BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Komunikasi Secara Umum
Komunikasi dalam bahasa Ingris
adalah communication, berasal dari
kata commonicatio atau dari kata comunis yang berarti “sama” atau “sama
maknanya” dengan kata lain komunikasi memberi pengertian bersama dengan maksud
mengubah pikiran, sikap, perilaku, penerima dan melakukan yang diinginkan oleh
komunikator. Menurut Roben dalam Fefdianti (2011) komunikasi merupakan kegiatan
perilaku atau kegiatan penyampaian pesan atau informasi tentang pikiran atau perasaan.
John R. Schemerhorn dalam bukunya berjudul Managing
Organizational Behavior (dalam
Fefdianti, 2011) menyatakan
bahwa komunikasi dapat diartikan sebagai proses antara pribadi dalam mengirim
dan menerima simbol-simbol yang berarti dalam kepentingan mereka. J.L.
Aranguren dalam bukunya Human
Communication (dalam Fefdianti,
2011) menyatakan bahwa komunikasi adalah pengalihan komunikasi untuk
memperoleh tanggapan.
B.
Pengertian
Komunikasi Efektif dalam
Hubungan Sekolah dan
Masyarakat
Komunikasi menurut handoko dalam Benty dan Gunawan
(2015:128) adalah pemindahan
pengertian dalam bentuk gagasan atau informasi dari seseorang ke orang lain.
Perpindahan tersebut melibatkan lebih dari sekedar kata-kata,tetapi juga
ekspresi wajah, intonasi, titik putus, vocal, dan sebagainya. Dalam istilah yang
sederhana Moore (2004:66)
menyatakan bahwa komunikasi adalah proses
penyampaian pengertian antar individu. Semua masyarakat manusia dilandasi
kapasitas manusia untuk menyampaikan maksud, hasrat, perasaan, pengetahuan, dan
pengalaman dari orang yang satu dengan orang yang lainnya. Komunikasi adalah
pusat minat dari situasi perilaku dimana suatu sumber menyampaikan suatu pesan
kepada seseorang penerima dengan tujuan mempengaruhi tujuan suatu penerima.
Hal senada dikemukakan oleh Stoner
dalam Wijaya (dalam Benty dan Gunawan, 2015:128) yang mengemukakan
bahwa komunikasi adalah proses dimana seseorang berusaha memberikan pengertian
dengan pemindahan pesan. Komunikasi dikatakan efektif apabila pesan yang
disampaikan tepat sasaran,serta antara pengirim pesan dan penerima pesan
sama-sama memberikan respons yang sesuai dengan harapan dan tujuan masing
masing. Bedasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah
penyampaian pesan dari orang satu ke orang lain yang bertujuan untuk memberikan
informasi tertentu. Komunikasi akan dapat berhasil jika kedua belah pihak dapat
saling memahami maksud dari informasi yang dikomunikasikan. Sementara itu
Zulkarnain dan Sumarsono dalam Benty dan
Gunawan (2015:129)
menyatakan bahwa komunikasi efektif terjadi apabila pesan dapat dipahami
serta mendorong penerima untuk bertindak sesuai dengan isi atau harapan
pengirim pesan tersebut.
Menurut Moore
(2004:66) menyatakan bahwa komunikasi
humas merupakan suatu proses yang mencakup suatu pertukaran fakta, pandangan
dan gagasan diantara suatu bisnis atau organisasi tanpa laba dengan
public-publiknya untuk saling pengertian. Ada tiga butir penting yang perlu
dipertimbangkan: pertama, komunikasi
harus melibatkan dua orang atau lebih; kedua,
komunikasi merupakan pertukaran informasi yang bersifat dua arah; dan
ketiga, mengandung pemahaman. Komunikasi dikatakan efektif apabila suatu
gagasan dapat berpindah dari benak seseorang ke benak orang lainnya.
Sedangkan menurut
Benty dan Gunawan (2015:129) komunikasi antara sekolah dan masyarakat adalah
penyampaian pesan atau informasi barik dari sekolah kepada masyarakat maupun
masyarakat ke sekolah untuk menjalin hubungan harmonis dan mencapai tujuan
bersama. Komunikasi antara sekolah dan masyarakat
sama-sama memiliki persepsi, respons,
dan tujuan yang sama. Komunikasi tersebut dapat mempererat kerjasama antara
kedua belah pihak, dan dapat menjalin hubungan harmonis dalam rangka
meningkatkan mutu pendidikan. Tentunya dalam proses komunikasi terdapat
komponen-komponen atau unsur –unsur yang harus ada agar komunikasi dapat
berjalan dengan lancar.
Proses komunikasi
memiliki lima macam unsur atau komponen dasar yaitu: Pengirim pesan, pesan, saluran atau media, penerima pesan, dan balikan (Zulkarnain dan
Sumarsono dalam Benty dan Gunawan
(2015:129).
Sedangkan menurut Kotler dalam Benty dan Gunawan
(2015:129) komunikasi terdiri
dari komponen-komponen yaitu:
1.
Pengirim (sender), yakni pihak yang mengirim
pesan
2.
Pesan (massage), merupakan
gagasan atau ide yang disampaikan pengirim pesan kepada penerima pesan untuk
tujuan tertentu
3.
Penerima
(receiver), yakni pihak penerima pesan
4.
Media
(media), yakni sara bagi komunikator untuk menyampaikan pesan kepadasasaran
yang dituju
5.
Pengkodean
(encoding), yakni proses untuk menjabarkan pesan ke dalam symbol,yang dapat
berupa kata lisan maupun tulisan,isyarat dan lainya kedalam media
6.
Penerjemah
(decoding), yakni proses yang dilakukan oleh
penerima pesan untuk menerjemahkan arti symbol yang dikirim sender
7.
Tanggapan
(response), yakni bagian dari
reaksi penerima setelah menerima pesan
8.
Umpan Balik (feedback), yakni reaksi yang
dikomunikasikan kembali pada pengirim pesan
9.
Gangguan (noise), yakni
gangguan yang tak terduga selam proses komunikasi yang dapat mengakibatkan
penerima pesan memperoleh pesan yang berbeda dari yang dikirimkan
C.
Pentingnya
Komunikasi Efektif dalam
Hubungan Sekolah dan
Masyarakat
Komunikasi merupakan hal yang dapat
terjadi dimana saja, oleh siapa saja, dan kapan saja. Naim dalam Benty dan Gunawan
(2015:129) berpendapat bahwa
komunikasi menjadi penanda eksistensi individu dalam membangun relasi
sesamanya, baik
sebagai warga masyarakat maupun untuk kepentingan lainnya. Lewat komunikasi,
manusia saling berinteraksi demi tujuan tujuan tertentu. Hal tersebut juga
berlaku di dalam dunia pendidikan, bahwa sekolah dan msyarakat penting untuk
saling berinteraksi guna meningkatkan mutu pendidikan. Lebih lanjut Naim dalam Benty dan Gunawan
(2015:130) mengemukakan bahwa
dalam dunia pendidikan, komunikasi antara pihak sekolah dan masyarakat sangat
penting artinya. Tentunya komunikasi yang dilakukan haruslah efektif agar
tujuan komunikasi dapat tercapai secara optimal.
Sekolah
berusaha untuk membangun dan meningkatkan komunikasi efektif dengan pihak masyarakat.
Relasi kedua belah pihak, baik sekolah maupun masyarakat seyogyanya dibangun
dengan inisiatif dari pihak sekolah. Hal ini menurut Naim dalam Benty dan Gunawan
(2015:130) membuka kemungkinan
bagi lahirnya proses komunikasi yang lebih efektif, terstruktur dan membawa
hasil yang lebih optimal.Komunikasi dikatakan efektif apabila terdapat aliran
informasi dua arah antara komunikator dan komunikan serta informasi tersebut
sama-sama direspons sesuai dengan hrapan kedua pelaku komunikasi tersebut.
Apabila repons
masyarakat sesuai dengan harapan sekolah, dan begitu pula sebaliknya respons
sekolah sesuai dengan apa yang dikehendaki masyarakat, hal tersebut berarti
bahwa komunikasi yang dilakukan oleh kedua belah pihak adalah efektif. Komunikasi
yang efektif antara sekolah dan masyarakat adalah apabila keduanya satu
persepsi,satu harapan dan satu tujuan serta meberikan bailikan yang sesuai.
Komunikasi yang efektif antara sekolah dan masyarakat mampu mewujudkan mutu
pendidikan yang diinginkan. Komunikasi yang efektif juga dapat mempererat
hubungan antara sekolah dengan masyarakat.
D.
Peran
Humas dalam
Melaksanakan Komunikasi Efektif antara
Sekolah dan Masyarakat
Kemampuan komunikasi yang efektif
merupakan salah satu aspek yang mendasar dari kualiatas seorang humas sekolah.
Humas sekolah bukan hanya berperan sebagai bagian perencanaan kegiatan sekolah
serta pencitraan saja tetapi semestinya juga dapat memberikan arah positif
bagai tercapainya misi sekolah sekaligus bisa mengaspirasi aparatur sekolah
untuk melaksanakan secara optimal. Oleh sebab itu kehumasan di sekolah memiliki
peran yang penting dalam menjalin komunikasi yang efektif dengan masyarakat.
Naim dalam Benty dan Gunawan (2015:130-131) mengemukakan
bahwa salah satu fungsi humas adalah menjalin komunikasi dan relasi dengan
public-publik organisasi. Dampak dari terwujudnya fungsi ini adalah pencapaian
tujuan organisasi. Sehingga peran seorang public relations disekolah menjadi
sangat penting. Public
relations berperan aktif dalam komunikasi, yaitu:
1.
Public relations berperan
sebagai teknisi komunikasi untuk organisasi. di mana seorang humas diharuskan
memahami keahlian komunikasi dan jurnalistik karena ia akan ditugaskan untuk
menulis news release,mengembangkan
isi web, menangani kontak media, dan juga berhubungan dengan banyak public di sebuah instansi.
2.
Public
relations berperan sebagai fasilitator komunikasi. Public relations sebagai pendengar
yang peka dan sebagai perantara komunikasi. Fasilitator bekerja sebagai
penghubung antara organisi dengan publik. Komunikasi akan selalu dijaga supaya
berjalan dua arah dan memfasilitasi komunikasi tersebut dengan menyingkirkan
segala rintangan sambil terusmembuka jalur komunikasi. Tujuannya adalah member
informasi yang dibutuhkan baik oleh instansi, dalam hal ini manajemen, maupun publik untuk
membuat suatu keputusan atau pandangan demi kepentingan bersama.
E.
Tujuan
dan Manfaat Komunikasi
Efektif dalam
Hubungan Sekolah dan
Masyarakat
Komunikasi dalam sudut pandang human relations merupakan salah satu
unsur penting yang membangun sebuah tim, yang dapat membawa tim tersebut ke
dalam tingkat keberhasilan. Kemampuan berkomunikasi secara jelas berguna untuk
mendominasi dalam bidang yang digeluti. Komunikasi adalah kunci yang dapat mebangun tim yang
kuat dan mendorong kinerja yang lebih baik. Said dalam Benty dan Gunawan (2015:131) tujuan hubungan timbal
balik antara sekolah dan masyarakat adalah:
1. Mempertinggi pemahaman masyarakat terhadap
program-program pendidikan pendidikan, maupun yang telah berjalan ataupun yang
tengah atau yang akan berlangsung.
2. Menjelaskan
kepada masyarakat tujuan program-program yang diselenggarakan
3. Meningkatkan
kerjasama yang telah ada dengan masyarakat.
Selan dalam Benty dan Gunawan
(2015:131) berpendapat bahwa
komunikasi efektif dalam kaitannya dengan hubungan sekolah dan masyarakat memiliki
manfaat yaitu:
1.
Membantu membangun tim.
Membutuhkan seorang pemimpin yang mampu dengan baik untuk berkomunikasi kepada
setiap individu. Sehingga dengan menghilangkan rasa takut dan menanamkan
kepercayaan dalam kemampuan mereka melalui komunikasi langsung seorang pemimpin
dapat menciptakan sebuah tim yang dapat unggul. Hal ini dalam hubungan sekolah
dengan masyarakat dapat membantu agar hubungan sekolah dan pihak luar dapat
tetap terjalin dengan baik.
2.
Menhindari
kesalahpahaman. Sehingga dengan komunikasi yang diatur, banyak kesalah pahaman
dan miskomunikasi yang dapat diseleseikan secara damai. Apabila ada
permasalahan yang ada sekolah agar bisa tetap dikomunikasikan dengan baik,
sehingga dapat meminimalisasi efek negative sekolah di mata masyarakat.
3.
Membangun hubungan
kerjasama antara sekolah dan pihak masyarakat, sehingga dengan adanya
komunikasi yang berjalan baik satu sama lain, sekolah dan masyarakat dapat
saling bekerja sama.
F.
Strategi
Meningkatkan Komunikasi Efektif dalam
Hubungan Sekolah dan
Masyarakat
Menurut Benty dan
Gunawan (2015:132)
agar komunikasi antara
sekolah dan masyarakat dapat berjalan secara efektif, harus dipenuhi beberapa
syarat yaitu:
1.
Menciptakan suasana
komunikasi yang menguntungkan
2.
Menggunakan bahasa yang
mudah ditangkap dan dimengerti
3.
Pesan yang disampaikan
dapat mengunggah perhatian atau minat bagi pihak komunikan
4.
Pesan dapat mengunggah
kepentingan komunikan yang dapat menguntungkan
5.
Pesan dapat menumbuhkan
suatu penghargaan bagi pihak komunikan.
Naim dalam Benty dan Gunawan (2015:132) menyatakan bahwa hal
mendasar yang seyogyanya diperhatikan adalah pentingnya membangun posisi yang
setara antara kedua belah pihak. Keduanya
memiliki posisi yang setara dan sejajar sehingga yang terjadi adalah komunikasi
horizontal. Aliran komunikasinya bukan dari atas kebawah (downward communication)atau dari atas ke bawah (upward communication). Komunikasi yang
terjadi adalah komunikasi horizontal, antara komunikasi dan komunikasi
mempunyai kedudukan yang sama. Tema komunikasi bisa bermacam-macam, tetapi
biasanya berkaitan dengan perkembangan sekolah, perkembangan siswa dan
masalah-masalah lain yang berkenaan dengan pendidikan. Lebih lanjut Naim dalam Benty dan Gunawan
(2015:132) mengemukakan bahwa
memahami metode komunikasi yang digunakan secara tepat akan menjadikan pihak
sekolah dapat memastikan bagaimana masyarakat mengakses informasi tentang
sekolah. Hal tersebut dapat disimpulkan bahwa sekolah yang dapat memahami
metode komunikasi yang tepat dan mengaplikasikannya akan dapat pula menjalin
komunikasi yang tepat denganmasyarakat.
Nasution dalam Benty dan Gunawan
(2015:132) berpendapat bahwa
penyampaian informasi dalam menjalin hubungan sekolah dengan masyarakat
diperlukan proses komunikasi yang terdiri dari:
1.
Harus ada sumber, yaitu
seorang komunikator yang mempunyai sejumlah kebutuhan, ide, atau informasi
untuk diberitahukan.
2.
Harus ada suatu maksud
yang hendak dicapai, umumnya bisa dinyatakan dalam kata-kata dan perbuatan yang
oleh komunikan diharapkanakan tercapai.
3.
Suatu berita dalam
suatu bentuk diperlukan untuk menyatakan fakta, perasaan, atau ide yang
dimaksudkan untuk membangkitkan respons di pihak orang-orang kepada siapa
berita itu ditujukan
4.
Harus ada suatu saluran
yang menghubungkan sumber berita dengan penerima berita
5.
Harus ada penerimaberita
6.
Harus ada penerima
umpan balik atau respons dipihak penerima berita.
Terdapat lima aspek yang perlu
dipahami dalam membangun komunikasi yang efektif yaitu:
1.
Kejelasan, bahwa dalam
komunikasi harus menggunakan bahasa dan mengemas informasi secara jelas, sehingga
mudah diterima dan dipahami oleh komunikan.
2.
Ketetapan, atau akurasi
inimenyangkut penggunaan bahasa yang benar dan kebenaran informasi yang
disampaikan
3.
Konteks, adalah bahwa
bahasa dan informasi yang disampaikan harus sesuai dengan keadaan dan lingkungan
dimana komunikasi itu terjadi
4.
Alur, bahasa dan
informasi yang akan disajikan harus disusun dengan alur dan sistematika yang
jelas, sehingga pihak yang menerima informasi cepat tanggap
5.
Budaya, dalam
berkomunikasi harus menyesuaiakan dengan budaya orang yang diajak berkomunikasi,
baik dengan menggunakan bahasa verbal maupun nonverbal, agar tidak menimbulkan
kesalahpahaman persepsi.
Handoko dalam Benty dan Gunawan
(2015:133) mengemukakan bahwa cara
untuk meningkatkan keefektifan komunikasi adalah:
1.
Kesadaran akan
kebutuhan komunikasi efektif
2.
Penggunaan umpan balik
3.
Menjadi komunikator
yang lebih efektif
4.
Pedoman komunikasi yang
baik
Naim dalam Benty dan Gunawan (2015:133) berpendapat bahwa
komunikasi memiliki peranan penting untuk merekatkan kembali hubungan yang
retak. Selain itu, langkah penting yangharus dilakukan adalah melacak berbagai
faktor yangmenjadi penyebabnya. Setelah ditemukan, faktor tersebut harus
diseleseikan agar tidak membuka kemungkinan munculnya konflik pada waktu-waktu
selanjutnya.
Berdasarkan
beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa agar komunikasi dapat
berjalan dengan efektif yaitu dengan memahami metode komunikasi yang tepat,
menyampaikan informasi dengan lengkap dan jelas sesuai dengan fakta, serta
memiliki semua komponen komunikasi, selain itu komunikasi yang dilakukan juga
beretika dan disesuaikan dengan kebutuhan dan budaya masyarakat. Mengatasi
konflik yangterjadi antara sekolah dengan masyarakat juga merupakan strategi
untuk menjalin komunikasi yang efektif dalam hubungan sekolah dengan
masyarakat. Jika perlu, maka sekolah atau masyarakat dapat mengulangi kembali
informasi yang disampaikan manakala informasi awal yang disampaikan
justrumembuat resah atau terjadi kesalahpahaman di antara kedua belah pihak. Hal
ini menjadi sangat penting untuk mengurangi rasa saling curiga diantara kedua
belah pihak atas informasi yang disampaikan.
G.
Proses
Komunikasi Efektif dalam
Hubungan Sekolah dan
Masyarakat
Komunikasi antara orang dengan
orang tidak selalu tergantung pada teknologi, akan tetapi tergantung dari
kekuatan dalam diri orang itu sendiri. Proses yang berjalandari komunikator
yang menyampaikan pesan (message)
melalui jalur tertentu (medium),
kemudian ditangkapoleh penerima (receiver)
dan bila memungkinkan menjadi umpanm balik (feedback)
kepada komunikator.
Guru membangun
kerjasama antara sekolah dan masyarakat juga melalui tahap-tahap komunikasi
agar komunikasi dapat berjalan dengan efektif dan berkesinambungan.
Sudrat dalam Benty dan Gunawan
(2015:134) mengemukakan bahwa
proses komunikasi terdapat beberapa tahap yaitu:
1.
Tahap ideasi (ideation), yaitu tahap proses penciptaan
gagasan, pesan atau informasi. Pada umumnya ideasi muncul karena ada rangsangan
dari luar atau ada kebutuhan untuk berkomunikasi pada diri peserta
2.
Tahap penyandian (encoding), yaitu proses penyusunan
gagasan atau pesan menjadi suatu bentuk informasi (simbol, lambang, sandi) yang
akan dikirimkan termasuk pemilihan dan penentuan cara maupun alat (media) untuk
menyampaikannya
3.
Tahap pengiriman (transmitting), merupakan kegiatan
penyampaian pesan atau informasi yang terjadi di antara peserta komunikasi.
Pengiriman pesan ini dapat dilakukan dengan cara berbicara (verbal/lisan) atau
nonverbal dengan tulisan, gambar, warna, atau gerakan disampaikan swecara
langsung atau melalui media tertentu
4.
Tahap penerimaan (receiving), yakni proses penerimaan atau
pengumpulan pesan yang terjadi pada para peserta komunikasi. Penangkapan atau
pengumpulan pesanbini dapat terjadi dengan cara mendengarkan, membaca,
mengamati, atau memperhatikan, tergantung pada cara dan alat yang digunakan
dalam berkomunikasi trersebut.
5.
Tahap penafsiran (decoding), yakni usaha pemberian arti
terhadap informasi /pesan diantara pesan komunikasi. Peserta komunikasi yang
berkepentingan, melalui proses berfikir, berusaha menginterpretasi atau
menafsirkan informasi yangtelah terkumpul dalam pikirannya. Pengertian berpikir
di sini diartikan secara luas, baik menggunakan pikiran manusia (komunikasi
manusiawi) maupun naluri binatang (komunikasi dengan hewan) dan system memori
mekanis yangterdapat dalam mesin atau peralatan otomatis.
6.
Tahap respons
(pemberian tanggapan), merupakan tindak lanjut dari penafsiran yangtelah
dilakukan, yakni
pemberian reaksi terhadap pesan yangtelah disampaikan. Jadi para peserta
komunikasi menggunakan arti atau makna suatu pesan sebagai dasar
untukmemberikan reaksi. Apabila respon/reaksi diberikan sesuai dengan maksud
pengirimpesan berarti terjadi komunikasi yangefektif, dan sebaliknya apabila
tidaksesuai berarti terjadi miscommunication. Diberikan sesuai dengan
maksud pengirim pesan berarti terjadi komunikasi yang efektif, dan sebaliknya
apabila tidak sesuai berarti terjadi misscomunication.
7.
Tahap
balikan (feedback), berlangsung seiring dengan tahap-tahap komunikasi
lainnya, yang berupa gejala atau fenomena yang dapat dijadikan petunjuk
keberhasilan atau kegagalan suatu proses komunikasi. Jadi, pengertian feedback
ini harus dibedakan dengan hasil (respon).
H.
Hambatan Komunikasi
Efektif dalam Hubungan Sekolah dan Masyarakat
Menurut Benty dan Gunawan (2015:
135) hambatan komunikasi di sekolah bisa terjadi seperti hambatan jarak, yaitu
hambatan yang terjadi karena antara komunikator dengan komunikan temapatnya
berjauhan. Misalnya hubungan antara sekolah dan masyarakat, bangunan tersebut
jauh dengan perumahan penduduk, sehingga menyebabkan komunikasi anatara pihak
sekolah selaku komunikator dengan masyarakat selaku komunikan tidak dapat
berjalan secara efektif. Jika pihak sekolah akan mengadakan suatu kegiatan yang
melibatkan masyarakatmaka pihak sekolah akan kesulitan untuk berkoordinasi
dengan masyarakat. Terdapat istilah-istilah hambatan dalam komunikasi efektif
yaitu:
1.
Status sosial (status
effect). Adanya perbedaan pengaruh status sosial yang dimiliki setiap
manusia. Misalnya karyawan dengan status sosial yang lebih rendah harus tunduk
dan patuh pada semua perintah yang diberikan atasan. Maka karyawan tersebut
tidak dapat atau takut mengemukakan inspirasi atau pendapatnya.
2.
Masalah semantik (semantic
problem). Faktor semantik menyangkut bahasa yang dipergunakan komunikator
sebagai alat untuk menyalurkan pikiran dan perasaannya kepada komunikan. Demi
kelancaran komunikasi, seorang komunikator harus benar-benar memperhatikan
gangguan ini, sebab kesalahan pengucapan atau kesalahan dalam penulisan dapat menimbulkan
salah pengertian (misunderstanding) atau penafsiran (misinterpretation)
yang pada gilirannya bisa menimbulkan salah komunikasi (misscomunication).
Misalnya kesalahan pengucapan bahasa dan salah penafsiran seperti contoh
pengucapan demonstrasi menjadi demokrasi, kedelai menjadi keledai,
dan lain-lain.
3.
Distorsi persepsi (perceptual
distortion). Perceptual
distortion dapat disebabkan karena perbedaan cara pandang yang sempit
pada diri sendiri dan perbedaan cara berpikir serta cara mengerti yang sempit
terhadap orang lain. Sehingga, dalam komunikasi terjadi perbedaan persepsi dan
wawasan atau cara
pandang antara yang satu dengan yang lainnnya.
4.
Perbedaan budaya (cultuure
differences). Hamabatan yang terjadi karena disebabkan adanya perbedaan
kebudayaan, agama, dan lingkungan sosial. Dalam suatu organisasi terdapat
beberapa suku, ras, dan bahasa yang berbeda-beda. Sehingga, ada beberapa
kata-kata yang memiliki arti berbeda di tiap suku. Seperti contoh kata “jangan”
dalam bahasa Indonesia
artinytidak boleh, tetapi orang suku Jawa mengartikan kata tersebut sebagai suatu
jenis makanan berupa sup.
5.
Gangguan fisik (physical
distraction). Hambatan ini disebabkan oleh gangguan lingkungan fisik
terhadap proses berlangsungnya komunikasi. Contohnya suara riuh orang-orang
atau kebisingan, suara hujan atau petir, dan cahaya yang kurang jelas.
6.
Gangguan saluran
komunikasi (poor choice of communication channels). Adalah gangguan yang
disebabkan pada media yang dipergunakan dalam melancarkan komunikasi. Contoh
dalam kehidupan sehari-hari, misalnya sambungan telepon yang terputus-putus,
suara radio yang hilang dan muncul, gambar yang kabur pada pesawat televisi,
atau huruf ketikan yang buram pada surat, sehingga informasi tidak dapat
ditangkap dan dimengerti dengan jelas.
7.
Tidak ada umpun balik
atau respon (nothing feedback). Hambatan tersebut adalah ketika seorang sender
mengirimkan pesan kesan kepada receiver tetapi tidak ada respons dan
tanggapan dari receiver. Maka memberikan tanggapan atau respons, dengan
kata lain tidak peduli dengan gagasan yang disampaikan seorang manajer.
Kenyataan dilapangan membuktikan
bahwa hubungan sekolah dengan masyarakat mengalami kendala yang cukup berarti
seperti:
1.
Tujuan
komunikasi yang kurang jelas
2.
Saluran
komunikasi yang kurang transparan dan kurang professional
3.
Keterampilan
komunikasi yang kuarang mendukung
4.
Tindak
lanjut yang kurang mendukung dan pengawasan kurang terstruktur dan
berkesinambungan.
Naim dalam Benty dan Gunawan
(2015:136) mengemukakan bahawa adakalanya muncul hambatan komunikasi, misalnya
kadang-kadang penuh saling percaya, di saat lain penuh kecurigaan. Relasi yang
mengalami penuh pasang surut ini sesungguhnya hal wajar karena memang
komunikasi dan relasi antara organisasi dan publiknya tidak bersifat tetap,
tetapi bersifat dinamis berubah sesuai dengan keadaan lingkungan strategis
organisasi itu.
Berdasarkan uraian di atas, dapat
disimpulkan bahwa beberapa hambatan pasti terjadi pada saat proses komunikasi
anatar sekolah dengan masyarakat. Masalah yang sering terjadi adalah perbedaan
pendapat dan kurangnya pemahaman masyarakat terhadapinformasi yang disampaikan
oleh pihak sekolah. Tentunya sekolah juga harus jeli dalam menggunakan media
komunikasi yang tepat agar pesan yang disampaikan dapat dipahami oleh
masyarakat. Adanya konflik yang terjadi juga merupakan salah satu hambatan dari
proses komunikasi antara sekolah dengan masyarakat. Naim dalam Benty dan
Gunawan (2015: 137) menegaskan bahwa dalam hubungan dengan masyarakat, tidak
tertutup kemungkinan terjadi perbedaan pendapat. Jika tidak dikomunikasikan dan
dicari titik temunya, perbedaan pendapat dapat berlarut-larut hingga melahirkan
konflik.
Konflik sendiri dapat terjadi
karena disebabkan oleh beberapa faktor. Lebih lanjut Naim dalam Benty dan
Gunawan (2015: 137) mengemukakan faktor-faktor yang menyebabkan munculnya
konflik dalam masyarakat antara sekolah dan masyarakat adalah:
1.
Apa
yang disampaikan oleh pihak sekolah kurang jelas sehingga masyarakat
menerimanya dengan persepsi dan penafsiran yang beragam;
2.
Masyarakat
yang plural, anatar satu dengan lainnya memiliki kepentingan yang berbeda
3.
Adanya
ketidakpercayaan, prasangka, dan praduga masyarakat terhadap sekolah
4.
Masyarakat
tidak menerima apa saja produk sekolah karena berbagai faktor.
Berdasarkan hal tersebut dapat
ditarik kesimpulan bahwa konflik termasuk hambatan komunikasi sekolah dengan
masyarakat yang sering muncul dan dapat berimbas cukup besar terhadap sekolah.
Konflik yang lebih dominan terjadi akibat perbedaan pendapat, persepsi, dan
penafsiran antara kedua belah pihak yang saling berkomunikasi, yaitu sekolah
dan masyarakat. Konflik sendiri dapat dihindari apabila pihak sekolah mampu
menggunakan strategi komunikasi yang efektif dengan masyarakat. Sehingga
seorang kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan di sekolahnya harus dapat
mengelola konflik, agar konflik dapat dapat berakibat konstruktif. Hal ini
karena pandangan modern menyatakan konflik dapat dijadikan sebagai unsur dalam
meningkatkan daya kreativitas dan daya saing anggota organisasi, sebab karena
adanya konflik sebuah organisasi sekolah akan terus berjalan secara dinamis
atau tidak stagnan.
I.
Model dan Jenis-Jenis
Komunikasi Efektif dalam Hubungan Sekolah dan Masyarakat
Menurut Benty dan Gunawan
(2015:137) penyampaian sebuah informasi dalam komunikasi, dalam hal ini tentu
saja adalah komunikasi pendidikan atau yang biasa disebut dengan humas
pendidikan terkadang seiring dijumpai kesalahpahaman dalam memahami maksud dan
isi sebuah pesan ataupun informasi.
Hal ini dikarenakan berbagai faktor diantaranya latar belakang budaya dan
tingkat pendidikan seseorang. Interpretasi suatu pesan akan terbentuk dari pola
pikir seseorang melalui kebiasaannya, sehingga semakin sama latar belakang
budaya dan tingkat pendidikan seseorang antara komunikator dan komunikan maka komunikasi
semakin efektif. Oleh karena itu, untuk mengefektifkan proses komunikasi maka
diperlukan berbagai macam model dan media komunikasi yang beragam guna
menghadapi berbagai macam karakteristik orang yang berbeda di dalam sebuah
proses komunikasi dalam dunia pendidikan.
Terry dalam Nasution (dalam Benty
dan Gunawan, 2015: 138) bahwa terdapat lima jenis komunikasi dalam hubungan
sekolah dengan masyarakat, yaitu:
1.
Komunikasi
formal adalah komunikasi yang dilakukan dalam jalur organisasi yang formal yang
memiliki wewenang dan tanggung jawab
2.
Komunikasi
nonformal adalah komunikasi yang dilakukan di luar jalur formal secara
fungsional
3.
Komunikasi
informal adalah komunikasi yang dilakukan karena terjadinya kontak hubungan
anatarmanusia lebih dominan yang terkait dengan aspek-aspek kejiwaan, lebih
sensitif, dan sentimental
4.
Komunikasi
teknis adalah komunikasi yang bersifat teknis yang dapat dipahami oleh tenaga
kerja tertentu
5.
Komunikasi
prosedural, komunikasi ini lebih dekat dengan komunikasi formal.
Selain
itu, ada tiga jenis model
komunikasi yang utama yakni:
1.
Model
komunikasi linier
2.
Model
interaksional
3.
Model
komunikasi transaksional.
Model komunikasi linier dikemukakan
oleh Claude Shannon dan Warren Weaver pada tahun 1949. Model linier berasumsi
bahwa seseorang hanyalah pengirim atau penerima. Tentu saja hal ini merupakan
pandangan yang sangat sempit terhadap partisipan-partisipan dalam proses
komunikasi. Suatu konsep penting dalam model ini adalah gangguan (noise),
yakni setiap rangsangan tambahan dan tidak dikehendaki yang dapat mengganggu
kecermatan pesan yang disampaikan. Model interaksional dikembangkan oleh Wilbur
Schramm pada tahun 1954 yang menekankan pada proses komunikasi dua arah di
antara para komunikator. Dengan kata lain, komunikasi berlangsung dua arah
yakni dari pengirim dan kepada penerima dan dari penerima kepada pengirim.
Proses melingkar ini menunjukkan bahwa komunikasi selalu berlangsung.
Para peserta komunikasi menurut
model interaksional adalah orang-orang yang mengembangkan potensi manusiawinya
melalui interaksi sosial, tepatnya lelalui pengambilan peran orang lain. Model
komunikasi transaksional dikembangkan oleh Barnlund pada tahun 1970. Model ini
menggarisbawahi pengiriman dan penerimaan pesan yang berlangsung secara
terus-menerus dalam sebuah episode komunikasi. Komunikasi bersifat
transaksional adalah proses kooperatif pengirim dan penerima sama-sama
bertanggung jawab terhadap dampak keefektifan komunikasi yang terjadi. Model
transaksional berasumsi bahwa saat seseorang secara terus-menerus mengirimkan
dan menerima pesan, orang tersebut akan berurusan baik dengan elemen verbal dan
nonverbal. Dengan kata lain, peserta komunikasi (komunikator) melakukan proses
negosiasi makna.
Maisyaroh dalam
Benty dan Gunawan (2015: 138) mengemukakan bahawa ada beberapa cara yang dapat
digunakan oleh sekolah untuk melakukan komunikasi yang efektif dengan
masyarakat yaitu:
1.
Memberdayakan
orang-orang kunci, yang termasuk tokoh kunci hubungan sekolah dan masyarakat
adalah kyai, sesepuh desa, pengusaha, perangkat desa, dan pejabat lainnya,
serta rang-orang ini dapat diajak untuk berdiskusi tentang permasalahan yang
dihadapi oleh sekolah
2.
Warga sekolah
bersifat terbuka terhadap semua saran dan kritik masyarakat
3.
Komunikasi dengan
masyarakat perlu terus menerus dilakukan agar harapan dan kebutuhan masyarakat
dan sekolah sejalan. Pihak sekolah pada saat yang tepat, melibatkan masyarakat
sekitar ntuk berpartisipasi dalam kegiatan sekolah.
Berdasarkan paparan
di atas, disimpulkan bahwa komunikasi dapat dikelompokkan atas:
1.
Berdasarkan cara
penyampaiannya
Komunikasi
berdasarkan cara penyampaiannya dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu
komunikasi lisan dan komunikais tertulis. Sekolah dapat menggunakan kedua cara
penyampaia tersebut kepada masyarakat manakala akan memberikan sebuah
informasi. Komunikasi lisan adalah komunikasi yang terjadi secara langsung dan
tidak dibatasi oleh jarak, dimana dua belah pihak dapat bertatap muka, misalnya
dialog dua orang, wawancara maupun rapat dan sebagainya. Komunikasi yang
terjadi secara tidak langsung karena dibatasi oleh jarak, misalnya komunikasi
lewat telepon dan sebagainya. Pada konteks komunikasi antara sekolah dengan
masyarakat, komunikasi lisan dapat berupa dialog langsung antara sekolah dengan
masyarakat, dialog langsung antara kepala sekolah dengan komite sekolah, guru
dengan wali murid, guru dengan masyarakat. Dialog yang disampaikan tentunya
yang mengandung unsur meningkatkan kualitas pendidikan, bukan hanya dialog yang
bersifat biasa.
Komunikasi tertulis
adalah komunikasi yang dilaksanakan dalam bentuk surat dan dipergunakan untuk
menyampaikan berita yang sifatnya singkat, jelas tetapi dipandang perlu untuk
ditulis dengan maksud-maksud tertentu. Contoh-contoh komunikasi tertulis ini
adalah:
a)
Naskah, yang
biasanya dipergunakan untuk menyampaikan berita yang bersifat kompleks
b)
Blangko-blangko,
yan dipergunakan untuk mengirimkan berita dalam suatu daftar
c)
Gambar dan foto,
karena tidak dapat dilukiskan dengan kata-kata atau kalimat
d)
Spanduk, yang biasa
digunakan untuk menyampaikan informasi kepada banyak orang.
Pada komunikasi
sekolah dengan masyarakat, komunikasi tertulis dapat berupa surat kabar,
majalah sekolah, pamflet, atau papan pengumuman.
2.
Menurut
kelangsungannya
Komunikasi menurut
kelangsungannya dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu komunikasi langsung
dan tidak langsung. Komunikasi langsung manakala proses komunikasinya
dilaksanakan secara langsung tanpa bantuan perantara orang ketiga ataupun media
komunikasi yang ada dan tidak dibatasi oleh jarak. Contohnya berkomunikasi
dengan berbicara secara langsung face to
face kepada penerima pesan. Komunikasi tidak langsung manakala proses
komunikasinya dilaksanakan dengan bantuan pihak ketiga atau bantuan alat-alat
atau media komunikasi. Contohnya komunikasi yang dilakukan dengan menggunakan
telepon, email, shor message service (SMS),
atau media komunikasi lainnya
3.
Menurut ruang
lingkupnya
Komunikasi menurut
ruang lingkup dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu komunikasi internal dan
komunikasi eksternal. Komunikasi internal manakala komunikasi yang berlangsung
dalam ruang lingkup atau lingkungan organisasi atau perusahaan yang terjadi
diantara anggota organisasi atau perusahaan tersebut saja. Komunikasi internal
ini dapat dibedakan menjadi tiga macam yaitu:
a)
Komunikasi
vertikal, yakni komunikasi yang terjadi dalam bentuk komunikais dari atasan
kepada bawahan, misalnya perintah, teguran, pujian, petunjuk dan sebagainya
b)
Komunikasi
horisontal, yakni komunikasi yang terjadi di dalam ruang lingkup organisasi
atau kantor diantara orang-orang yang mempunyai kedudukan sejajar
c)
Komunikasi
diagonal, yakni komunikasi yang terjadi di dalam ruang lingkup organisasi atau
kantor di antara orang-orang yang mempunyai keudukan tidak sama pada posisi
tidak sejalur vertikal
Komunikasi
eksternal manakala komunikasi yang berlangsung antara organisasi dengan pihak
masyarakat yang ada di luar organisasitersebut. Komunikasi dengan pihak luar
dapat berbentuk:
a)
Eksposisi, pameran,
promosi, publikasi dan sebagainya
b)
Konferensi pers (press release)
c)
Siaran televisi,
radio dan sebagainya
d)
Bakti sosial,
pengabdian pada masyarakat, dan sebagainya.
Komunikasi
eksternal dimaksudkan untuk mendapat pengertian, kepercayaan, bantuan dan
kerjasama dengan masyarakat.
4.
Menurut aliran
informasinya
Komunikasi menurut
aliran informasi dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu komunikasi satu arah
(simplex) dan komunikasi dua arah (duplex). Komunikasi satu arah (simplex) manakala komunikasi yang
berlangsung dari satu pihak saja (one way
communication). Pada umumnya komunikasi ini terjadi dalam keadaan mendesak atau darurat atau yang terjadi katrena
sistem yang mengaturnya harus demikian, misalnya untuk menjaga kerahasiaan atau
untuk menjaga kewibawaan pimpinan. Komunikasi dua arah (duplex) manakal komunikasi yang bersifat timbal balik (two ways communication). Dalam hal ini
komunikasi diberi kesempatan untuk memberikan respons atau feedback kepada komunikatornya. Maka komunikasi ini dapat
memberikan kepuasan kedua belah pihak dan dapat menghindarkan terjadinya
kesalah pahaman. Komunikasi dua arah dapat berbentuk:
a)
Komunikasi ke atas,
yakni komunikasi yang terjadi dari bawahan kepada atasan
b)
Komunikasi ke
bawah, yakni komunikasi yang terjadi dari atasan kepada bawahan
c)
Komunikasi ke
samping, yakni komunikasi yang terjadi diantara orang yang memiliki kedudukan
sejajar. Dengan demikian arah informasi tersebut akan dianut sebagai bentuk
interaksi komunikasinya.
5.
Menurut peranan
individunya
Komunikasi menurut
peranan individu dapat diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu:
a)
Komunikasi antara
individu dengan individu yang lain, komunikasi ini terlaksana baik secara
nonformal maupun informal, yang jelas individu yang bertindak sebagai
komunikator harus mampu mempengaruhi perilaku individu yang lain
b)
Komunikasi antar
individu dengan lingkungan yang lebih luas, komunikasi ini terjadi karena
individu yang dimaksud memiliki kemampuan yang tinggi untuk mengadakan hubungan
dengan lingkungan yang lebih luas
c)
Komunikasi antar
individu dengan dua kelompok atau lebih. Indivodu dalam komunikais ini berperan
sebagai perantara antara dua kelompok atau lebih, sehingga dituntut kemampuan
yang prima untuk menjadi penyelaras harmonis
6.
Menurut jumlah yang
berkomunikasi
Komunikasi menurut
jumlah yang berkomunikasi dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu:
a)
Komunikasi
intrapersonal, komunikasi ini merupakan komunikasi dengan diri sendiri baik
disadarai atau tidak, misalnya berpikir
b)
Komunikasi
perseorangan (antarpribadi), komunikais yang terjadi secara perseorangan atau
individual antara pribadi dengan pribadi tentang permasalahan yang bersifat
pribadi juga. Sehingga dalam komunikasi ini dapat dilaksanakan secara langsung
maupun lewat telepon namun tetap terjadi secara perseorangan
7.
Menurut kemasan
pesan
Komunikasi dapat
dilakukan secara verbal (dengan bicara) atau dengan nonverbal (diwakili bahasa
isyarat). Komunikasi verbal diwakili dalam penyebutan kata-kata, yang
pengungkapannya dapat dengan lisan atau tertulis. Komunikasi nonverbal terlihat
dalam ekspresi atau mimik wajah, gerakan tangan, mata dan bagian tubuh lainnya.
Berdasarkan
beberapa jenis komunikasi tersbut, dapat ditarik kesimpulan bahwa komunikasi
antara sekolah dan masyarakat dapat dilakukan secara tertulis maupun lisan,
serta secara langsung maupun tidak langsung, dan dapat dilakukan dengan
mengguanakan media-media tertentu yang tentunya juga disesuaikan dengan sasaran
atau keadaan masyarakat, agar komunikasi yang dilakukan adapt berjalan dengan
efektif.
Komunikasi dalam
kemasan pendidikan dapat diartikan sebagai proses penyampaian informasi dari
sekolah kepada masyarakat mengenai hal tertentu yang mempengaruhi hubungan
kedua belah pihak. Komunikasi antara sekolah dan maysrakat dikatakan efektif
apabila kedua belah pihak bisa saling menyampaikan pesan dan bisa saling
menanggapi dan balikan yang diterima masing-masing sesuai dengan apa yang
dikehendaki oleh kedua belah pihak. Tujuan komunikasi dalam hubungan sekolah
dan masyarakat adalah untuk menyampaikan informasi tentang program sekolah dan
meningkatkan paretisipasi masyarakat di dalam kegiatan sekolah. Sedangkan manfaatnya
adalah untuk menjaga hubungan antara sekolah dengan masyarakat agar tetap
harmonis. Proses komunikasi antara sekolah dan masyarakat juga tak luput dari
adanya hambatan-hambatan tertentu. Hambatan dalam pelaksanaan komunikasi
sekolah dan masyarakat bisa disebabkan dari faktor sekolah, salah satunya pihak
sekolah yang kurang menguasai teknik komunikasi, dan pihak masyarakat yang
cenderung kurang peduli dengan keadaan sekolah di sekitarnya.
Hubungan antara
sekolah dan masyarakat yang harmonis bisa menjadi salah satu tolak ukur
keefektifan sekolah. Dengan demikian sekolah bisa mendapatkan posisi yang baik
di mata masyarakat. Jadi sekolah harus senantiasa menjaga hubungan baik dengan
pihak luar, baik itu dengan wali murid, pemerintah, maupun masyarakat luas.
Pihak sekolah juga sebaiknya tak henti-hentinya mencari alternatif yang terbaik
dalam menjalin komunikasi dengan masyarakat agar komunikasi tersebut dapat
berjalan dengan efektif, sehingga tujuan dari komunikasi tersebut dapat
tercapai. Pihak sekolah juga sebaiknya dalam melakuka komuniaksi dengan
msyarakat tidak membeda-bedakab berdasarkan budaya, ras, agama, atau suku.
Komunikasi antara saekolah dan masyarakat sebaiknya dilakukan secara
berkesinambungnan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar