Sabtu, 09 April 2016

Mode-model Pembelajaran



MODEL-MODEL PEMBELAJARAN

A.      Definisi Model Pembelajaran
Model pembelajaran diartikan sebagai prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. Hal ini senada dengan pendapat Cahyo (2013: 99) model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang digunakan untuk merancang pembelajaran tatap muka didalam ruang kelas dan untuk menyusun materi pengajaran. Berdasarkan pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah strategi untuk membantu didalam merancang program pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran.

B.       Model-Model Pembelajaran
Berikut model-model pembelajaran, yaitu:
1.        Cooperative Learning
Cooperative learning adalah suatu model pembelajaran dimana sistem belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil yang berjumlah 4-6 orang secara kolaboratif sehingga dapat mendorong siswa lebih bergairah dalam belajar. Tujuan utama model pembelajaran Cooperative learningyaitu agar peserta didik dapat belajar secara berkelompok bersama teman-temannya dengan cara saling menghargai pendapat dan memberikan kesempatan kepada orang lain untuk mengemukakan gagasannya dengan menyampaikan pendapat mereka secara berkelompok.

a.        Model-Model Cooperative Learning
Berikut model-model cooperative learning, antara lain:
1)        Student Team Achievement Division (STAD)
Tipe ini menekankan pada adanya aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal.


Tipe STAD dalam belajar kooperatif melalui 5 tahapan, yang meliputi:
a)        Tahap penyajian materi
Guru memulai dengan menyampaikan indikator yang harus dicapai hari itu dan memotivasi rasa ingin tahu siswa tentang materi yang akan dipelajari,.
b)        Tahap kerja kelompok
Pada tahap ini siswa diberi lembar tugas sebagai bahan yang akan dipelajari. Sedangkan peran guru sebagai fasilitator dan motivator kegiatan tiap kelompok. Dalam kerja kelompok siswa saling berbagi tugas dan saling membantu mengerjakan tugas kelompoknya.
c)        Tahap tes individual
Pada tahap ini untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan belajar yang telah dicapai. Tes ini diadakan pada akhir pertemuan kedua dan ketiga. Skor perolehan individu ini di data dan di arsipkan yang akan digunakan pada perhitungan perolehan skor kelompok.
d)       Tahap penghitungan skor perkembangan individu
Penghitungan skor ini berdasarkan skor awal setiap siswa, seperti pada nilai evaluasi hasil belajar semester I. Sehingga siswa memiliki kesempatan yang sama untuk memberikan sumbangan skor maksimal bagi kelompoknya berdasarkan skor tes yang diperolehnya.
e)        Tahap pemberian penghargaan kelompok
Pemberian penghargaan berdasarkan perolehan skor rata-rata yang dikategorikan menjadi kelompok baik, kelompok hebat, dan kelompok super. Berikut kriteria dalam menentukan pemberian penghargaan terhadap kelompok:
§  Kelompok dengan skor rata-rata 15, sebagai kelompok baik.
§  Kelompok dengan skor rata-rata 20, sebagai kelompok hebat.
§  Kelompok dengan skor rata-rata 25, sebagai kelompok super.

2)        Jigsaw
Tipe pembelajaran jigsaw bertujuan untuk mendorong siswa aktif dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran untuk mencapai prestasi yang maksimal.
Berikut Tahapan penerapan tipe jigsaw, yaitu:
a)        Tahap pertama, siswa dikelompokkan dalam bentuk kelompok-kelompok kecil
Pembentukan kelompok dilakukan oleh guru sehingga keanggotaan kelompok bersifat heterogen, baik dari segi kemampuan maupun karakteristik lainnya.
b)        Tahap kedua, pembagian tugas kelompok
Setiap anggota kelompok ditugaskan untuk mempelajari materi tertentu. Kemudian perwakilan kelompok bertemu dengan anggota kelompok lain yang mempelajari materi yang sama.
c)        Tahap ketiga, berdiskusi antar perwakilan anggota kelompok dalam materi yang sama
Materi yang sama didiskusikan untuk mempelajari dan memahami setiap masalah yang dijumpai sehingga perwakilan dari setiap anggota kelompok dapat memahami dan menguasai materi tersebut. Kemudian masing-masing perwakilan tersebut kembali ke kelompoknya masing-masing (kelompok asalnya).
d)       Tahap keempat, adanya kuis atau tes
Hal ini untuk mengetahui apakah siswa sudah dapat memahami suatu materi yang telah didiskusikan. Dengan demikian, tipe jigsaw ini dapat menumbuhkembangkan tanggung jawab siswa untuk terlibat secara aktif dalam memahami suatu persoalan dan menyelesaikannya secara kelompok.

3)        Group Investigation (GI)
Pada model ini, siswa dibagi kedalam kelompok yang beranggotakan 4-5 orang. Kelompok dapat dibentuk berdasarkan perkawanan atau pada keterkaitan akan sebuah materi tanpa melanggar ciri-ciri cooperative learning. Pada model ini, siswa memilih sub topik yang ingin mereka pelajari dan topik yang biasanya ditentukan oleh guru. Selanjutnya siswa dan guru merencanakan tujuan, dan langkah-langkah belajar.



4)        Rotating Trio Exchange
Pada model ini, kelas dibagi kedalam beberapa kelompok yang terdiri dari 3 orang. Kelas ditata sehingga setiap kelompok dapat melihat kelompok lainnya di kiri dan di kanannya. Berikan pada setiap trio tersebut pertanyaan yang sama untuk didiskusikan. Setelah selesai berilah nomor untuk setiap anggota trio tersebut.Contohnya, nomor 0,1, dan 2. Kemudian perintahkan nomor 1 berpindah searah jarum jam dan nomor 2 sebaliknya, berlawanan jarum jam. Sedangkan nomor 0 tetap di tempat. Ini akan mengakibatkan trio baru. Berikan kepada setiap trio baru tersebut pertanyaan-pertanyaan baru untuk didiskusikan. Rotasikan kembali siswa seusai setiap pertanyaan yang telah disiapkan.

5)        Group Resume
Model ini akan menjadikan interaksi antar siswa lebih baik. Kelas dibagi kedalam kelompok-kelompok, setiap kelompok terdiri dari 3-6 orang. Biarkan kelompok-kelompok tersebut membuat kesimpulan yang didalamnya terdapat data-data latar belakang pendidikan, pengetahuan akan isi kelas, pengalaman kerja, kedudukan yang dipegang sekarang, keterampilan, hobby, bakat, dan lain-lain. Kemudian setiap kelompok diminta untuk mempresentasikan kesimpulan kelompok mereka.

b.        Karakteristik Cooperative Learning
1)        Positive interdependence
Yaitu hubungan timbal balik yang didasari adanya kepentingan yang sama diantara anggota kelompok. Guru merancang struktur dan tugas-tugas kelompok yang memungkinkan setiap siswa untuk belajar, mengevaluasi dirinya dan teman kelompoknya dalam hal memahami bahan pelajaran.
2)        Interaction face to face
Yaitu interaksi yang berlangsung antar siswa tanpa adanya perantara, sehingga adanya hubungan timbal balik yang positif.
3)        Adanya tanggung jawab pribadi mengenai materi pelajaran dalam anggota kelompok
Bertujuan untuk menjadikan anggota kelompok lebih kuat pribadinya.
c.         Keterampilan-Keterampilan dalam Cooperative Learning
1)        Keterampilan kooperatif tingkat awal
a)      Menggunakan kesepakatan
b)      Menghargai kontribusi
c)      Mengambil giliran dan berbagi tugas
d)     Berada dalam kelompok
e)      Berada dalam tugas
f)       Menyelesaikan
2)        Keterampilan kooperatif tingkat menengah
a)      Menunjukkan penghargaan dan simpati
b)      Mengungkapkan ketidaksetujuan
c)      Mendengarkan dengan arif
d)     Bertanya
e)      Membuat ringkasan
f)       Menafsirkan
g)      mengorganisasikan
3)        Keterampilan kooperatif tingkat mahir
a)      Mengelaborasi
b)      Memeriksa dengan cermat
c)      Menanyakan kebenaran
d)     Menetapkan tujuan
e)      Berkompromi

d.        Tahapan Penerapan Cooperative Learning
1)        Tahap pertama, merancang rencana program pembelajaran
Pada tahap ini guru mempertimbangkan dan menetapkan target pembelajaran yang ingin dicapai dalam pembelajaran. Untuk memulai pembelajarannya guru harus menjelaskan tujuan dan sikap serta keterampilan sosial yang ingin dicapai siswa selama pembelajaran. Guru dalam merancang program pembelajaran harus mengorganisasikan materi, dan tugas-tugas siswa harus mencerminkan sistem kerja dalam kelompok kecil.

2)        Tahap kedua, merancang lembar observasi
Hal ini dimaksudkan untuk mengobservasi kegiatan siswa dalam belajar secara bersama dalam konteks kelompok-kelompok kecil. Guru hanya menjelaskan pokok-pokok materi dengan tujuan siswa mempunyai wawasan dan orientasi materi yang mendalam tentang materi yang diajarkan.
3)        Tahap ketiga, membimbing dan mengarahkan siswa
Dalam melakukan observasi terhadap kegiatan siswa, guru mengarahkan dan membimbing siswa baik secara individu maupun kelompok dalam melakukan proses pembelajaran.
4)        Tahap keempat, memberikan kesempatan kepada siswa untuk mempresentasikan hasil kerjanya
Pada saat diskusi kelas, guru bertindak sebagai moderator. Hal ini dimaksudkan untuk mengarahkan dan mengoreksi pengertian dan pemahaman siswa terhadap materi atau hasil kerja yang telah diterampilkannya. Pada saat presentasi siswa berakhir, guru mengajak siswa untuk melakukan refleksi diri terhadap proses jalannya pembelajaran dengan tujuan untuk memperbaiki kelemahan yang dilakukan dalam pembelajaran.

e.         Kelebihan dan Kelemahan Cooperative Learning
1)        Kelebihan Cooperative Learning
§  Siswa dapat meraih keberhasilan dalam belajar.
§  Melatih siswa untuk memiliki keterampilan berpikir dan sosial.
§  Siswa dapat mengembangkan pengetahuan dan keterampilannya.
§  Siswa akan memiliki motivasi tinggi karena didorong oleh rekan sebayanya.

2)        Kelemahan Cooperative Learning
§  Guru harus mempersiapkan pembelajaran secara matang.
§  Pembelajaran memerlukan lebih banyak tenaga, pemikiran dan waktu.
§  Perlunya dukungan fasilitas, alat, dan biaya yang memadahi.
§  Saat diskusi kelas, terkadang didominasi seseorang yang mengakibatkan siswa lain menjadi pasif.
2.        Problem Based Learning
Problem based learning adalah suatu model pembelajaran yang melibatkan siswa untuk memecahkan masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga siswa dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut dan sekaligus memiliki keterampilan untuk memecahkan masalah tersebut. Model pembelajaran berbasis masalah ini menggunakan dunia nyata sebagai konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi pelajaran.

a.        Karakteristik Problem Based Learning
1)        Belajar dimulai dari suatu masalah.
2)        Memastikan masalah tersebut berhubungan dengan dunia nyata siswa.
3)        Mengorganisasikan pelajaran seputar masalah bukan seputar disiplin ilmu.
4)        Menuntut siswa untuk mendemonstrasikan yang telah mereka pelajari dalam bentuk produk atau kinerja.

b.        Langkah-Langkah Pengaplikasian Model Pembelajaran Problem Based Learning
1)        Dimulai dengan adanya masalah yang harus dipecahkan
2)        Siswa melakukan pemecahan masalah, meliputi:
§  Identifikasi masalah
§  Mengumpulkan data
§  Analisis data
§  Pemecahan masalah berdasarkan analisis data
§  Memilih cara pemecahan masalah
§  Merencanakan penerapan pemecahan masalah
§  Uji coba terhadap rencana yang ditetapkan
3)        Siswa melakukan tindakan untuk pemecahan masalah



3.        Service Learning
Service-Learning (SL) atau Experiential learning diperkenalkan John Dewey sebagai model pembelajaran lapangan. Tujuan model pembelajaran ini untuk melatih siswa agar memiliki pengetahuan tentang situasi nyata dalam masyarakat dan kemampuan untuk mengatasinya, serta untuk membentuk karakter agar mereka memiliki kesadaran berbela rasa atau peduli terhadap satu sama lain.

a.        Karakteristik Model Pembelajaran Service Learning
1)        Belajar melalui tindakan pelayanan kepada masyarakat.
2)        Adanya tuntutan berpikir kritis terhadap situasi dan kondisi yang mereka temukan.
3)        SL dianggap sebagai jembatan yang menghubungkan pembelajaran dan pelayanan melalui sebuah proses refleksi.
4)        Membantu mengembangkan dimensi spiritual dan sosial siswa.

b.        Kelebihan dan Kelemahan Service Learning
1)        Kelebihan Service Learning
§  Membantu perkembangan pribadi siswa, baik secara personal maupun interpersonal.
§  Mengaplikasikan pengetahuan siswa.
§  Adanya pembentukan karakter (soft skill) kepada siswa, seperti kepedulian, berpikir kreatif dan kritis, leadership, dan kemampuan berkomunikasi.

2)        Kelemahan Service Learning
§  Adanya tuntutan untuk memiliki rasa belas kasih terhadap sesama.
§  Dituntut untuk memiliki kepekaan terhadap berbagai situasi nyata dalam masyarakat.




4.        Accelerated Learning
Georgi Lozanov seorang psikiater Bulgaria adalah pencestus gerakan Accelerated Learning (pembelajaran yang dipercepat).Accelerated Learning adalah dua kata yang digabung menjadi satu, yaitu Accelerated yang berasal dari bahasa inggris yang mempunyai arti dipercepat dan Learning yang mempunyai arti pembelajaran. Jadi Accelerated Learning dari segi bahasa berarti pembelajaran yang dipercepat. Sedangkan secara terminologi model pembelajaran Accelerated Learning adalah suatu pola yang digunakan dalam pembelajaran yang didesain sedemikian rupa sehingga dapat menggugah kemampuan belajar peserta didik, membuat belajar lebih menyenangkan dan lebih cepat. Cepat, disini diartikan dapat mempercepat penguasaan dan pemahaman materi pelajaran yang dipelajari, sehingga waktu yang dibutuhkan untuk belajar lebih cepat. Materi pelajaran yang sulit dibuat menjadi mudah, sederhana atau tidak bertele-tele sehingga tidak menjadi kejenuhan dalam belajar.

a.        Prinsip-PrinsipModel Pembelajaran Accelerated Learning
1)        Belajar Bagaimana Belajar (Learning How to Learn) dan Belajar Bagaimana Berpikir (Learning How to Think).
2)        Belajar harus menyenangkan dan membangun rasa percaya diri.
3)        Pengetahuan harus disampaikan dengan pendekatan multi-sensori dan multi-model dengan menggunakan berbagai bentuk kecerdasan.
4)        Pembelajaran berlangsung pada banyak tingkatan secara simultan.
5)        Belajar Melibatkan Seluruh Pikiran dan Tubuh.

b.        Strategi Pembelajaran Accelerated Learning
Menurut  Colin Rose dan Malcolm J. Nicholl, terdapat enam strategi dalam pembelajaran accelerated Learning, yang disingkat dengan M-A-S-T-E-R, yaitu:
1)        M adalah Motivating Your Minde (Memotivasi Pikiran)
2)        A adalah Aquiring The Information (Memperoleh Informasi)
3)        S adalah Searching Out the Meaning (Menyelidiki Makna)
4)        T adalah Triggering the Memory (Memicu Memori)
5)        E adalah Exhibiting What You Know (Memamerkan Apa Yang Anda Ketahui)
6)        R adalah Reflecting How You&rsquove Learned (Merefleksikan Bagaimana Anda Belajar)

c.         Tahapan Penerapaan Pembelajaran Accelerated Learning
1)        Tahap pertama, teknik persiapan
Tahap persiapan berkaitan dengan mempersiapkan peserta didik untuk belajar. Tujuan tahap persiapan adalah menimbulkan minat para peserta didik, menciptakan peserta didik aktif yang tergugah untuk berpikir dan belajar.
2)        Tahap kedua, teknik penyampaian
Tahap penyampaian dimaksudkan untuk mempertemukan peserta didik dengan materi belajar yang mengawali proses belajar secara positif dan menarik. Tujuan tahap penyampaian adalah membantu peserta didik menemukan materi belajar yang baru dengan cara yang menarik, menyenangkan, relevan, melibatkan panca indra, dan cocok untuk semua gaya belajar. Guru dapat melakukan ini dengan: pengamatan terhadap fenomena dunia nyata, presentasi interaktif, berlatih memecahkan masalah, dan pengalaman belajar konstektual dari dunia nyata.
3)        Tahap ketiga, teknik pelatihan
Tahap pelatihan (integrasi) merupakan intisari Accelerated Learning. Peranan instruktur adalah mengajak peserta didik berfikir, berkata, dan berbuat-menangani materi belajar yang baru dengan cara yang dapat membantu mereka memadukannya ke dalam struktur pengetahuan, makna dan keterampilan internal yang sudah tertanam dalam diri. Tujuan tahap pelatihan adalah membantu peserta didik mengintegrasikan dan menyerap pengetahuan dan keterampilan baru dengan berbagai cara. Guru dapat melakukan ini dengan: aktivitas memproses peserta didik, memberi umpan balik secara langsung, simulasi dunia nyata, latihan belajar lewat praktik, dialog secara bepasangan dan berkelompok.
4)        Tahap keempat, teknik penampilan hasil
Belajar adalah proses mengubah pengalaman menjadi pengetahuan, pengetahuan menjadi pemahaman, pemahaman menjadi kearifan, dan kearifan menjadi tindakan. Tujuan tahap penampilan hasil adalah membantu pelajar menerapkan dan mengembangkan pengetahuan serta keterampilan baru mereka pada pekerjaan sehingga pembelajaran tetap melekat dan prestasi terus meningkat

5.        Project Based Learning
Model pembelajaran berbasis proyek (project based learning) adalah sebuah model pembelajaran yang menggunakan proyek (kegiatan) sebagai inti pembelajaran. Dalam kegiatan ini, siswa melakukan eksplorasi, penilaian, interpretasi, dan sintesis informasi untuk memperoleh berbagai hasil belajar (pengetahuan, keterampilan, dan sikap).

a.        Langkah-Langkah Penerapan Project Based Learning
1)        Menentukan pertanyaan dasar
Model pembelajaran berbasis proyek selalu dimulai dengan menemukan apa sebenarnya pertanyaan mendasar, yang nantinya akan menjadi dasar untuk memberikan tugas proyek bagi siswa (melakukan aktivitas). Topik yang dipakai harus pula berhubungan dengan dunia nyata.
2)        Membuat desain proyek
Peran guru yaitu membantu kelompok-kelompok (siswa) untuk merancang aktivitas yang akan dilakukan pada proyek mereka masing-masing. Semakin besar keterlibatan dan ide-ide siswa (kelompok siswa) yang digunakan dalam proyek itu, akan semakin besar pula rasa memiliki mereka terhadap proyek tersebut.
3)        Menyusun penjadwalan
Selanjutnya, guru dan siswa menentukan batasan waktu yang diberikan dalam penyelesaian tugas (aktivitas) proyek mereka.
4)        Memonitor kemajuan proyek
Guru memonitor dan memantau perkembangan proyek kelompok-kelompok dan memberikan pembimbingan yang dibutuhkan.
5)        Penilaian hasil
Pada tahap berikutnya, setelah siswa melaporkan hasil proyek yang mereka lakukan, guru menilai pencapaian yang siswa peroleh baik dari segi pengetahuan (knowledge terkait konsep yang relevan dengan topik), hingga keterampilan dan sikap yang mengiringinya.
Pada penilaian proyek setidaknya ada 3 hal yang perlu dipertimbangkan yaitu:
·       Kemampuan pengelolaan, yaitu kemampuan peserta didik dalam memilih topik, mencari informasi dan mengelola waktu pengumpulan data serta penulisan laporan.
·       Relevansi dengan mata pelajaran, dengan mempertimbangkan tahap pengetahuan, pemahaman dan keterampilan dalam pembelajaran.
·       Keaslian maksudnya proyek yang dilakukan peserta didik harus merupakan hasil karyanya, dengan mempertimbangkan kontribusi guru berupa petunjuk dan dukungan terhadap proyek peserta didik.
6)        Evaluasi pengalaman
Guru kemudian memberikan kesempatan kepada siswa untuk merefleksi semua kegiatan (aktivitas) dalam pembelajaran berbasis proyek yang telah mereka lakukan agar di lain kesempatan pembelajaran dan aktivitas penyelesaian proyek menjadi lebih baik lagi.

b.        Karakteristik Project Based Learning
1)        Peserta didik membuat keputusan tentang sebuah kerangka kerja.
2)        Adanya permasalahan atau tantangan yang diajukan kepada peserta didik.
3)        Peserta didik mendesain proses untuk menentukan solusi atas permasalahan atau tantangan yang diajukan.
4)        Peserta didik secara kolaboratif bertanggungjawab untuk mengakses dan mengelola informasi untuk memecahkan permasalahan.
5)        Peserta didik secara berkala melakukan refleksi atas aktivitas yang sudah dijalankan.

c.         Manfaat Model Pembelajaran Project Based Learning
1)        Siswa menjadi pebelajar aktif dan pembelajaran menjadi lebih interaktif.
2)        Memberikan kesempatan siswa untuk memanajemen sendiri kegiatan atau aktivitas penyelesaian tugas sehingga melatih mereka menjadi mandiri.
3)        Memberikan pemahaman konsep atau pengetahuan secara lebih mendalam kepada siswa.
d.   Kelebihan dan Kelemahan Project Based Learning
1)        Kelebihan Project Based Learning
§  Meningkatkan motivasi belajar peserta didik.
  • Meningkatkan kemampuan peserta didik terhadap berbagai pemecahan masalah.
  • Membuat peserta didik menjadi lebih aktif.
  • Memberikan pengalaman kepada peserta didik pembelajaran dan praktik dalam mengorganisasi proyek, dan membuat alokasi waktu dan sumber-sumber lain seperti perlengkapan untuk menyelesaikan tugas.

2)        Kelemahan Project Based Learning
§  Memerlukan banyak waktu untuk menyelesaikan masalah.
§  Membutuhkan biaya yang cukup banyak.
§  Peserta didik yang memiliki kelemahan dalam percobaan dan pengumpulan informasi akan mengalami kesulitan.
§  Ada kemungkinan terdapat peserta didik yang kurang aktif dalam kerja kelompok.
§  Ketika topik yang diberikan kepada masing-masing kelompok berbeda, dikhawatirkan peserta didik tidak bisa memahami topik secara keseluruhan

6.        Quantum Learning
Quantum learning adalah pengajaran yang dapat mengubah suasana belajar yang menyenangkan serta mengubah kemampuan dan bakat alamiah siswa (Cahyo, 2013: 159). Quantum learning merupakan kiat, petunjuk, strategi dan seluruh proses belajar yang dapat mempertajam pemahaman dan daya ingat, serta membuat belajar sebagai suatu proses yang menyenangkan dan bermanfaat. Berdasarkan pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa Quantum learning adalah pembiasaan belajar yang nyaman dan menyenangkan dengan disesuaikan pada tingkat perkembangan siswa untuk meningkatkan kemampuan dirinya.
Pembelajaran pada quantum learning menuntut siswa untuk bisa membaca secara cepat dan membuat ringkasan berupa catatan sesuai dengan kenyamanan dan kemampuan mereka dalam meringkas pelajaran. Dalam quantum learning, guru sebagai pengajar tidak hanya memberikan bahan ajar, tetapi juga memberikan motivasi kepada siswanya, sehingga siswa merasa bersemangat dan timbul kepercayaan dirinya untuk belajar lebih giat dan dapat melakukan hal-hal positif sesuai dengan tipe kecerdasan yang dimilikinya. Cara belajar yang diberikan kepada siswa harus menarik dan bervariasi, sehingga siswa tidak merasa jenuh untuk menerima materi pelajaran. Selain itu, lingkungan belajar yang nyaman juga dapat membuat suasana kelas menjadi kondusif.

a.        Prinsip-Prinsip Quantum Learning
1)        Segalanya berbicara
Segalanya dari lingkungan kelas hingga bahasa tubuh guru, kertas yang guru bagikan dan rancangan pelajaran guru, semuanya mengirim pesan tentang belajar.
2)        Segalanya bertujuan
Semua yang terjadi dalam pengubahan guru mempunyai tujuan. Tujuannya adalah mewujudkan pembelajaran dan pencapaian quantum learning tersebut.
3)        Pengalaman sebelum pemberian nama
Otak kita berkembang pesat dengan adanya rangsangan kompleks yang akan menggerakkan rasa ingin tahu kita. Oleh karena itu, proses belajar paling baik terjadi ketika siswa telah mengalami informasi sebelum mereka memperoleh nama-nama untuk apa yang mereka pelajari.
4)        Akui setiap usaha
Pada saat siswa belajar maka mereka patut mendapat pengakuan atas kecakapan dan kepercayaan diri mereka.
5)        Jika layak dipelajari, layak pula dirayakan
Perayaan adalah umpan balik mengenai kemajuan dan meningkatkan asosiasi emosi positif dengan belajar.

b.        Unsur-Unsur Model Quantum Learning
Unsur-unsur dalam quantul learning terdapat dalam dua kategori, yaitu konteks dan isi. Guru sebagai konduktor dari siswa yang sedang belajar harus mengubah banyak bagian. Bagian konteks meliputi pengubahan suasana, landasan, lingkungan dan rancangan belajar. Sedangkan bagian isi meliputi pengubahan penyajian informasi atau materi, fasilitas, keterampilan belajar untuk belajar dan keterampilan hidup.

c.         Konsep Kunci Model Quantum Learning
Yaitu teori otak kanan kiri; teori otak triune (3 in 1); pilihan modalitas belajar; teori kecerdasan ganda; pendidikan holistic; belajar berdasarkan pengalaman; belajar dengan simbol; simulasi/permainan; dan peta pikiran.

d.        Karakteristik Pembelajaran Quantum Learning
Menurut De Porter (2009), quantum learning memiliki beberapa karakteristik, yaitu:
1)        Pembelajaran quantumberpangkal pada psikologi kognitif.
2)        Pembelajaran quantumberupaya memadukan dan mengkolaborasikan faktor potensi diri manusia selaku pembelajar dengan lingkungan (fisik dan mental) sebagai konteks pembelajaran.
3)        Pembelajaran quantummemusatkan perhatian pada interaksi yang bermutu dan bermakna.
4)        Pembelajaran quantum menempatkan nilai dan keyakinan sebagai bagian penting proses pembelajaran.
5)        Pembelajaran quantum sangat menekankan pada pencapaian pembelajaran dengan taraf keberhasilan tinggi.

e.         Kelebihan dan Kelemahan Quantum Learning
1)        Kelebihan Quantum Learning
§  Pembelajaran menekankan perkembangan akademis dan keterampilan.
§  Pendidik menyatu dan membaur pada dunia peserta didik.
§  Metode belajar mengajar yang menyenangkan.
§  Metode belajar yang memadukan antara berbagai sugesti positif dan interaksinya dengan lingkungan.
§  Siswa menjadi objek tujuan utama dalam pembelajaran.


2)        Kelemahan Quantum Learning
§  Memerlukan dan menuntut keahlian dan keterampilan guru lebih khusus.
§  Memerlukan proses perancangan dan persiapan pembelajaran yang cukup matang dan terencana dengan cara yang lebih baik.
§  Adanya keterbatasan sumber belajar, alat belajar, dan menuntut situasi dan kondisi serta waktu yang lebih banyak.

7.        Integrated Learning
Integrated learning atau pembelajaran terpadu adalah pendekatan yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran dengan mengintegrasikan kegiatan kedalam semua bidang pengembangan, meliputi aspek kognitif, sosial-emosional, bahasa, moral, nilai-nilai agama, fisik, motorik dan seni. Semua bidang pengembangan tersebut dijabarkan kedalam kegiatan pembelajaran yang dipusatkan pada satu tema sehingga pembelajaran menjadi terpadu.

a.        Karakteristik Model Pembelajaran Integrated Learning
1)        Pembelajaran berpusat pada anak
Pada dasarnya pembelajaran integrated learning merupakan suatu sistem pembelajaran yang memberikan keleluasaan kepada siswa. Siswa secara aktif menggali, mencari dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip dari suatu pengetahuan yang harus dikuasainya sesuai dengan perkembangannya.
2)        Menekankan pembentukan pemahaman dan kebermaknaan
Pembelajaran terpadu mengkaji sebuah fenomena dan berbagai macam aspek yang dimiliki oleh siswa, sehingga akan berdampak pada kebermaknaan dari materi yang dipelajari siswa. Hasil yang nyata didapat dari segala konsep yang diperoleh dan keterkaitannya dengan konsep-konsep lain yang dipelajari sehingga kegiatan belajar lebih bermakna.
3)        Belajar melalui pengalaman langsung
Siswa akan memahami hasil belajarnya sesuai dengan fakta dan peristiwa yang mereka alami, bukan sekedar informasi dari gurunya. Guru hanya bertindak sebagai fasilitator, sedangkan siswa sebagai pencari fakta dan informasi untuk mengembangkan pengetahuannya.
4)        Lebih memperhatikan proses daripada hasil semata
Pada integrated learning dikembangkan pendekatan discovery inquiry (penemuan terbimbing) yang melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran yaitu mulai dari perencanaan, pelaksanaan sampai proses evaluasi. Pembelajaran terpadu dengan melihat hasrat, minat, dan kemampuan siswa sehingga memungkinkan siswa termotivasi untuk belajar terus menerus.

b.        Manfaat Model Pembelajaran Integrated Learning
1)        Memungkinkan anak untuk mengeksplor dan mengekspresikan pengetahuan dan keterampilannya melalui berbagai kegiatan.
2)        Meningkatkan kemampuan anak secara komprehensif.
3)        Meningkatkan kecakapan berpikir anak.
4)        Banyak tema yang tertuang disetiap pembelajaran yang mempunyai keterkaitan.
5)        Siswa akan lebih mudah memahami dan memaknai suatu materi pelajaran.

c.         Prinsip-Prinsip Integrated Learning
1)        Prinsip penggalian tema
Tema harus bermakna sehingga memberikan bekal bagi siswa untuk belajar selanjutnya. Tema harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan psikologis siswa. Tema yang dikembangkan harus mampu mewadahi sebagian besar minat siswa, dan mempertimbangkan kurikulum yang berlaku serta harapan dari masyarakat.
2)        Prinsip pelaksanaan pembelajaran terpadu
Guru akan membentuk kelompok-kelompok belajar siswa yang kemudian mengakomodasi ide-ide mereka, dengan memberikan bimbingan dan pengarahan. Sehingga siswa secara aktif melakukan pembelajaran.
3)        Prinsip evaluasi
Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan evaluasi diri dan mengevaluasi perolehan belajar yang telah dicapai berdasarkan keberhasilan tujuan pembelajaran.

4)        Prinsip reaksi
Dalam prinsip reaksi, dampak pengiring (nuturan efek) yang penting bagi perilaku secara sadar belum tersentuh oleh guru dalam kegiatan belajar mengajar. Karena itu, guru dituntut agar mampu merencanakan dan melaksanakan pembelajaran sehingga tercapai secara tuntas tujuan-tujuan pembelajaran. Guru harus bereaksi terhadap reaksi siswa dalam semua kegiatan yang diarahkan ke satuan utuh dan bermakna.

d.        Kelebihan dan Kelemahan Integrated Learning
1)        Kelebihan integrated learning
§  Materi pelajaran menjadi dekat dengan kehidupan siswa sehingga siswa dengan mudah memahami sekaligus menerapkannya.
§  Siswa dengan mudah mengaitkan hubungan materi pelajaran di matapelajaran yang satu dengan yang lainnya.
§  Dengan bekerja dalam kelompok, siswa dapat mengembangkan kemampuan belajarnya, baik dalam aspek afektif, kognitif maupun psikomotork.
2)        Kelemahan integrated learning
a)    Ditinjau dari aspek guru
§  Guru harus berwawasan luas.
§  Guru harus memiliki keterampilan metodologis yang tinggi.
§  Guru dituntut untuk terus menggali informasi ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan materi yang akan diajarkan.
b)   Ditinjau dari aspek peserta didik
§  Siswa dituntut untuk memiliki kemampuan belajar yang tinggi, baik secara akademik maupun kreativitasnya.
§  Menekankan pada kemampuan analitik (mengurai), kemampuan asosiatif  (menghubungkan), kemampuan eksploratif dan irriveve (menemukan dan menggali).
c)    Ditinjau dari aspek sarana dan sumber pembelajaran
§  Memerlukan bahan bacaan atau sumber informasi yang cukup banyak dan bervariasi.
d)   Ditinjau dari aspek kurikulum
§  Kurikulum harus luwes yang  berorientasi pada pencapaian ketuntasan pemahaman siswa.
§  Guru harus diberi kewenangan dalam mengembangkan materi, metode dan penilaian keberhasilan pembelajaran peserta didik.
e)    Ditinjau dari aspek penilaian
§  Membutuhkan cara penilaian yang komprehensif.
§  Guru dituntut untuk menyediakan teknik dan prosedur pelaksanaan penilaian dan pengukuran yang komprehensif.
f)    Ditinjau dari aspek suasana pembelajaran
§   Cenderung mengutamakan salah satu bidang kajian.
§   Guru cenderung mengutamakan substansi gabungan materi yang membentuk suatu tema sesuai dengan pemahaman, selera dan latar belakang pendidikan guru.

8.        Broad Based Learning
Broadbased learningdisebut juga pendidikan berbasis luas, yaitu pendidikan yang dapat membekali siswa dengan kecakapan generic atau kecakapan hidup yang bersifat umum, yang memungkinkan mereka dapat memiliki kecakapan akademik dan atau kejuruan, sehingga mereka dapat memasuki dunia kerja dalam berbagai bidang keahlian, sesuai dengan minat, bakat dan kemampuannya.
Dalam model pembelajaran ini, kecakapan hidup Sebagai tujuan pendidikan.Kecakapan hidup dapat didefinisikan sebagai suatu kecakapan mengaplikasikan kemampuan dasar keilmuan atau kemampuan dasar kejuruan dalam kehidupannya sehari-hari, sehingga bermakna dan bermanfaat bagi peningkatan taraf kehidupannya, serta harkat dan martabatnya dan juga memberikan manfaat bagi masyarakat dan lingkungannya.





Kecakapan hidup sebagai hasil pembelajaran,terdiri atas :
a)        Kecakapan hidup yang bersifat umum (general life skill)
b)        Kecakapan hidup yang bersifat khusus (specific life skill), meliputi:
1)      Kecakapan personal dengan komponennya :
§ Kecakapan belajar (learning to learn)
§ Kecakapan beradaptasi (adaptability)
§ Kecakapan menanggulangi (cope ability)
§ Motivasi
§ Kecakapan mengenal diri (self awarenes)
§ Kemandirian
§ Tanggung jawab
2)      Kecakapan sosial dengan komponennya :
§ Kecakapan berkomunikasi
§ Kecakapan bekerja kooperatif dan kolaboratif
§ Solidaritas
§ Kecakapan hidup yg bersifat specific, yangmerupakan kecakapan keahlian yaitu akademikdan vocasional
Kecakapan belajar (learning to learn)yang bersifat proses adalah kecakapan generic (generic life skill) memungkinkan siswa dapat menguasai konsep keilmuan (kecakapan akademik) dan atau kecakapan kejuruan. Konsep-konsep kunci keilmuan dapat ditransfer kepada disiplin ilmu lainnya, sehingga siswa yang memiliki kecakapan dasar akademik dapat beradaptasi dengan pertumbuhan ilmu pengetahuan dan teknologi, oleh karena itu dalam pendidikan kejuruan bidang studi akademik disebut sebagai program adaptif.
       Model pembelajaran kooperatifkolaboratif memungkinkan siswa memiliki kecakapan sosial seperti kecakapan bekerja kooperatif, kolaboratif dan solidaritas.
Dari uraian tersebut diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa hasil belajar siswa bukan berupa hafalan tentang materi pengetahuan, melaink
an kompetensi dasar keilmuan dan atau kejuruan berbasis nilai agama, yang bermanfaat dalam kehidupannya, yang dapat dikembangkannya sendiri di kemudian hari dalam masyarakat masa depan.

9.        Resource Based Learning
Resource Based Learning atau Pembelajaran Berdasar Sumber (RBL) adalah strategi pembelajaran dimana siswa membangun pemahamannya melalui interaksi dengan berbagai sumber belajar baik cetak, non-cetak, maupun orang. RBL sangat terkait erat dengan pendekatan konstruktifistik, metode belajar pemecahan masalah (problem-based learning, inquiry learning, atau pembelajaran berbasis proyek (project-based learning). Menurut Pembelajaran ini, peserta didik dituntut untuk aktif dalam memperoleh informasi. Anak bebas belajar dengan kemampuan dan kecepatan sesuai dengan kemampuannya. Setiap peserta didik tidak dituntut untuk memperoleh informasi yang sama dengan temannya. Sehingga peserta didik dapat belajar dengan senang dan semangat.
Resource Based Learning merupakan suatu proses pembelajaran yang langsung menghadapkan siswa dengan suatu atau sejumlah sumber belajar secara individual atau kelompok dengan segala kegiatan yang bertalian dengan sumber belajar. Didalam Resource Based Learning guru bukan merupakan sumber belajar satu-satunya. Siswa dapat belajar dalam kelas, dalam laboratorium, dalam perpustakaan, dalam “ ruang sumber belajar “ yang khusus atau bahkan di luar sekolah.

a.        Ciri-Ciri Model Pembelajaran Resource Based Learning
1)        Resource Based Learning memanfaatkan sepenuhnya segala sumber informasi sebagai sumber bagi pelajaran termasuk alat-alat audiovisual dan memberi kesempatan untuk merencanakan kegiatan belajar.
2)        Resource Based Learning berusaha memberi pengertian kepada siswa tentang luas dan aneka ragamnya sumber-sumber informasi yang dapat dimanfaatkan untuk belajar, baik cetakan, perpustakaan, alat audio visual, dan sebagainya.
3)        Resource Based Learning berusaha untuk meningkatkan motivasi belajar dengan menyajikan berbagai kemungkinan tentang bahan pelajaran, metode kerja, dan medium komunikasi.
4)        Resource Based Learning memberi kesempatan kepada siswa untuk belajar menurut kecepatan dan kesanggupan masing-masing.
5)        Resource Based Learning lebih fleksibel dalam penggunaan waktu dan ruang belajar.
b.        Tujuan Pembelajaran Resource Based Learning
1)        Merangsang daya penalaran dan kreativitas siswa sesuai dengan kemampuan dan kecepatannya masing-masing karena berhubungan langsung dengan berbagai sumber informasi dalam pembelajaran.
2)        Meningkatkan motivasi, keaktifan dan mengembangakan rasa percaya diri siswa dalam belajar.
3)        Memberikan kesempatan proses bersosialisasi kepada siswa untuk mendapatkan dan memperkaya pengetahuan dengan menggunakan alat, nara sumber atau tempat.
4)        Meningkatkan perkembanagan siswa dalam berbahasa melalaui komunikasi dengan mereka tentang hal-hal yang berhubungan dengan sumber belajar.

c.         Pelaksanaan Pembelajaran Resource Based Learning
1)        Input
a)    Material (Materials)
Materials adalah bahan fisik yang diperlukan untuk menunjang terjadinya proses pembelajaran pada pokok bahasan Momentum saat di kelas. Adapun materials yamg dimaksud antara lain:
(1)      Sarana dan prasarana
Sarana dan prasarana dibedakan menjadi tiga macam, yaitu :
§  Alat peraga, seperti peta, model, patung organ manusia, dan alat-alat demonstrasi lainnya.
§  Alat Pelajaran, seperti alat praktek biologi dan kimia, mikroskop, pipet, tabung reaksi dan sebagainya.
§  Media pengajaran, seperti media audio dan visual.
(2)      Sumber-sumber belajar
Ada beberapa macam sumber belajar antara lain:
§  Manusia (people), yaitu orang yang menyampikan pesan pengajaran secara langsung, seperti guru, konselor.
§  Bahan (material), yaitu sesuatu yang mengandung pesan pelajaran, seperti buku-buku pelajaran, majalah, koran, jurnal dan film film documenter.
§  Lingkungan(setting), yaitu ruang dan tempat ketika sumber-sumber dapat berinteraksi dengan peserta didik, seperti laboratorium, dan perpustakaan.
§  Alat dan peralatan (tools and equipment), yaitu sumber belajar produksi dan memainkan sumber-sumber lain, misalnya radio, televisi dan tape recorder.
§  Aktifitas (actifities), yaitu sumber belajar kombinasi antara suatu tehnik dengan sumber lain untuk memudahkan belajar, misalnya simulasi dan karyawisata.
b)   Metode-Metode(Methods)
Mengajar yang baik perlu memerlukan kecakapan, pemahaman, inisiatif dan kreatifitas dari pihak guru. Dalam hal ini kecakapan dan kreatifitas guru dalam memilih dan menggunakan metode pembelajaran yang sesuai dengan materi, sehingga dapat mencapai kesuksesan dalam mengajar. Selain ituagar siswa tidak bosan dan dapat menangkap setiap materi dengan baik, sehingga dapat mengaplikasikan dalam sikap dan tindakan.

2)        Proses Penyelenggaraan
Resource Based Learning adalah cara belajar yang bermacam-macam bentuk dan segi-seginya. Metode ini tampaknya sebagai suatu yang terdiri atas berbagai komponen yang meliputi pengajaran langsung oleh guru, pencarian bahan dari berbagai sumber belajar, latihan-latihan formal, kegiatan penelitian, latihan memecahkan soal dan penggunaan alat alat audio-visual. Cara belajar ini dapat pula didasarkan atas berbagai macam metode dan strategi belajar. Yang penting ialah, bahwa setiap metode dan strategi yang digunakan harus bertalian dengan tujuan yang ingin dicapai.
Pelaksanaan cara belajar Resource Based Learningperlu memperhatikan beberapa hal, antara lain:
a)        Pengetahuan yang ada
Mengenai pengetahuan guru tentang latar belakang murid dan pengetahuan murid tentang bahan pelajaran.

b)        Tujuan pengajaran
Guru harus merumuskan dengan jelas apa yang hendak dicapai dengan pelajaran itu. Tujuan ini tidak hanya mengenai bahan yang harus dikuasai, akan tetapi juga ketrampilan dan tujuan emosional dan sosial.
c)        Memilih metodologi
Metode pengajaran banyak ditentukan oleh tujuan yang hendak dicapai. Bila topik yang dihadapi itu luas, maka berbagai ragam metode akan perlu digunakan.
Biasanya metode itu akan mengandung unsur-unsur sebagai berikut:
(1)      Uraian tentang apa yang dipelajari.
(2)      Diskusi dan pertukaran pikiran.
(3)      Kegiatan-kegiatan yang menggunakan berbagai alat intruksional, laboratorium dan lain-lain.
(4)      Kegiatan kegiatan dalam lingkungan sekitar sekolah, misalnya kerja-lapangan, eksplorasi dan penelitian.
(5)      Kegiatan-kegiatan dengan menggunakan berbagai sumber belajar seperti buku, alat audio-visual, dan lai-lain.
(6)      Koleksi dan penyediaan bahan bacaan.
(7)      Tempat, seperti ruang perpustakaan, kelas, laboratorium dan lain-lain.

10.    Discovery Learning
Discovery learning adalah suatu pembelajaran yang melibatkan siswa dalam proses kegiatan mental melalui tukar pendapat, dengan berdiskusi, membaca sendiri dan mencoba sendiri, agar anak dapat belajar sendiri (Cahyo, 2013: 101). Metode pembelajaran berbasis penemuan atau discovery learningini merupakanmetode mengajar yang mengatur pengajaran sedemikian rupa sehingga anak memperoleh pengetahuan yang sebelumnya belum diketahuinya tidak melalui pemberitahuan, namun ditemukan sendiri. Dalam pembelajaran discovery, kegiatan atau pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa, sehingga siswa dapat menemukan konsep-konsep dan prinsip-prinsip melalui proses mentalnya sendiri. Dalam menemukan konsep, siswa melakukan pengamatan, menggolongkan, membuat dugaan, menjelaskan, dan menarik kesimpulan.
Model pembelajaran ini menuntut anak harus berperan aktif didalam belajar, yang diterapkan melalui cara penemuan. Dengan teknik tersebut, siswa dibiarkan menemukan sendiri, guru hanya membimbing dan memberikan instruksi. Berdasarkan uraian tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa Discovery learning adalah model pembelajaran yang melibatkan proses belajar aktif peserta didik untuk mengubah kondisi belajar pasif menjadi aktif dan kreatifguna mencapai tujuan pembelajaran.

a.        Lingkungan Belajar dalam Metode Discovery Learning
Lingkungan perlu memfasilitasi rasa ingin tahu siswa pada tahap eksplorasi untuk menunjang proses belajar. Lingkungan ini dinamakan discovery learning environment, yaitu lingkungan dimana siswa dapat melakukan eksplorasi, dan penemuan-penemuan baru yang belum dikenal.  Menurut Bruner, perkembangan kognitif seseorang terjadi melalui tiga tahap yang ditentukan oleh caranya melihat lebih tepatnya menggambarkan lingkungan, yaitu enactive, iconic, dan symbolic.
1)        Tahap enactive
Seseorang melakukan aktivitas-aktivitas dalam upaya untuk memahami lingkungan sekitarnya. Artinya dalam memahami dunia sekitarnya, anak menggunakan pengetahuan motorik, misalnya melalui gigitan, sentuhan, dan pegangan.
2)        Tahap iconic
Seseorang memahami objek-objek melalui gambar-gambar dan visualisasi verbal. Maksudnya dalam memahami dunia sekitarnya, anak belajar melalui bentuk perumpamaan (tampil) dan perbandingan (komparasi).
3)        Tahap symbolic
Seseorang telah mampu memiliki ide-ide atau gagasan abstrak yang sangat dipengaruhi oleh kemampuannya dalam berbahasa dan logika. Komunikasinya dilakukan dengan banyak simbol. Semakin matang seseorang dalam proses berpikirnya, maka semakin dominan sistem simbolnya.
Secara sederhana, teori perkembangan dalam fase enactive, iconic, dan symbolic adalah anak menjelaskan sesuatu melalui perbuatan (ia bergeser ke depan atau ke belakang di papan mainan untuk menyesuaikan beratnya dengan berat temannya bermain) ini fase enactive. Kemudian pada fase iconic, ia menjelaskan keseimbangan pada gambar atau bagan dan akhirnya ia menggunakan bahasa untuk menjelaskan prinsip keseimbangan ini fase symbolic.

b.        Interaksi Guru dan Siswa dalam Metode Discovery Learning
Model discovery learning, guru berperan sebagai pembimbing dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar secara aktif, sebagaimana pendapat guru harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar siswa sesuai dengan tujuan. Sehingga siswa diberi kesempatan untuk menjadi seorang problem solver, seorang saintis, historin dan ahli matematika. Dengan demikian, seorang guru dalam aplikasi metode discovery learning menempatkan siswa pada kesempatan-kesempatan dalam belajar lebih mandiri.
Hubungan antara guru dengan siswa dalam metode discovery learning, yakni sebagai berikut:
1)        Merencanakan pelajaran sedemikian rupa sehingga pelajaran terpusat pada masalah-masalah yang tepat untuk diselidiki para siswa.
2)        Menyajikan materi pelajaran yang diperlukan sebagai dasar bagi siswa untuk memecahkan masalah.
3)        Guru harus memerhatikan cara penyajian yang enactive, iconic, dan symbolic.

c.         Tujuan Pembelajaran Discovery Learning
Menurut Bell (1978) beberapa tujuan dari model pembelajaran discovery learning, yaitu:
1)        Siswa memiliki kesempatan untuk terlibat secara aktif dalam pembelajaran.
2)        Siswa belajar menemukan pola dalam situasi konkret maupun abstrak.
3)        Siswa belajar merumuskan strategi tanya jawab untuk memperoleh informasi yang bermanfaat dalam menemukan.





d.        Kelebihan dan Kelemahan Model Discovery Learning
1)        Kelebihan model discovery learning
§  Adanya suatu kenaikan dalam potensi intelektual.
§  Siswa yang mempelajari bagaimana menemukan berarti ia menguasai metode discovery learning.
§  Siswa lebih senang mengingat-ingat materi.

2)        Kelemahan model discovery learning
§  Siswa perlu membutuhkan penguasaan informasi yang lebih cepat
§  Membutuhkan banyak waktu belajar untuk satu materi pelajaran saja.

11.    Reception Learning
Model reception learning menganjurkan guru untuk menyiapkan situasi belajar, memilih materi-materi yang tepat untuk siswa, dan menyampaikannya dalam bentuk pengajaran yang terorganisasi dengan baik, mulai dari umum ke hal-hal yang khusus. Menurut Ausubel, pada dasarnya orang memperoleh pengetahuan melalui penerimaan, bukan melalui penemuan. Konsep-konsep, prinsip, dan ide-ide yang disajikan pada siswa akan diterima oleh siswa, dapat juga konsep ini ditemukan sendiri oleh siswa itu sendiri.
Belajar bermakna adalah proses mengaitkan dalam informasi baru dengan konsep-konsep yang relevan dan terdapat dalam struktur kognitif seseorang. Sehingga pembelajaran dapat dikatakan menimbulkan belajar bermakna jika memenuhi prasyarat, yaitu materi yang akan dipelajari melaksanakan belajar bermakna secara potensial dan anak yang belajar bertujuan melaksanakan belajar bermakna.
Berikut tiga prinsip pembelajaran model reception learning, yaitu:
a.         Presentation of Advance Organizer
Pengaturan awal mengarahkan para siswa pada materi yang akan mereka pelajari dan membantu mereka untuk mengingat kembali informasi yang berhubungan, dan dapat digunakan dalam membantu menanamkan pengetahuan baru.The advance organizer berhubungan dengan ide-ide yang disampaikan dalam suatu pelajaran untuk memberi informasi kepada siswa yang telah siap dalam pikiran mereka, dan memberikan skema organisasi yang luas dalam bentuk informasi yang lebih khusus.
b.        Presentation of Learning Task or Materi
Dalam bagian kedua dari suatu pembelajaran dengan materi baru disampaikan dengan memberikan ceramah, diskusi, atau memberikan tugas kepada siswa. Ausubel menekankan kebutuhan untuk mempertahankan perhatian siswa sama baiknya dengan kebutuhan dalam mengorganisasi materi pelajaran secara jelas untuk berhubungan dengan susunan yang telah direncanakan dalam advance organizer.
c.         Strengthening Cognitive Organization
Dalam fase ketiga ini guru disarankan mencoba untuk menggabungkan informasi baru kedalam susunan pelajaran yang sudah direncanakan untuk pelajaran permulaan dengan mengingatkan siswa bagaimana setiap rincian khusus yang berhubungan dengan gambar yang besar. Siswa juga diminta untuk melihat, apakah mereka telah mengerti pelajaran yang disampaikan guru dan dapat menghubungkan pelajaran tersebut dengan pengetahuan mereka yang telah ada sebelumnya, serta menghubungkannya dengan organisasi yang ada di advance organizer. Akhirnya siswa diberikan kesempatan untuk melontarkan pertanyaan-pertanyaan yang akan memperluas pengetahuan mereka.

12.    Assisted Learning
Model pembelajaran assisted learningmempunyai peran yang sangat penting bagi perkembangan individu. Karena dapat membantu siswa pada awal belajar untuk mencapai pemahaman dan keterampilan, dan secara perlahan-lahan bantuan tersebut dapat dikurangi sampai akhirnya siswa dapat belajar mandiri dan menemukan pemecahan bagi tugas-tugasnya. Jerome Bruner menyebut bantuan orang dewasa dalam proses belajar anak dengan istilah scaffolding, yaitu sebuah dukungan untuk belajar dan memecahkan problem. Model ini menempatkan guru sebagai seorang agen budaya yang dengan bimbingan dan pengajarannya siswa dapat menginternalisasi dan menguasai keterampilan yang membutuhkan fungsi kognitif yang lebih tinggi.


Berikut peranan pembelajar pada model assisted learning, antara lain:
a.         Pembelajar dituntut untuk memiliki keragaman strategi pembelajaran
Hal ini dimaksudkan karena tidak ada satu model pembelajaran yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan belajar dari topik-topik yang beragam.
b.        Pembelajar sebagai fasilitator
Pembelajar sebagai fasilitator akan memiliki konsekuensi langsung sebagai perancah, model, pelatih, dan pembimbing (mentor).
c.         Pembelajar sebagai expert learnes
Pembelajar diharapkan memiliki pemahaman mendalam tentang materi pembelajaran sehingga dapat memberikan bantuan kepada siswa.
d.        Pembelajar sebagai manager
Pembelajar berkewajiban memonitor hasil belajar siswa dan masalah-masalah yang dihadapi mereka, memonitor disiplin kelas dan hubungan interpersonal, dan memonitor ketepatan penggunaan waktu dalam menyelesaikan tugas.
e.         Pembelajar sebagai mediator
Pembelajar memandu menjadi penengah antar siswa, membatu para siswa memformulasikan pertanyaan atau mengkonstruksi representasi visual dari suatu masalah, memandu para siswa mengembangkan sikap positif terhadap belajar, dan menjelaskan bagaimana mengaitkan gagasan-gagasan para siswa dengan permodelan proses berpikir.

13.    Active Learning
Active learning merupakan suatu pendekatan dalam pengelolaan sistem pembelajaran melalui cara-cara belajar yang aktif menuju belajar yang mandiri. Pada model pembelajaran ini menitikberatkan kepada keaktifan siswa dan melibatkan berbagai potensi siswa, baik yang bersifat fisik, mental, emosional maupun intelektual untuk mencapai tujuan pendidikan yang berhubungan dengan wawasan kognitif, afektif, dan psikomotorik secara optimal.

a.        Prinsip-Prinsip Model Pembelajaran Active Learning
1)        Prinsip motivasi
Guru hendaknya berperan sebagai pendorong, motivator, agar motif-motif yang positif dibangkitkan atau ditingkatkan dalam diri siswa. Ada dua jenis motivasi yaitu motivasi dalam diri anak (intrinsik), dan motivasi dari luar diri anak (ekstrinsik). Motivasi intrinsik dilakukan dengan menggairahkan perasaan ingin tahu anak, keinginan untuk mencoba, dan hasrat untuk maju dalam belajar. Motivasi dari luar dapat dilakukan dengan memberikan ganjaran, misal pujian, huukuman.
2)        Prinsip latar atau konteks
Kegiatan belajar tidak terjadi dalam kekosongan. Sudah jelas para siswa yang mempelajari sesuatu hal yang baru telah pula mengetahui hal-hal lain. Karena itu, guru perlu menyelidiki apa kira-kira pengetahuan, perasaan, keterampilan, sikap, dan pengalaman yang telah dimiliki para siswa. Perolehan ini akan dihubungkan dengan bahan pelajaran baru yang hendak diajarkan kepada para siswa.
3)        Prinsip keterarahan pada titik pusat atau fokus tertentu
Seorang guru diharapkan dapat membuat suatu bentuk atau pola pelajaran agar pelajaran tidak terpecah-pecah dan perhatian murid terhadap pelajaran dapat terpusat pada materi tersebut.
4)        Prinsip hubungan sosial atau sosialisasi
Dalam belajar, para siswa dilatih untuk bekerja sama dengan rekan-rekan sebayanya. Karena kegiatan belajar tertentu akan berhasil jika dikerjakan secara bersama-sama, misalnya kerja kelompok.
5)        Prinsip belajar sambil bekerja
Anak-anak pada hakikatnya belajar sambil bekerja atau melakukan aktivitas. Karena itu, anak-anak perlu diberikan kesempatan untuk melakukan kegiatan nyata yang melibatkan otot dan pikirannya. Semakin anak tumbuh semakin berkurang kadar bekerja dan semakin bertambah kadar berpikir.
6)        Prinsip perbedaan perorangan atau individualisasi
Para guru diharapkan tidak memperlakukan sama terhadap para siswanya,
karena mengingat individu adalah unik. Seorang guru diharapkan dapat mempelajari perbedaan itu agar kecepatan dan keberhasilan belajar anak dapat ditumbuhkembangkan dengan seoptimal mungkin.
7)        Prinsip menemukan
Seorang guru hendaknya dapat memberikan kesempatan kepada semua siswanya untuk mencari dan menemukan sendiri beberapa informasi, agar mereka akan merasakan getaran pikiran, perasaan dan hati. Getaran-getaran dalam diri siswa ini akan membuat kegiatan belajar tidak membosankan melainkan akan menggairahkan.
8)        Prinsip pemecahan masalah
Kepekaan terhadap masalah dapat ditimbulkan jika para siswa dihadapkan pada situasi yang memerlukan pemecahan. Para guru hendaknya dapat mendorong para siswa untuk melihat masalah, merumuskannya, dan berdaya upaya untuk memecahkannya sejauh taraf kemampuan para siswa.

b.        Komponen-Komponen dan Pendukung Active Learning
Salah satu karakteristik dari model pembelajaran ini yaitu adanya keaktifan siswa dan guru sehingga tercipta suasana belajar aktif. Untuk menciptakan suasana belajar aktif tidak lepas dari beberapa komponen yang mendukungnya, antara lain:
1)        Pengalaman
Cara mendapatkan suatu pengalaman adalah dengan membaca, mempelajari, mengalami, dan melakukan sendiri. Sehingga siswa lebih menguasai materi pelajaran yang mereka pelajari daripada hanya mendengarkan penjelasan dari guru.
2)        Interaksi
Belajar akan terjadi dan meningkat kualitasnya bila berlangsung dalam suasana diskusi dengan orang lain, saling bertanya dan mempertanyakan, dan atau saling menjelaskan. Pada saat orang lain mempertanyakan pendapat kita maka kita terpacu untuk berpikir menguraikan lebih jelas lagi sehingga secara tidak langsung terjadi interaksi yang melibatkan kemampuan kognitif.
3)        Komunikasi
Komunikasi dalam proses belajar mengajar secara aktif sangat penting, baik secara lisan maupun tulisan. Pengungkapan pikiran baik dalam rangka mengemukakan gagasan sendiri maupun gagasan orang lain, maka akan memantapkan pemahaman seseorang tentang apa yang sedang dipikirkan.
4)        Refleksi
Bila seseorang mengungkapkan gagasannya kepada orang lain dan mendapat tanggapan, maka orang itu akan merenungkan kembali (merefleksi) gagasannya, kemudian melakukan perbaikan sehingga memiliki gagasan yang lebih mantap. Refleksi dapat terjadi akibat adanya interaksi dan komunikasi.

c.         Kelebihan dan Kelemahan Active Learning
1)        Kelebihan active learning
§  Peserta didik lebih termotivasi.
§  Kegiatan bersifat fleksibel dan ada relevansinya.
§  Adanya partisipasi oleh seluruh kelompok belajar.
2)        Kelemahan active learning
§  Keterbatasan waktu.
§  Ukuran kelas yang besar.
§  Keterbatasan materi, peralatan dan sumber daya.
§  Adanya tuntutan untuk menggunakan kemampuan proses berpikir.

14.    Kontekstual Learning
Pembelajaran kontekstual learning merupakan suatu proses pendidikan yang holistik dan bertujuan memotivasi siswa untuk memahami makna materi pelajaran yang dipelajarinya dengan mengaitkan materi tersebut dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari. Sehingga siswa memiliki pengetahuan atau keterampilan yang secara fleksibel dapat diterapkan dari suatu permasalahan/konteks ke permasalahan/konteks lainnya. Dengan konsep pembelajara seperti ini, hasil pembelajaran diharapkan dapat bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung lebih alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa.

a.        Karakteristik Model Pembelajaran Kontekstual Learning
1)        Pembelajaran dilaksanakan dalam bentuk konteks autentik, yaitu pembelajaran yang diarahkan pada ketercapaian keterampilan dalam konteks kehidupan nyata atau kehidupan alamiah.
2)        Pembelajaran memberikan kesempatan pada siswa untuk mengerjakan tugas-tugas yang bermakna.
3)        Pembelajaran dilaksanakan dengan memberikan pengalaman bermakna kepada siswa.
4)        Pembelajaran dilaksanakan melalui kerja kelompok, berdiskusi, dan saling mengoreksi antar teman.

b.        Komponen Model Pembelajaran Kontekstual Learning
Menurut Muslich (2007), komponen-komponen pembelajaran kontekstual learning, antara lain:
1)        Konstruktivisme
Yaitu kegiatan yang mengembangkan pemikiran bahwa pembelajaran akan lebih bermakna apabila siswa bekerja sendiri, menemukan dan membangun sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya.
2)        Bertanya (question)
Yakni kegiatan belajar yang mendorong sikap keingintahuan siswa melalui bertanya tentang topik atau permasalahan yang akan dipelajari.
3)        Menyelidiki dan menemukan sendiri (inquiry)
Yaitu kegiatan belajar yang mengondisikan siswa untuk mengamati, menyelidiki, menganalisis topik atau permasalahan yang dihadapi sehingga siswa berhasil menemukan sesuatu.
4)        Masyarakat belajar (learning community)
Yaitu kegiatan belajar yang bisa menciptakan suasana belajar bersama atau berkelompok sehingga siswa bisa berdiskusi, bekerjasama dan saling curah pendapat.
5)        Permodelan (modeling)
Merupakan kegiatan belajar yang bisa menunjukkan model yang bisa dipakai rujukan atau panutan siswa dalam bentuk penampilan tokoh, demonstrasi kegiatan, dan penampilan hasil karya.
6)        Refleksi (reflection)
Yaitu kegiatan belajar yang memberikan refleksi atau umpan balik dalam bentuk bertanya jawab dengan siswa tentang kesulitan yang dihadapi dan pemecahannya dan merekonstruksi kegiatan yang telah dilakukan.








DAFTAR RUJUKAN

Ape, Tenri. 2014. Tentang Model Pembelajaran Resource Basis Learning (LBR), (online), (http://tenriape.blogspot.com/2014/01/tentang-model-pembelajaran-resource.html), diakses 2 April 2015.

Emildadiany, Novi. 2008. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning): Teknik Jigsaw, (online), (http://kanjengsyaifulrahman.blogspot.com/2010/07/model-pembelajaran-accelerated-learning_27.html), diakses 2 April 2015.
Cahyo, Agus, N. 2013. Panduan Aplikasi Teori-Teori Belajar Mengajar: Teraktual dan Terpopuler. Jogjakarta: Diva Press.
Gintings, Abdorrakhman. 2008. Esensi Praktis Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Humaniora
Ikhsanudin, Eka. 2014. Model Pembelajaran Project Based Learning, (online), (http://www.ekaikhsanudin.net/2014/09/model-pembelajaran-project-based.html), diakses 3 April2015.

Isjoni. 2012. Cooperative Learning: Efektivitas Pembelajaran Berkelompok. Bandung: Alfabeta

Mustofa, A. & Thobroni, M. 2013. Belajar dan Pembelajaran: Pengembangan Wacana dan Praktik Pembelajaran dalam Pembangunan Nasional.  Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

Sancaya. 2013. Service-Learning: Suatu Model Pembelajaran Alternatif, (online), (http://pip.unpar.ac.id/publikasi/buletin/sancaya-volume-02-nomor-01-edisi-januari-2014-2/520-2/), diakses 2 April 2015.








Tidak ada komentar:

Posting Komentar