Minggu, 17 April 2016

Perkembangan Hubungan Sosial


BAB II
PEMBAHASAN

A.      Definisi Perkembangan Hubungan Sosial
Perkembangan sosial ialah pencapaian kematangan dalam hubungan-hubungan sosial. Manusia tumbuh dan berkembang dari masa bayi ke masa dewasa melalui beberapa langkah dan jenjang. Kehidupan anak dalam menelusuri perkembangannya itu pada dasarnya merupakan kemampuan mereka berinteraksi dengan lingkungan. Pada proses integrasi dan interaksi ini faktor intelektual dan emosional mengambil peranan penting. Proses tersebut merupakan proses sosialisasi yang menjadikan anak sebagai individu yang secara aktif melakukan proses sosialisasi.
“Perkembangan hubungan sosial adalah suatu proses belajar untuk penyesuaian terhadap norma-norma kelompok, moral, tradisi dan meleburkan diri menjadi satu rasa kesatuan” (Natawidjaja, 2000: 99). Dalam hal ini, perkembangan hubungan sosial ini mencakup perkembangan bentuk-bentuk tingkah laku baru, perubahan dalam minat, dan pilihan tentang tipe-tipe baru. Perkembangan tersebut tidak lain merupakan pengaruh dari lingkungan, baik fisik maupun sosial. Akan tetapi, lingkungan sosial yang telah memberikan banyak pengaruh terhadap pembentukan berbagai aspek kehidupan, terutama kehidupan sosio-psikologis.
Manusia sebagai makhluk sosial senantiasa berhubungan dengan sesama manusia. Bersosialisasi pada dasarnya merupakan proses penyesuaian diri terhadap lingkungan kehidupan sosial, baik dalam keluarga, teman, maupun masyarakat. Berdasarkan uraian diatas, maka dapat di tarik kesimpulan bahwa Perkembangan Hubungan Sosial adalah perkembangan tingkat hubungan antar manusia sehubungan dengan meningkatnya kebutuhan hidup untuk dapat melakukan penyesuaian diri didalam lingkungan. Semakin dewasa dan bertambahnya umur, kebutuhan manusia menjadi kompleks dan tingkat hubungan sosial juga berkembang menjadi sangat kompleks.
B.       Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Sosial
1.        Faktor Keluarga
Keluarga merupakan lingkungan pertama yang memberikan pengaruh terhadap berbagai aspek perkembangan anak, termasuk perkembangan sosialnya. Kondisi dan tata cara kehidupan keluarga merupakan lingkungan yang kondusif bagi sosialisasi anak. Didalam keluarga berlaku norma-norma kehidupan keluarga yang harus ditaati oleh anak. Sikap orang tua yang terlalu membatasi pergaulan akan berpengaruh terhadap perkembangan sosial bagi anak-anaknya, sebaliknya sikap orang tua yang terlalu memberikan kebebasan bergaul menyebabkan perkembangan sosial anak-anaknya tidak terkendali.
2.        Faktor Kematangan
Proses sosialisasi sangat memerlukan kematangan fisik dan psikhis. Untuk  memberi dan menerima pandangan atau pendapat orang lain, diperlukan kematangan intelektual dan emosional. Selain itu, kematangan mental dan kemampuan berbahasa ikut pula menentukan keberhasilan seseorang dalam berhubungan sosial.
3.        Faktor Status Sosial Ekonomi
Kehidupan sosial dipengaruhi pula oleh kondisi atau status sosial ekonomi keluarga. Masyarakat akan memandang seorang anak dalam konteksnya yang utuh dengan keluarga anak itu. Dari pihak anak itu sendiri, perilakunya akan memperlihatkan kondisi normative yang telah ditanamkan oleh keluarganya. Ia akan menjaga status sosial dan ekonomi keluarganya. Hal itu mengakibatkan anak akan menempatkan dirinya dalam pergaulan sosial yang tidak tepat. Kondisi demikian dapat berakibat lebih jauh, yaitu anak menjadi terisolasi dari kelompoknya. Akibat lain, anak dari keluarga kaya akan membentuk kelompok elit dengan nilai dan norma sendiri.
4.        Faktor Pendidikan
Pendidikan merupakan media sosialisasi yang terarah bagi anak. Sebagai proses pengoperan ilmu yang normative, pendidikan akan memberi warna terhadap kehidupan sosial anak di masa yang akan datang. Pendidikan moral diajarkan secara terprogram dengan tujuan untuk membentuk kepribadian anak agar mereka memiliki tanggung jawab sosial dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
5.        Faktor Kapasitas Mental: Emosi dan Intelligency
Kapasitas emosi dan kemampuan berpikir mempengaruhi banyak hal, seperti kemampuan belajar, memecahkan masalah, berbahasa dan menyesuaikan diri terhadap kehidupan di masyarakat. Perkembangan emosi dan inteligensi berpengaruh terhadap perkembangan sosial anak. Anak yang berkemampuan intelektual tinggi  dan memiliki emosional yang stabil akan mampu memecahkan berbagai permasalahan hidupnya di masyarakat. Oleh karena itu, kemampuan intelektual tinggi dan pengendalian emosional secara seimbang sangat menentukan keberhasilan dalam perkembangan sosial anak.

C.      Peranan Kelompok Sosial terhadap Perkembangan Hubungan Sosial Individu
Eksistensi anak, sebagaimana halnya juga orang dewasa, bergantung pada orang lain. Semakin bertambah usianya semakin berkurang pula ketergantungan pada kelompok sosial. Namun demikian, ia masih tetap memerlukan kelompok sosial dan tidak bisa hidup tanpa hubungan dengan orang lain.
Anak tidak hanya tergantung pada kelompok sosial, tapi lebih penting bahwa kelompok sosial juga turut menentukan menjadi manusia apa ia kelak. Oleh karena manusia bersifat elastis, baik fisik maupun mental, maka perkembangannya dapat dipengaruhi dan dibentuk menurut pola yang ditentukan oleh anggota-anggota kelompok.
Berikut peranan kelompok sosial terhadap perkembangan hubungan sosial individu, antara lain:
1.        Peranan Keluarga
Peranan keluarga terhadap perkembangan hubungan sosial individu, yaitu:
a.         Keluarga sebagai tempat pertama terjadi interaksi sosial
Keluarga merupakan kelompok sosial yang pertama dalam kehidupan manusia, tempat ia belajar dan menyatakan diri sebagai makhluk sosial dalam hubungan interaksi dengan kelompoknya.

b.        Keluarga mempengaruhi cara-cara tingkah laku individu
Dalam hal ini, terdapat proses imitasi dalam kehidupan seorang anak untuk meniru tingkah laku keluarganya.Sehingga keluarga menjadi tauladan bagi anak. Salah satu fungsi dari meniru ialah untuk mengembangkan interaksi sosial anak.
c.         Keluarga memberikan bimbingan pola asuh terhadap anak
Terdapat tiga jenis pola asuh orang tua terhadap anaknya, yaitu pola asuh bina kasih, pola asuh unjuk kuasa, dan pola asuh lepas kasih.
§   Pola asuh bina kasih
adalah pola asuh yang diterapkan orang tua dalam mendidik anaknya dengan senantiasa memberikan penjelasan yang masuk akal terhadap setiap keputusan dan perlakuan yang diambil bagi anaknya.
§   Pola asuh unjuk kuasa
adalah pola asuh yang diterapkan orang tua dalam mendidik anaknya dengan senantiasa memaksakan kehendaknya untuk dipatuhi oleh anak meskipun sebenarnya anak tidak dapat menerimanya.
§   Pola asuh lepas kasih
adalah pola asuh yang diterapkan orang tua dalam mendidik anaknya dengan cara menarik sementara cinta kasihnya ketika anak tidak menjalankan apa yang dikehendaki orang tuanya, tetapi jika anak telah melaksanakan apa yang dikehendaki orang tuanya, maka cinta kasihnya akan kembali seperti sediakala.

2.        Peranan Sekolah
Peranan sekolah terhadap perkembangan hubungan sosial individu, yaitu:
a.         Sekolah sebagai tempat kedua mengembangkan hubungan sosial
Interaksi sosial yang terjadi di sekolah tidak begitu mendalam dan berkesinambungan seperti halnya keluarga. Dalam hal ini, sekolah berperan sebagai pengembang hubungan sosial anak yang telah di bentuk didalam keluarga.
b.        Sekolah berperan sebagai pembentukan sikap individu
Selain bertujuan untuk mengembangkan intelektual individu, sekolah juga sangat penting membentuk dan membangun sikap-sikap individu, agar dapat melakukan penyesuaian diri didalam kehidupan bermasyarakat.
3.        Peranan Media Massa
Peranan media massa terhadap perkembangan hubungan sosial individu yaitu menyangkut pengaruh yang diberikannya, dalam hal ini pengaruh positif dan negatif.
a.         Pengaruh Positif
§  Mempertajam daya kritis individu untuk dapat menyesuaikan diri
§  Mengembangkan kecakapan berkomunikasi dan bersosialisasi
§  Memudahkan hubungan sosial dengan semua orang
§  Memudahkan perolehan dan penyebaran informasi dalam melakukan hubungan sosial
b.        Pengaruh Negatif
§  Ketergantungan penggunaan media massa
§  Adanya sikap individualistik sehingga mengurangi hubungan sosial dengan orang lain
§  Menyalahgunakan penggunaan media massa

D.      Bentuk-Bentuk Tingkah Laku Sosial
Karakteristik bentuk-bentuk tingkah laku sosial yang muncul bila anak berada didalam situasi yang melibatkan orang lain, antara lain:
1.        Negativisme
Merupakan suatu bentuk tingkah laku melawan yang dibesar-besarkan. Bila anak mengalami kesukaran dalam memaksakan keinginannya kepada orang lain, hal ini dapat menyebabkan anak menjadi bandel, keras kepala, bahkan sikap membrontak. Negativisme ini merupakan hasil dari situasi-situasi sosial yang terjadi sebagai akibat penggunaan disiplin secara agresif dan kurangnya sikap toleransi dari orang dewasa terhadap tingkah laku kekanak-kanakan yang normal.
2.        Agresi
Merupakan reaksi yang umum terhadap frustasi. Anak yang di hukum karena keagresifannya, maka akan menambah frustasinya dan ini akan menyebabakan kelebihan agresif.


3.        Menggoda
Merupakan bentuk tingkah laku agresif yang lain. Menggoda terdiri dari serangan mental terhadap orang lain sehingga menimbulkan reaksi marah pada orang yang di serang. Menggoda dilakukan dengan mengejek atau menyebutkan kata-kata yang dapat menimbulkan kemarahan orang lain.
4.        Persaingan
Persaingan ditandai dengan keinginan untuk melampaui atau melebihi orang lain, dan selalu di dorong (di motivasi) orang lain. Biasanya persaingan yang sering muncul dalam sekolah yaitu persaingan prestasi antar siswa.
5.        Gang
Merupakan kelompok lokal tanpa otorisasi dari luar dan tanpa suatu tujuan yang secara sosial di setujui. Gang ini dibentuk oleh anak-anak sendiri tanpa dukungan dari orang lain. Kelompok ini merupakan hasil usaha spontan dari anak untuk menciptakan suatu masyarakat yang serasi dengan kebutuhan-kebutuhan mereka.
Gang memberikan pengaruh positif dalam perkembangan sosial anak terhadap proses belajar. Karena didalam gang lebih sering “bermain” secara kooperatif dan mengasah kecakapan berpikir maupun berbuat.

E.       Tiga Lingkungan Utama Terjadinya Proses Sosialisasi Individu
Proses sosialisasi individu terjadi didalam tiga lingkungan utama yaitu lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat.
1.        Lingkungan Keluarga
Dalam lingkungan keluarga, anak mengembangkan pemikiran tersendiri yang merupakan pengukuhan dasar emosional dan optimisme sosial melalui frekuensi dan kualitas interaksi dengan orang tua dan saudara-saudaranya. Proses sosialisasi ini turut mempengaruhi perkembangan sosial dan gaya hidup seorang anak.
Berikut beberapa faktor dari dalam keluarga yang sangat dibutuhkan oleh anak dalam proses perkembangan sosialnya, yaitu:
a.         Kebutuhan akan rasa aman
Rasa aman meliputi perasaan aman secara material dan mental. Perasaan aman secara material berarti pemenuhan kebutuhan pakaian, makanan, dan sarana lain yang diperlukan diri individu. Sedangkan perasaan aman secara mental berarti pemenuhan oleh orang tua berupa perlindungan emosional, menjauhkan ketegangan, membantu dalam menyelesaikan masalah, dan memberikan bantuan dalam menstabilkan emosi anak.
b.        Kebutuhan akan penghargaan atau rasa di hargai
Manusia normal, baik anak maupun orang dewasa, senantiasa membutuhkan penghargaan atau di hargai orang lain. Mempermalukan anak didepan banyak orang merupakan pukulan jiwa yang sangat berat dan dapat berakibat buruk bagi perkembangan sosial anak. Oleh karena itu, sebaiknya memberikan pujian kepada anak terhadap kemampuan dan potensi yang dimilikinya.
c.         Kebutuhan akan rasa kasih sayang
Seorang anak yang merasa dirinya di sayangi akan memiliki kemudahan untuk dapat menyayangi orang tua dan keluarganya, sehingga akan merasakan bahwa dirinya dibutuhkan dalam keluarg, dan anak tidak merasa takut untuk menyatakan dirinya, pendapatnya, maupun mendiskusikan kesulitan yang dihadapinya.

2.        Lingkungan Sekolah
Dalam lingkungan sekolah, anak belajar membina hubungan dengan guru dan teman-teman sekolahnya. Kehadiran di sekolah merupakan perluasan lingkungan sosialnya dalam proses sosialisasinya dan sekaligus merupakan faktor lingkungan baru yang sangat menantang atau bahkan mencemaskan dirinya. Para guru dan teman-teman sekelas membentuk suatu sistem yang kemudian menjadi semacam lingkungan norma bagi dirinya. Selama tidak ada pertentangan, selama itu pula anak tidak akan mengalami kesulitan dalam menyesuaikan dirinya.
Ada empat tahap proses penyesuaian diri yang harus dilalui oleh anak selama membangun hubungan sosialnya, yaitu:
a.         Anak dituntut agar tidak merugikan orang lain serta menghargai dan menghormati hak orang lain.
b.        Anak dididik untuk menaati peraturan dan menyesuaikan diri dengan norma-norma kelompok.
c.         Anak dituntut untuk lebih dewasa didalam melakukan interaksi sosial berdasarkan asas saling memberi dan menerima.
d.        Anak dituntut untuk memahami orang lain.

3.        Lingkungan Masyarakat
Dalam lingkungan masyarakat, anak dihadapkan dengan berbagai situasi dan masalah kemasyarakatan. Akan tetapi, masalah-masalah tersebut jarang bahkan tidak melibatkan peran anak, terutama dalam hal ini remaja. Di satu sisi remaja dianggap sudah beranjak dewasa, tetapi kenyataannya di sisi lain mereka tidak diberikan kesempatan atau peran penuh sebagaimana orang yang sudah dewasa, sehingga menimbulkan kejengkelan dan kekecewaan pada remaja. Keadaan seperti inilah yang menjadi penghambat perkembangan sosial remaja.
Sebagaimana dalam lingkungan keluarga dan sekolah, maka didalam masyarakat diperlukan iklim kehidupan yang kondusif bagi perkembangan hubungan sosial remaja. Mengingat bahwa remaja tengah mengarungi perjalanan masa mencari jati diri sehingga faktor keteladanan dan kekonsistenan sistem nilai dan norma dalam masyarakat juga menjadi sesuatu yang sangat penting.

F.       Karakteristik Perkembangan Sosial Remaja
Terdapat beberapa karakteristik menonjol dari perkembangan sosial remaja, yaitu:
1.        Berkembangnya kesadaran akan kesunyian dan dorongan akan pergaulan
Masa remaja bisa disebut sebagai masa sosial karena sepanjang masa remaja hubungan sosial semakin tampak jelas dan sangat dominan. Kesadaran akan kesunyian menyebabkan remaja berusaha mencari kompensasi dengan mencari hubungan dengan orang lain atau berusaha mencari pergaulan. Penghayatan kesadaran akan kesunyian yang mendalam dari remaja merupakan dorongan pergaulan untuk menemukan pernyataan diri akan kemampuan kemandiriannya.
2.        Adanya upaya memilih nilai-nilai sosial
Terdapat dua kemungkinan yang ditempuh oleh remaja ketika berhadapan dengan nilai-nilai sosial tertentu, yaitu menyesuaikan diri dengan nilai-nilai tersebut atau tetap pada pendirian dengan segala akibatnya. Ini berarti bahwa reaksi terhadap keadaan tertentu akan berlangsung menurut norma-norma tertentu pula. Bagi remaja yang idealis, akan menuntut norma-norma sosial yang mutlak meskipun segala sesuatu yang telah di cobanya gagal. Sedangkan bagi remaja yang bersikap pasif terhadap keadaan yang dihadapi akan cenderung menyerah atau bahkan apatis.
3.        Meningkatnya ketertarikan pada lawan jenis
Remaja sangat sadar akan dirinya tentang bagaimana pandangan lawan jenis mengenai dirinya. Masa remaja sering disebut masa biseksual. Meskipun kesadaran akan lawan jenis ini berhubungan dengan perkembangan jasmani, tetapi sesungguhnya yang berkembang secara dominan yaitu tumbuhnya ketertarikan  terhadap lawan jenis. Keinginan  membangun hubungan sosial dengan jenis kelamin lain dapat dipandang sebagai suatu yang berpangkal pada kesadaran akan kesunyian.
4.        Mulai cenderung memilih karir tertentu
Dalam hal ini, perkembangan karir remaja masih berada pada taraf pencarian karir. Untuk itu remaja perlu diberikan wawasan karir disertai dengan keunggulan dan kelemahan masing-masing jenis karir tersebut.

G.      Pengaruh Perkembangan Sosial terhadap Tingkah laku
Dalam perkembangan sosial, para remaja dapat memikirkan perihal dirinya dan orang lain. Pemikiran itu terwujud dalam refleksi diri yang sering mengarah pada penilaian diri dan kritik dari hasil pergaulannya dengan orang lain. Pikiran remaja sering dipengaruhi oleh ide-ide dan teori-teori yang menyebabkan sikap kritisnya terhadap situasi dari orang lain, termasuk orang tuanya. Setiap pendapat orang lain selalu dibandingkan dengan teori yang diikutinya, sehingga ia merasa bahwa tata cara dan adat istiadat yang berlaku bertentangan dengan sikap kritisnya.
Pengaruh egosentris masih sering tampak pada pikiran remaja, karena hal berikut:
1.        Cita-cita dan idealisme yang baik, terlalu menitikberatkan pikiran sendiri, tanpa memikirkan akibat lebih jauh dan tanpa memperhitungkan kesulitan praktis yang mungkin menyebabkan kegagalannya dalam menyelesaikan persoalan.
2.        Kemampuan berpikir dengan pendapat sendiri belum disertai pendapat orang lain dalam penilaiannya. Masih sulit membedakan pokok perhatian orang lain daripada tujuan perhatian sendiri. Pandangan dan penilaian diri sendiri dianggap sama dengan pandangan orang lain mengenai dirinya.
Pencerminan sifat egois sering dapat menyebabkan “kekakuan” para remaja dalam cara berpikir maupun bertingkah laku. Persoalan yang timbul pada masa remaja banyak bertalian dengan perkembangan fisik yang dirasakan mengganggu dirinya dalam bergaul. Hal ini menimbulkan perasaan seperti selalu di amati orang lain, malu dan membatasi gerak-geriknya. Akibatnya tingkah lakunya menjadi canggung.
Melalui banyak pengalaman dan penghayatan kenyataan serta dalam menghadapi pendapat orang lain, sifat egonya semakin berkurang. Pada akhir masa remaja, pengaruh egosentrisitasnya sudah semakin rendah dan dapat berhubungan dengan orang lain tanpa meremehkan pendapat dan pandangan orang lain.

H.      Implikasi Pengembangan Hubungan Sosial Remaja terhadap Penyelenggaraan Pendidikan
Masa remaja merupakan masa mencari jati diri sehingga ia memiliki sikap yang terlalu tinggi dalam menilai dirinya atau sebaliknya. Remaja umumnya belum memahami benar tentang nilai dan norma sosial yang berlaku dalam kehidupan masyarakatnya. Hal itu menimbulkan hubungan sosial yang kurang serasi dengan kondisi yang terjadi dalam masyarakat.
Pola kehidupan remaja yang berbeda dengan kelompok dewasa dan kelompok anak-anak dapat menimbulkan konflik sosial. Sehingga penciptaan kelompok sosial remaja perlu dikembangkan untuk memberikan ruang kepada mereka ke arah perilaku yang bermanfaat dan dapat diterima oleh masyarakat umum. Upaya sekolah dalam mengembangkan hubungan sosial remaja, yaitu dengan adanya kegiatan bakti sosial, bakti karya, dan kelompok-kelompok belajar dibawah asuhan para guru pembimbing kegiatan.
Berikut implikasi pengembangan hubungan sosial remaja terhadap pendidikan, yaitu:
v  Mengasah cara berpikir individu menjadi kritis
v  Mengembangkan kematangan intelektual dan emosional individu
v  Meningkatkan hubungan sosial individu
v  Meningkatkan peran serta individu didalam kegiatan pendidikan

I.         Perbedaan Perkembangan Hubungan Sosial antara Fase Pubertas dengan Fase Dewasa
Fase
Perkembangan Hubungan Sosial
Pubertas
§  Ditandai dengan adanya perluasan hubungan yaitu dengan keluarga dan teman sebaya
§  Anak mulai memiliki kesanggupan menyesuaikan diri dari sikap berpusat kepada diri sendiri (egosentris) mengarah kepada sikap bekerjasama (sosiosentris)
§  Kematangan perkembangan sosial dapat dilakukan dengan memberikan tugas-tugas kepada anak, misal sekolah memberikan tugas kelompok, observasi dan diskusi kelompok
Dewasa
§  Dapat menunjukkan jalinan persahabatan atau percintaan, namun lebih mengarah pada hubungan sosio-emosional yang mengacu pada pernikahan
§  Mulai melangkah untuk hidup mandiri
§  Mulai membangun identitas serta keinginan membentuk keluarga baru



DAFTAR RUJUKAN

Ali, M & Asrori, M. 2010. Psikologi Remaja: Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Fatimah, Enung. 2008. Psikologi Perkembangan: Perkembangan Peserta Didik. Bandung: CV Pustaka Setia.
Sunarto & Hartono, Agung.  2008. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Rineka Cipta.
Yusuf, Syamsu & Sugandhi Nani. 2012. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar