunikasi lewat telepon dan sebagainya. Pada konteks komunikasi antara sekolah dengan masyarakat, komunikasi lisan dapat berupa dialog langsung antara sekolah dengan masyarakat, dialog langsung antara kepala sekolah dengan komite sekolah, guru dengan wali murid, guru dengan masyarakat. Dialog yang disampaikan tentunya yang mengandung unsur meningkatkan kualitas pendidikan, bukan hanya dialog yang bersifat biasa.
Komunikasi tertulis adalah komunikasi yang dilaksanakan dalam bentuk surat dan dipergunakan untuk menyampaikan berita yang sifatnya singkat, jelas tetapi dipandang perlu untuk ditulis dengan maksud-maksud tertentu. Contoh-contoh komunikasi tertulis ini adalah:
a)      Naskah, yang biasanya dipergunakan untuk menyampaikan berita yang bersifat kompleks
b)      Blangko-blangko, yan dipergunakan untuk mengirimkan berita dalam suatu daftar
c)      Gambar dan foto, karena tidak dapat dilukiskan dengan kata-kata atau kalimat
d)     Spanduk, yang biasa digunakan untuk menyampaikan informasi kepada banyak orang.
Pada komunikasi sekolah dengan masyarakat, komunikasi tertulis dapat berupa surat kabar, majalah sekolah, pamflet, atau papan pengumuman.
2.        Menurut kelangsungannya
Komunikasi menurut kelangsungannya dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu komunikasi langsung dan tidak langsung. Komunikasi langsung manakala proses komunikasinya dilaksanakan secara langsung tanpa bantuan perantara orang ketiga ataupun media komunikasi yang ada dan tidak dibatasi oleh jarak. Contohnya berkomunikasi dengan berbicara secara langsung face to face kepada penerima pesan. Komunikasi tidak langsung manakala proses komunikasinya dilaksanakan dengan bantuan pihak ketiga atau bantuan alat-alat atau media komunikasi. Contohnya komunikasi yang dilakukan dengan menggunakan telepon, email, shor message service (SMS), atau media komunikasi lainnya
3.        Menurut ruang lingkupnya
Komunikasi menurut ruang lingkup dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu komunikasi internal dan komunikasi eksternal. Komunikasi internal manakala komunikasi yang berlangsung dalam ruang lingkup atau lingkungan organisasi atau perusahaan yang terjadi diantara anggota organisasi atau perusahaan tersebut saja. Komunikasi internal ini dapat dibedakan menjadi tiga macam yaitu:
a)      Komunikasi vertikal, yakni komunikasi yang terjadi dalam bentuk komunikais dari atasan kepada bawahan, misalnya perintah, teguran, pujian, petunjuk dan sebagainya
b)      Komunikasi horisontal, yakni komunikasi yang terjadi di dalam ruang lingkup organisasi atau kantor diantara orang-orang yang mempunyai kedudukan sejajar
c)      Komunikasi diagonal, yakni komunikasi yang terjadi di dalam ruang lingkup organisasi atau kantor di antara orang-orang yang mempunyai keudukan tidak sama pada posisi tidak sejalur vertikal
Komunikasi eksternal manakala komunikasi yang berlangsung antara organisasi dengan pihak masyarakat yang ada di luar organisasitersebut. Komunikasi dengan pihak luar dapat berbentuk:
a)      Eksposisi, pameran, promosi, publikasi dan sebagainya
b)      Konferensi pers (press release)
c)      Siaran televisi, radio dan sebagainya
d)     Bakti sosial, pengabdian pada masyarakat, dan sebagainya.
Komunikasi eksternal dimaksudkan untuk mendapat pengertian, kepercayaan, bantuan dan kerjasama dengan masyarakat.
4.        Menurut aliran informasinya
Komunikasi menurut aliran informasi dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu komunikasi satu arah (simplex) dan komunikasi dua arah (duplex). Komunikasi satu arah (simplex) manakala komunikasi yang berlangsung dari satu pihak saja (one way communication). Pada umumnya komunikasi ini terjadi dalam keadaan mendesak atau darurat atau yang terjadi katrena sistem yang mengaturnya harus demikian, misalnya untuk menjaga kerahasiaan atau untuk menjaga kewibawaan pimpinan. Komunikasi dua arah (duplex) manakal komunikasi yang bersifat timbal balik (two ways communication). Dalam hal ini komunikasi diberi kesempatan untuk memberikan respons atau feedback kepada komunikatornya. Maka komunikasi ini dapat memberikan kepuasan kedua belah pihak dan dapat menghindarkan terjadinya kesalah pahaman. Komunikasi dua arah dapat berbentuk:
a)      Komunikasi ke atas, yakni komunikasi yang terjadi dari bawahan kepada atasan
b)      Komunikasi ke bawah, yakni komunikasi yang terjadi dari atasan kepada bawahan
c)      Komunikasi ke samping, yakni komunikasi yang terjadi diantara orang yang memiliki kedudukan sejajar. Dengan demikian arah informasi tersebut akan dianut sebagai bentuk interaksi komunikasinya.



5.        Menurut peranan individunya
Komunikasi menurut peranan individu dapat diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu:
a)      Komunikasi antara individu dengan individu yang lain, komunikasi ini terlaksana baik secara nonformal maupun informal, yang jelas individu yang bertindak sebagai komunikator harus mampu mempengaruhi perilaku individu yang lain
b)      Komunikasi antar individu dengan lingkungan yang lebih luas, komunikasi ini terjadi karena individu yang dimaksud memiliki kemampuan yang tinggi untuk mengadakan hubungan dengan lingkungan yang lebih luas
c)      Komunikasi antar individu dengan dua kelompok atau lebih. Indivodu dalam komunikais ini berperan sebagai perantara antara dua kelompok atau lebih, sehingga dituntut kemampuan yang prima untuk menjadi penyelaras harmonis
6.        Menurut jumlah yang berkomunikasi
Komunikasi menurut jumlah yang berkomunikasi dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu:
a)      Komunikasi intrapersonal, komunikasi ini merupakan komunikasi dengan diri sendiri baik disadarai atau tidak, misalnya berpikir
b)      Komunikasi perseorangan (antarpribadi), komunikais yang terjadi secara perseorangan atau individual antara pribadi dengan pribadi tentang permasalahan yang bersifat pribadi juga. Sehingga dalam komunikasi ini dapat dilaksanakan secara langsung maupun lewat telepon namun tetap terjadi secara perseorangan
7.        Menurut kemasan pesan
Komunikasi dapat dilakukan secara verbal (dengan bicara) atau dengan nonverbal (diwakili bahasa isyarat). Komunikasi verbal diwakili dalam penyebutan kata-kata, yang pengungkapannya dapat dengan lisan atau tertulis. Komunikasi nonverbal terlihat dalam ekspresi atau mimik wajah, gerakan tangan, mata dan bagian tubuh lainnya.
Berdasarkan beberapa jenis komunikasi tersbut, dapat ditarik kesimpulan bahwa komunikasi antara sekolah dan masyarakat dapat dilakukan secara tertulis maupun lisan, serta secara langsung maupun tidak langsung, dan dapat dilakukan dengan mengguanakan media-media tertentu yang tentunya juga disesuaikan dengan sasaran atau keadaan masyarakat, agar komunikasi yang dilakukan adapt berjalan dengan efektif.
Komunikasi dalam kemasan pendidikan dapat diartikan sebagai proses penyampaian informasi dari sekolah kepada masyarakat mengenai hal tertentu yang mempengaruhi hubungan kedua belah pihak. Komunikasi antara sekolah dan maysrakat dikatakan efektif apabila kedua belah pihak bisa saling menyampaikan pesan dan bisa saling menanggapi dan balikan yang diterima masing-masing sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh kedua belah pihak. Tujuan komunikasi dalam hubungan sekolah dan masyarakat adalah untuk menyampaikan informasi tentang program sekolah dan meningkatkan paretisipasi masyarakat di dalam kegiatan sekolah. Sedangkan manfaatnya adalah untuk menjaga hubungan antara sekolah dengan masyarakat agar tetap harmonis. Proses komunikasi antara sekolah dan masyarakat juga tak luput dari adanya hambatan-hambatan tertentu. Hambatan dalam pelaksanaan komunikasi sekolah dan masyarakat bisa disebabkan dari faktor sekolah, salah satunya pihak sekolah yang kurang menguasai teknik komunikasi, dan pihak masyarakat yang cenderung kurang peduli dengan keadaan sekolah di sekitarnya.
Hubungan antara sekolah dan masyarakat yang harmonis bisa menjadi salah satu tolak ukur keefektifan sekolah. Dengan demikian sekolah bisa mendapatkan posisi yang baik di mata masyarakat. Jadi sekolah harus senantiasa menjaga hubungan baik dengan pihak luar, baik itu dengan wali murid, pemerintah, maupun masyarakat luas. Pihak sekolah juga sebaiknya tak henti-hentinya mencari alternatif yang terbaik dalam menjalin komunikasi dengan masyarakat agar komunikasi tersebut dapat berjalan dengan efektif, sehingga tujuan dari komunikasi tersebut dapat tercapai. Pihak sekolah juga sebaiknya dalam melakuka komuniaksi dengan msyarakat tidak membeda-bedakab berdasarkan budaya, ras, agama, atau suku. Komunikasi antara saekolah dan masyarakat sebaiknya dilakukan secara berkesinambungnan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar